Heboh, Sekarang Ada Layanan Pemutih Penis
https://www.naviri.org/2018/01/pemutih-penis.html?m=0
Naviri.Org - Keinginan untuk memiliki kulit putih jamak terjadi di berbagai tempat. Bisa jadi, keinginan semacam itu karena terpengaruh iklan-iklan pemutih yang banyak bertebaran di mana-mana. Seperti kita tahu, aneka produk pemutih muncul dalam iklan di televisi, koran, majalah, sampai di internet.
Sebelumnya, produk pemutih umumnya ditujukan untuk wajah, dan banyak wanita yang menggunakan produk tersebut, dengan harapan bisa memiliki kulit wajah yang lebih terang. Lalu muncul produk pemutih untuk seluruh tubuh. Belakangan, produk atau upaya pemutih tubuh itu sampai ke area intim, semisal vagina dan penis. Kini, dunia sedang heboh dengan adanya layanan baru, berupa pemutih kulit penis.
Satu rumah sakit di Bangkok, Thailand, mendapatkan sekitar 100 pria dalam satu bulan untuk prosedur pemutih penis, yang menimbulkan kehebohan di Thailand, terutama di media sosial.
Kontroversi muncul setelah rumah sakit ini menerbitkan foto seorang pria yang tengah menjalani pemutih dengan menggunakan laser, melalui televisi dan media sosial.
Kementerian kesehatan Thailand telah mengeluarkan peringatan terkait prosedur pemutih penis dengan laser ini, dengan menunjuk pada kemungkinan efek samping "bintik-bintik."
Rumah sakit Lelux, yang menawarkan prosedur pemutih untuk bagian tubuh lain ini, juga sempat menimbulkan kontroversi tahun lalu karena menawarkan prosedur yang mereka sebut "Vagina 3D", dengan lemak konsumen digunakan untuk melenturkan alat vital perempuan.
Seorang pasien mengatakan, "Saya ingin merasa percaya diri saat memakai pakaian renang." Klien berusia 30 tahun itu mengatakan prosedur pertama dilakukan dua bulan lalu, dan dia telah melibat perubahan warna di bagian vitalnya.
Jasa pemutih penis mulai ditawarkan beberapa bulan lalu, setelah seorang pelanggan mengeluh bagian vitalnya "berwarna gelap".
Unggahan di Facebook rumah sakit ini pada Kamis (04/01) dibagikan lebih dari 19.000 kali hanya dalam waktu dua hari ini. Foto-foto yang diunggah termasuk dari ruang perawatan, dan menunjukkan ruang perawatan dan ilustrasi pasien sebelum dan sesudah perawatan.
Sementara video prosedur dengan menggunakan sinar laser itu juga viral, dan telah ditonton lebih dari 4,5 juta kali pada Kamis (04/01) sementara gambar-gambar penis sebelum dan sesudah perawatan juga banyak dibagikan.
Manajer Kulit dan Laser rumah sakit, Bunthita Wattanasiri, mengatakan mereka menggunakan sedikit laser karena melibatkan bagian sensitif, dengan harga sekitar Rp8,7 juta untuk lima kali kunjungan.
Bunthita mengatakan sebagian besar pelanggan berusia 22 sampai 55 tahun dan dari komunitas LGBT.
"Banyak yang bertanya soal ini, dan kami mendapat sekitar 100 klien sebulan atau tiga sampai empat sehari," kata Bunthita kepada kantor berita AFP. "Ini pasar yang bagus, jadi kami menawarkan perawatan bagian tubuh ini kepada klien kami, perempuan dan laki-laki."
Banyak pengguna media sosial yang mengecam prosedur pemutih bagian tubuh vital ini, namun ada juga yang mendukung.
"Obsesi yang dimiliki orang-orang yang tak mau menerima warna kulit mereka sendiri," kata seorang pengguna Facebook.
Popol Tansakul, manajer rumah sakit Lelux, mengatakan mereka juga menawarkan perawatan pemutih vagina empat bulan lalu. "Pasien kemudian bertanya soal pemutih penis, jadi kami juga menawarkan perawatan itu satu bulan kemudian," katanya.
Unggahan karyawan rumah sakit, Atittayapa Photiya, November lalu di Facebook menunjukkan bagaimana prosedur pemutih ini dijalankan.
Pasien untuk pemutih vagina berjumlah sekitar 20 sampai 30 sebulan, dan para pria yang datang untuk memutihkan penis ada yang datang dari Myanmar, Kamboja, dan Hong Kong.
"(Pemutihan penis) populer di kalangan pria gay dan waria yang sangat memperhatikan bagian vital mereka. Mereka ingin terlihat bagus di semua bagian," kata Popol.
Efek samping bintik-bintik
Kementerian Kesehatan Thailand langsung bereaksi setelah rumah sakit ini mendapat banyak perhatian. Peringatan dari kementerian termasuk efek samping seperti radang atau bekas luka, dan dampak terhadap sistem reproduksi dan saat berhubungan seksual.
Begitu perawatan selesai, warna kulit akan kembali normal dan kemungkinan akan ada "bintik-bintik yang buruk", kata kementerian kesehatan.
"Pemutihan penis dengan laser tak perlu, buang-buang uang dan mungkin akan ada lebih banyak efek negatif dibanding positif," kata Dr Thongchai Keeratihuttayakorn dari kementerian kesehatan Thailand, dalam satu pernyataan.
Namun pihak rumah sakit menekankan mereka mendapat akreditasi dari kementerian kesehatan masyarakat, dan bahwa tidak ada keluhan dari para pasien yang menjalani perawatan.
Kemarahan atas iklan rasis
Dalam satu dekade ini, pemutih kulit menjadi tren di Asia Tenggara. Secara keseluruhan, rumah sakit Lelux mengatakan lebih dari 50% pasien datang untuk mendapatkan perawatan pemutihan kulit.
Satu iklan terkait krem pemutih kulit di transportasi Bangkok sempat menimbulkan kontroversi dengan tulisan, "Hanya orang berkulit putih yang bisa duduk di sini."
Perusahaan kosmetik lain di Thailand menarik video produk pemutih setelah dikritik rasis di media sosial. Dalam iklan itu, seorang aktris terkenal menyatakan keberhasilannya karena kulitnya yang putih.
Namun sikap terhadap warna kulit ini mulai berubah dalam beberapa tahun terakhir. Dalam kontes kecantikan Miss Thailand pada 2014, berbagai komentar dipusatkan pada warna kulit pemenang yang lebih gelap dari kontestan sebelumnya.
Model Nonthawan "Maeya" Thongleng mengatakan saat itu, ia ingin mendorong perempuan-perempuan lain yang merasa tak percaya diri karena warna kulit yang gelap.
Industri besar
Pemutihan kulit merupakan industri besar di kawasan Asia Pasifik dengan nilai sekitar US$1,5 miliar setahun. Di Thailand, supermarket dan apotek penuh dengan produk pemutih wajah, tubuh dan ketiak.
Iklan-iklan produk pemutih juga banyak ditemukan di kereta, surat kabar, dan televisi. Salah satu produk mengklaim bagian intim perempuan dapat menjadi "terang" dalam beberapa minggu.
Baca juga: Hookup, Perilaku Seks Bebas yang Melanda Dunia