Mengapa Harga atau Nilai Bitcoin Naik Turun?
https://www.naviri.org/2018/01/nilai-bitcoin-naik-turun.html
Naviri.Org - Bitcoin adalah fenomena yang unik. Sebagai sesuatu yang semula dimaksudkan untuk mata uang virtual, Bitcoin perlahan-lahan berubah menjadi instrumen investasi. Latar belakang itu tampaknya disebabkan oleh makin meningkatnya nilai atau harga Bitcoin dari waktu ke waktu. Karenanya, alih-alih dijadikan alat pembayaran untuk transaksi di internet, Bitcoin lebih dipandang sebagai investasi.
Kenyataannya, Bitcoin memang memiliki nilai yang tinggi. Pada 2017, Bitcoin bahkan mengalami kenaikan valuasi mencapai 1.000 persen. Nilainya kini mencapai 17.200 dolar AS. Muncullah istilah "Bitcoin Bubble". Suatu saat harga bisa "meletus" jika ada risiko yang berpotensi memecahkan "gelembung" kenaikan harga tersebut. Lantas, kapan "Bubble" ini akan meletus? Tak ada yang (berani) dan tahu untuk memprediksi.
Alicia Cameroon dan Kelly Trinh, peneliti dari The Commonwealth Scientific and Industrial Research Organisation (CSIRO), dalam tulisannya di The Conversation menjelaskan bahwa sulit untuk memprediksikan "Bitcoin Bubble" karena sebagai mata uang ataupun aset digital nilai fundamental Bitcoin belum bisa dievaluasi—harga "normal" Bitcoin pun tak diketahui harusnya berapa.
Akibatnya, nilai Bitcoin secara dominan ditentukan oleh spekulasi pasar. Jika pasar optimis soal masa depan Bitcoin, tak heran jika harganya saat ini naik hingga menembus langit.
Akan tetapi, karena harganya ditentukan oleh spekulasi, risiko menjadi elemen yang laten mengintai. Tak heran jika The Monetary Authority of Singapore (MAS) mengeluarkan pertanyaan resmi untuk mengingatkan masyarakat mengenai risiko investasi mata uang digital.
“Risiko penurunan harga yang tajam sangat tinggi. Investor mata uang digital (cryptocurrencies) harus mewaspadai mereka memiliki risiko untuk kehilangan semua modal yang dimiliki,” jelas MAS seperti dikutip oleh The Reuters (19/12/2017).
Senada dengan Singapura, Gubernur BI, Agus Martowardojo juga menyoroti risiko ini. "Saya ingin mengatakan risiko itu adalah sesuatu yang jangan diambil enteng,” kata Gubernur BI Agus Martowardojo, seperti dikutip oleh Antara (11/12/2017).
Dalam perspektif historis, Bitcoin dapat dikatakan sebagai mata uang yang lahir sebagai bentuk protes. Dalam tulisan berjudul The Social Life of Bitcoin (2017), Nigel Dodd, Profesor di Departemen Sosiologi, London School of Economics, menjelaskan dua alasan yang mendukung klaim ini.
Pertama, ia adalah mata uang digital yang tidak dikontrol oleh bank, tapi ditopang teknologi peer-to-peer yang terdesentralisasi. Untuk itu, Bitcoin dilihat sebagai alternatif oleh masyarakat yang tidak puas dengan performa institusi finansial, setelah malapetaka krisis ekonomi pada tahun 2008.
Kedua, Bitcoin juga lahir sebagai mata uang yang lepas dari campur tangan negara. Mengingat setelah peristiwa 9/11 negara menggunakan sistem finansial mainstream dengan alasan keamanan. Alasan ini juga yang membuat Bitcoin diasosiasikan sebagai mata uang yang membuka pintu transaksi narkoba atau pornografi yang tidak sesuai dengan regulasi negara.
Akan tetapi, alih-alih menjadi pengganti alat pembayaran, Bitcoin justru menjadi uang digital yang diperdagangkan sebagai aset investasi. Dalam analisis The Economist, Bitcoin saat ini telah menjadi aset yang disimpan untuk menunggu nilainya naik. Pemiliknya akan lebih untung menjual Bitcoin untuk mendapatkan uang fiat daripada menggunakannya sebagai uang untuk bertransaksi dalam aktivitas konsumsi.
Lalu mengapa harga atau nilai Bitcoin naik turun?
Harga Bitcoin yang naik turun disebabkan oleh dinamika pasar yang menjual Bitcoin untuk membeli Bitcoin Cash. Bitcoin Cash adalah mata uang digital lain yang memiliki keunggulan proses transaksi yang lebih cepat, kapasitas blockchain yang lebih tinggi, dan biaya transaksi yang lebih murah.
Teknologi blockchain dalam bentuk mata uang digital memang semakin kompetitif. Pada awal tahun 2016, Bitcoin menguasai 91,3 persen pangsa pasar namun turun menjadi 59,4 persen pada December 2017. Tak hanya karena Bitcoin Cash, kemunculan mata uang digital lain seperti Ethereum dan Litecoin juga menjadi penyebab harga Bitcoin yang naik turun.
Lalu, apakah Bitcoin akan terus bernilai tinggi atau akhirnya akan turun menginjak bumi? Lagi-lagi, hanya waktu yang bisa menjawab.
Baca juga: Menakar Nasib Bitoin dan Mata Uang Digital Lainnya