Mengapa Banyak Artis yang Mengonsumsi Narkoba?
https://www.naviri.org/2018/01/mengapa-banyak-artis-mengonsumsi-narkoba.html
Naviri.Org - Di Indonesia maupun di laur negeri, kerap muncul berita terkait artis atau selebritas yang tertangkap karena penggunaan narkoba. Di Indonesia saja, ada sederet artis dan orang-orang terkenal yang pernah tertangkap karena penyalahgunaan narkoba, dari berbagai jenis dan berbagai latar belakang. Ada yang mengonsumsi narkoba jenis sabu, ada yang mengonsumsi pil tertentu untuk obat tidur, dan lain-lain.
Sebagian dari mereka ada yang menggunakan narkoba dengan sadar, dalam arti tahu bahwa yang mereka konsumsi adalah barang berbahaya. Sementara sebagian lain tidak tahu bahwa obat yang mereka konsumsi termasuk bagian psikotropika yang tidak bebas dikonsumsi tanpa resep dokter. Tora Sudiro adalah salah satu contoh dalam hal itu.
Mengapa banyak artis atau selebritas yang terjerat narkoba?
Media Australia News Corp Australia, menulis hubungan keterikatan antara selebritas dengan narkoba. Mereka mewawancarai para selebritas dan orang-orang di lingkaran industri hiburan, menunjukkan budaya ngobat melekat kuat di lingkungan pesohor.
Salah satu yang disorot dalam tulisan itu adalah narkoba sebagai penanda hidup glamor. Paul Dillon, direktur Drug and Alcohol Research and Training Australia, mengatakan, harga kokain yang mahal membuat ia diidentikkan dengan kemewahan.
“Australia adalah rumah kokain paling mahal di dunia, satu gramnya bisa dihargai antara $300-400 (Rp4-6 juta),” katanya.
Selain sebagai perlambang strata sosial, Dillon juga menemukan alasan lain di balik konsumsi narkoba di kalangan para selebritas. Mereka menganggap konsumsi obat-obatan tersebut hanya cara untuk bersenang-senang semata. Persepsi itu membuat orang-orang ini bisa menghabiskan $40.000 atau lebih dari Rp400 juta setahun.
Tentu kita tak bisa menelan begitu saja "teori" Paul Dillon tersebut sebagai satu-satunya penjelasan. Kasus yang dialami oleh Tora Sudiro dan Mieke Amalia menunjukkan bahwa tekanan kerja seorang selebritas sangat mungkin membuat mereka mengalami gangguan-gangguan fisik dan psikis. Mereka menelan psikotropika untuk meredakan gangguan yang menginterupsi keseharian mereka.
John Tsilimparis, seorang terapis kecanduan, menulis pada Huffington Post bahwa berada dalam sorotan 24 jam sehari dan 7 hari dalam seminggu bukanlah hal yang mudah dihadapi. Apalagi selebritas juga dituntut untuk menjaga aura kesempurnaan serta kesuksesan.
"Ujungnya, sebagian bintang berpaling pada narkoba dan alkohol untuk mengatasi tekanan yang luar biasa. Sekali narkoba atau alkohol bisa membantu secara sementara, mereka bisa lanjut melakukannya meski tahu konsekuensi negatifnya," tulis Tsilimparis.
Secara umum, Shahram Heshmat Ph.D, seorang profesor di bidang adiksi dan obesitas dalam artikelnya di Psychology Today mengungkapkan beberapa "teori" di balik penggunaan obat-obatan terlarang. Berikut ini kami rangkumkan alasan-alasan yang ia uraikan.
Pertama, kerentanan genetik. Ia mencatat ada pandangan bahwa peluang memakai narkoba lebih besar pada individu yang tumbuh di lingkungan pemakai. Seorang orangtua yang alkoholik, kemungkinan anaknya akan jadi alkoholik juga.
Kedua, perilaku kultural. Jika Anda hidup di lingkungan yang minum alkohol (atau narkoba, dalam kasus ini) sebagai suatu kewajaran, Anda cenderung akan santai untuk minum alkohol. Anda akan bersikap lain jika berada pada standar lingkungan yang berbeda.
Ketiga, harga narkoba. Secara umum, pada kasus rokok dan alkohol, meningkatkan harga dan pajaknya akan menurunkan jumlah perokok dan peminum alkohol. Pola yang sama bisa terjadi pada narkoba.
Keempat, kepribadian. Sifat impulsif merupakan salah satu faktor risiko untuk penyalahgunaan obat terlarang. Jadi, Anda yang cenderung bertindak mengikuti dorongan, sebaiknya belajar menahan diri.
Kelima, upaya menyembuhkan diri. Heshmat menulis cara ini adalah upaya meredakan kecemasan dengan alkohol. Karena tak mau merasakan dan mengalami rasa sakit, frustrasi, rasa takut, dan semua emosi negatif yang justru merupakan bagian dari diri kita sebagai manusia, ada yang memilih meminum alhokol atau memakai narkoba.
Keenam, pecandu yang kesepian. Rata-rata pecandu kekurangan kawan yang bisa mendatangkan kebahagiaan. Artinya, berada dalam kesendirian menjadi faktor ketidakbahagiaan. Untuk meredakannya, orang tak hanya berpaling pada narkoba atau alkohol, tapi juga pada gangguan makan.
Ketujuh, berani mencoba. Kecanduan tak terjadi secara tiba-tiba. Ia bermula pada suatu pangkal, yakni mencoba, dan melanjutkannya menjadi gaya hidup.
Baca juga: Artis-artis Indonesia yang Terjerat Kasus Narkoba