Impian Manusia Menambang Luar Angkasa
https://www.naviri.org/2018/01/menambang-luar-angkasa.html
Naviri.Org - Bumi, planet yang kita huni, memiliki kandungan alam yang berlimpah, yang menjadi sumber hidup juga memberi manfaat bagi kehidupan. Bumi mengandung air, oksigen, dan hal-hal lain yang memungkinkan manusia dapat hidup. Bumi juga mengandung aneka mineral, emas, perak, juga berbagai logam, yang memungkinkan kehidupan manusia lebih berwarna. Bahkan, bumi juga mengandung minyak yang bisa digunakan untuk menggerakkan banyak hal, dari mesin sampai kendaraan.
Namun, sebanyak apa pun kandungan alam dan mineral yang dimiliki bumi, lama-lama tetap habis karena terus menerus dikeruk. Kenyataan itulah yang sekarang terjadi, disadari atau tidak. Air bersih mulai berkurang, kandungan mineral juga berkurang, minyak sama berkurang. Ketika kandungan alam bumi mulai menipis, manusia pun mulai terpikir untuk menambang bulan.
Ihwal kehidupan di bulan memang sudah lama hinggap dalam semesta kehidupan manusia. Pada 1820-an, astronom Franz von Paula Gruithuisen mengklaim telah melihat sebuah kota yang dihuni makhluk hidup di bulan. Ia menyebut mereka yang tinggal di sana sebagai “lunarian”.
Sedangkan Sir William Herschel, astronom kenamaan asal Inggris, berpikir bahwa alien hidup di bulan. Herschel juga mengaku melakukan pengamatan rutin tentang proyek konstruksi yang dilakukan alien di sana. Sementara itu, hidup di bulan juga menjadi bagian dalam bayangan kehidupan manusia masa depan yang biasa muncul dalam serial televisi dan film layar lebar.
Namun, sebentar lagi, tampaknya hal itu bukan imajinasi semata. Moon Express, perusahaan asal AS, menampilkan dalam lamannya bahwa misi perusahaan tersebut adalah membantu para peneliti mengembangkan koloni luar angkasa untuk ditempati manusia di masa depan. Selain itu, Moon Express juga mengejar ambisi menambang sumber daya alam yang dimiliki bulan, seperti Helium-3, emas, platinum, logam tanah jarang, dan air.
Pada Agustus 2016, pemerintah AS memberikan izin kepada Moon Express untuk melakukan eksplorasi di bulan. Ia adalah perusahaan swasta pertama yang diberikan izin macam itu.
Setahun berikutnya, pada November 2017, pimpinan Moon Express, Naveen Jain, menyebut misi pertama Moon Expres, MX-1, bakal diluncurkan pada 2018 dengan skema pembiayaan ditopang investasi pihak swasta.
Sebelumnya, pada Januari 2017, Moon Express mengumumkan pihaknya berhasil mendapatkan $20 juta untuk pembiayaan misi pendaratan pertama. Dana tersebut membuat total investasi Moon Express menjadi $45 juta.
Keberadaan kandungan mineral di bulan memang bukan cuma isapan jempol. Kepada Space, profesor bidang sains planet dan astrobiologi di Birkbeck College, Inggris, Ian Crawford, menyebutkan hasil penginderaan jauh bulan menunjukkan secara konsisten keberadaan air yang terkunci di dalam kawah kutub bulan. Namun, banyaknya air yang ada di sana, menurut Crawford, perlu dicek secara lebih teliti.
"Tapi untuk benar-benar mencapai bagian bawahnya, kita perlu pengukuran on-the-spot dari permukaan di kutub bulan," kata Crawford.
Pengamatan on-the-spot tersebut, lanjut Crawford, juga berguna untuk menghimpun informasi mengenai keberadaan logam tanah jarang. Crawford menduga bulan memiliki konsentrasi logam tanah jarang lebih tinggi dibanding dengan apa yang sudah diamati melalui penginderaan jauh.
Namun, Crawford pesimistis mengenai penambangan Helium-3, karena unsur yang terbentuk di bulan akibat angin matahari ini merupakan sumber daya alam yang amat terbatas.
"Ini adalah cadangan bahan bakar fosil, seperti menambang semua batubara atau menambang semua minyak, begitu Anda menambangnya, [mereka akan] hilang," kata Crawford.
Menambang di asteroid
Selain Moon Express, perusahaan swasta Planetary Resources juga bertekad menambang di luar angkasa. Namun, Planetary Resources punya ambisi berbeda. Perusahaan tambang luar angkasa yang dibekingi Larry Page dari Google dan Bryan Johnson dari Braintree itu tidak ingin menambang bulan. Mereka ingin mengeksploitasi sumber daya alam asteroid.
Tech Crunch melaporkan, Planetary Resources berhasil meluncurkan Arkyd-6 CubeSat, sebuah satelit eksperimen guna mendeteksi keberadaan air, khususnya di asteroid, pada Januari 2018.
Dalam artikel berjudul “Want faster data and a cleaner planet? Start mining asteroids”, saintis bidang ilmu planet dari AS, Philip Metzger, membuat ancar-ancar kemungkinan untuk menambang air dari asteroid.
Menurutnya, air dapat diekstraksi dari mineral tanah liat yang terkandung dalam asteroid kategori asteroid-berkarbonasi. Dengan metode elektrolisis, air dapat dibentuk menjadi hidrogen dan oksigen. Metzger menjelaskan kedua unsur tersebut sangat dibutuhkan sebagai propelan (bahan yang dapat menggerakkan) dalam racikan bahan bakar roket.
Bahan bakar roket tersebut dapat dijual ke perusahaan telekomunikasi dan perusahaan transportasi luar angkasa. Asumsinya, kelak jika perusahaan macam itu telah banyak berdiri, mereka bisa memanfaatkannya untuk bahan bakar pendorong satelit agar mengorbit pada jalur yang telah direncanakan.
“Satu-satunya kekhawatiran adalah apakah ada cukup banyak pelanggan awal untuk mendapatkan layanan yang ditetapkan,” sebut Metzger.
Perusahaan adidaya
Jika berhasil, pendaratan MX-1 di bulan tidak hanya akan memenangkan hadiah Google Lunar XPRIZE senilai $20 juta. Ia juga bakal menjadi pemain utama dalam pendaratan misi di bulan yang sebelumnya hanya didominasi lembaga plat merah tiga negara: AS, Cina, dan Rusia.
"Kami benar-benar terlihat baik dan kami masih berharap bisa meluncurkan pendarat tahun depan. Dan, saat kami meluncurkan dan mendarat di bulan, tidak hanya kami yang menjadi perusahaan pertama yang melakukannya, kami sebenarnya secara simbolis menjadi negara adikuasa keempat," ujar Jain.
Sementara itu, Presiden dan CEO Planetary Resources, Chris Lewicki, menyebut keberhasilan Arykd-6 akan membuktikan rencana rancangan dan rekayasa yang telah dibuat perusahaannya.
"Kami akan terus menggunakan metode ini melalui pengembangan Arkyd-301 dan seterusnya, saat kami maju menuju Misi Eksplorasi Sumber Daya Luar Angkasa," ujar Lewicki.
Baca juga: Point Nemo, Kuburan untuk Sampah Ruang Angkasa