Menyiapkan Masa Tua yang Tenteram dan Bahagia
Naviri.Org - Ketika usia makin dewasa dan makin matang, orang akan mulai menyadari bahwa cepat atau lambat masa tua pasti akan datang. Ke...
https://www.naviri.org/2018/01/masa-tua.html
Naviri.Org - Ketika usia makin dewasa dan makin matang, orang akan mulai menyadari bahwa cepat atau lambat masa tua pasti akan datang. Ketika masa itu tiba, kondisi fisik dan kekuatan atau stamina yang dimiliki akan jauh berkurang dibandingkan di masa muda. Karena itulah, sebagian orang yang menyadari hal itu akan mulai memikirkan dan merencanakan masa tua, agar kelak dapat menjalani akhir kehidupan dengan damai, tenteram, dan bahagia.
Siapa pun tentu ingin menikmati kehidupan masa tua semacam itu, dan bukannya dipusingkan oleh berbagai masalah serta beban hidup. Ketika masa tua, orang ingin menikmati masa istirahat, memandang kehidupan yang telah dijalani dengan bibir tersenyum, serta rasa puas dalam hati. Persoalannya, bagaimana agar tujuan semacam itu bisa terealisasi? Tentu harus dengan persiapan dan perencanaan yang matang, khususnya dimulai sejak masa tua belum datang.
Menurut laporan US Census Bureau pada 2016, populasi penduduk yang berusia 65 tahun ke atas akan mencapai 15,6 persen dari total populasi pada tahun 2050. Jumlah yang terus bertambah ini menjadi tantangan bagi negara agar dapat mengakomodasi warga yang sudah pensiun dan lanjut usia. Di sisi lain, setiap individu kemudian “dipaksa” agar mulai memikirkan soal masa tua.
Tempat tinggal saat pensiun
Saat pensiun, seseorang memiliki kecenderungan memilih untuk tinggal di tempat yang suasananya tenang. Tak jarang mereka yang merantau akan kembali ke kampung halamannya, untuk menghabiskan masa tua di tempat tersebut.
Tempat seperti apa yang tepat bagi mereka yang sudah pensiun? Natixis mengeluarkan laporan Global Retirement Index 2017. Dalam laporan tersebut, Natixis memaparkan negara-negara yang dianggap mampu menyediakan lingkungan yang baik bagi mereka yang berusia di atas 65 tahun. Indikator pertama soal kesehatan. Kategori kesehatan ini berhubungan dengan ekspektasi hidup hingga biaya untuk kesehatan.
Faktor kesehatan memainkan peran penting dan perlu diperhatikan saat pensiun. Negara dengan akses kesehatan yang mudah dan terjamin menjadi salah satu tempat yang baik untuk masa tua, mengingat adanya kemunduran kesehatan dan ketahanan tubuh manusia ketika memasuki usia senja.
Luksemburg adalah negara dengan skor indeks tertinggi soal kesehatan, yakni 92 persen. Hal ini karena Luksemburg masuk dalam lima besar soal pengeluaran untuk asuransi kesehatan. Ada juga Perancis, Norwegia, Belanda dan Swedia, yang juga di anggap menyediakan lingkungan kesehatan yang baik bagi para pensiunan.
Indikator kedua berhubungan dengan kesejahteraan material, dan Norwegia memimpin dengan skor indeks mencapai 91 persen. Islandia, Swiss, Austria dan Luksemburg masing-masing berada di bawah Norwegia. Sedangkan untuk indikator ketiga berhubungan dengan keuangan pensiun. Singapura, Selandia Baru, Chile, Swiss dan Australia, adalah negara-negara yang memiliki kekuatan keuangan bagi para pensiunan.
“Keuangan pensiun adalah indeks yang sangat penting, karena ini mencerminkan kekuatan sistem keuangan negara dan kemampuan pemerintah dalam menyediakannya bagi warga saat pensiun,” isi laporan tersebut.
Selain itu, indikator terakhir yakni soal kualitas hidup. Indikator ini berhubungan dengan kualitas udara, kebahagiaan, hingga faktor lingkungan. Denmark, Finlandia, Norwegia, Swiss, dan Swedia adalah negara yang memiliki kualitas hidup yang baik dan dianggap tepat bagi para pensiunan untuk menghabiskan masa tua di negara-negara tersebut.
Negara-negara Eropa tersebut cukup terkenal soal lingkungan dan kualitas hidup baik. Hal itu bertolak belakangan dengan negara-negara di Amerika Selatan, Afrika, Timur Tengah, hingga di Asia Tenggara, yang menghadapi berbagai macam permasalahan mulai dari polusi udara, konflik, dan serangan teroris.
Dari keseluruhan indikator yang ada, Norwegia adalah negara yang dianggap tepat bagi mereka yang sudah pensiun, karena memenuhi berbagai indikator dalam memberi lingkungan yang baik bagi para lanjut usia.
Swiss yang pada 2015 lalu berada di posisi puncak, harus mengakui jika Norwegia terus berbenah agar mampu memberikan solusi terbaik bagi mereka yang berusia di atas 65 tahun. Menurut laporan World Happiness 2017, Norwegia adalah negara paling bahagia di dunia. Sedangkan Amerika Serikat, yang awalnya berada di posisi ketiga pada 2006, kini jatuh di posisi 14. Salah satunya disebabkan oleh korupsi.
Islandia, Swedia, dan Selandia Baru, berada di bawah Norwegia dan Swiss. Sedangkan Selandia Baru menjadi satu-satunya negara di Asia Pasifik yang masuk dalam lima besar negara yang baik sebagai tempat tinggal saat pensiun. Selain itu, Selandia Baru juga memiliki kualitas hidup yang baik. Selandia Baru bersama Australia adalah dua negara non-Eropa yang masuk dalam 10 besar negara dengan kualitas hidup yang tinggi. Selain itu, kualitas udara di Selandia Baru juga tinggi.
Menurut laporan Kementerian Lingkungan Selandia Baru, kualitas udara di Selandia Baru relatif baik, karena kepadatan penduduk yang rendah dan terpencil alias berada jauh dari negara lainnya. Namun pemerintah Selandia Baru mengaku ada beberapa wilayah di Selandia Baru dengan polusi udara, sehingga mempengaruhi kesehatan penduduk setempat.
Geoffrey Sanzenbacher, peneliti di Center for Retirement Research, Boston Collage, menambahkan bahwa saat memilih tempat yang tepat untuk masa tua perlu mempertimbangkan soal akses jalan, kualitas kesehatan di wilayah tersebut, bagaimana orang bersosialisasi, dan ketersediaan fasilitas yang dekat tempat tinggal seperti panti jompo, karena akan dibutuhkan saat usia seseorang semakin tua.
Menabung untuk masa tua
Selain masalah tempat untuk menghabiskan masa tua, yang perlu dipikirkan juga adalah tabungan hari tua. Sebagian orang sudah mulai merencanakan soal masa tuanya, tetapi ada juga yang tak begitu ambil pusing. Tak jarang, ada beberapa hal yang kemudian menjadi kesalahan dalam perencanaan di masa tua.
Peneliti dari FIRNA Investor Education Foundation, Gary Mottola, mengungkapkan bahwa masalah terbesar soal masa tua adalah tak semua orang ingin menabung. Dari survei FIRNA, menurut Gary, hanya 58 persen responden dari kalangan pekerja atau yang belum pensiun, yang memiliki rekening untuk dana pensiun. Padahal menabung untuk masa tua adalah hal yang sangat penting.
Hal senada di ungkapkan Kimmie Greene dari Mint.com, yang mengungkapkan bahwa setengah dari keluarga di AS tak memiliki tabungan masa tua di rekening mereka.
“Terutama generasi muda yang suka berpikir 'Saya akan lebih banyak berhemat saat menghasilkan lebih banyak [uang].' Tapi apakah Anda menghasilkan $50.000 setahun atau $200.000 dalam setahun, kita semua memiliki tantangan untuk menabung. Karena seringkali yang terjadi adalah ketika seorang menghasilkan lebih banyak [uang], mereka akhirnya menghabiskan lebih banyak,” lanjut Kimmie.
Keengganan untuk menabung juga bisa jadi disebabkan oleh adanya kebijakan pemberian dana bagi mereka yang sudah pensiun. Misalnya di Indonesia, mereka yang pensiun dari Pegawai Negeri Sipil akan mendapat uang pensiun.
Namun hal itu bukan jaminan, menurut asisten profesor dari Longwood University, JoEllen Pederson, karena bagaimanapun biaya kesehatan, makanan dan transportasi akan terus meningkat. Jika tak dibarengi dengan menabung saat bekerja, maka hal ini akan menjadi masalah besar saat pensiun nanti.
Meski demikian, tak ada ketetapan yang pasti, berapa banyak yang harus ditabung untuk masa tua nanti. Sebagian besar perencana keuangan merekomendasikan 10 persen hingga 15 persen dari pendapatan untuk tabungan masa tua. Namun jumlah ini bukan patokan, karena masing-masing orang memiliki kebutuhan serta pengeluaran yang berbeda. Sehingga yang terpenting adalah menabung sebisa mungkin agar kita bisa tenang menikmati hari tua.
Baca juga: Resep agar Tetap Bergairah di Usia Tua