Berbagai Reaksi Saat Mantan Menikah Lebih Dulu
https://www.naviri.org/2018/01/mantan-menikah-dulu.html
Naviri.Org - Dua orang yang menjalin hubungan cinta—yang lazim disebut pacaran—tidak terjamin hubungan mereka akan sampai di pelaminan untuk kemudian membangun rumah tangga dan menjadi suami istri. Dalam kehidupan banyak orang, pasangan-pasangan yang semula menjalin hubungan kemudan putus di tengah jalan, dan masing-masingnya pun saling menyebut pacarnya sebagai mantan.
Ada berbagai penyebab dan latar belakang putusnya hubungan dua orang yang semula menjalin kasih. Bisa karena pengaruh orang tua, bisa karena ketidakcocokan, bisa karena adanya orang ketiga, dan lain-lain. Intinya, mereka putus.
Yang terjadi kemudian, biasanya, salah satu dari mereka menjalin hubungan baru dengan orang lain, bahkan hingga menikah dengan orang lain. Apa yang dirasakan seseorang, ketika mengetahui mantan pacarnya menikah terlebih dulu?
Berbagai macam perasaan dapat timbul kembali, kendati masa-masa bersama mantan telah lama lewat. Mulai dari shock, rasa cemburu, marah, kasihan, takut, rindu, hingga lega bisa datang silih berganti, bahkan setelah pernikahan sang mantan berlangsung. Rasa tidak percaya atau penyangkalan serta obsesi bisa pula mengikuti seseorang setelah melihat update status relasi mantan di media sosial berserta foto-foto bahagianya dengan orang lain.
Di Hamirpur, Uttar Pradesh, seorang perempuan bernama Varsha Sahu nekat menculik mantannya, sesaat sebelum laki-laki tersebut menikahi perempuan lain. Di Pune, Sushma G. Temghare sangat marah mendapati mantan suaminya menikahi orang lain, sampai-sampai membakar pandal—bagian dari dekorasi dalam pernikahan di India—yang didirikan di lokasi pernikahan. Sebelumnya, perempuan ini juga sempat mengancam sang mantan suami bila ia berani menggelar pernikahan setelah bercerai dengannya.
Komparasi dengan kehidupan orang-orang yang pernah dekat dengan seseorang kerap kali tidak terhindarkan, terlebih bila momen-momen penting dalam hidup mereka tersebar dan sampai ke telinganya. Hamid mengatakan pula, pernikahan mantannya membuat dia merasa kalah, merasa ego sebagai laki-lakinya terlukai.
Memicu stres
Sebagian orang merasa kesulitan menghadapi kenyataan bahwa mantannya akan menikah karena pernah merasakan pengalaman putus yang sangat memilukan di masa lampau. Menurut Grace Larson, peneliti dan mahasiswi doktoral dari Northwestern University yang berkonsentrasi di bidang psikologi relasi, pengalaman putus bisa mengubah hidup seseorang. Kehilangan sumber afeksi secara fisik, intimasi, dan kepedulian yang timbal balik dapat memicu timbulnya stres, bahkan depresi klinis dalam diri seseorang.
Dampak negatif lainnya dari putus adalah disorientasi arah hidup setelah tidak ada pasangan. Dalam beberapa kasus, relasi yang dijalin dalam jangka waktu panjang sedikit banyak akan mengubah diri seseorang, seperti identitas dan aktivitasnya.
Misalnya, seseorang yang semula tidak menyukai musik tertentu, lantas menjadi gandrung akan hal itu. Hal ini bisa terjadi entah karena ia benar-benar menyukainya atau menjadi suka musik tersebut untuk membuat pasangannya senang. Setelah relasi bubar, seseorang mungkin mengalami kegamangan akan berbagai hal dalam hidupnya sehingga bisa dapat memicu stres.
Jika perasaan setelah putus seperti ini belum juga usai, tetapi seseorang mesti mendapati fakta baru bahwa mantannya akan menikah, hal ini akan menjadi tambahan beban psikis baru. Kemungkinan reaksi yang dipilih seseorang saat mengetahui mantan akan menikah ada dua: menghadapinya (fight) dengan menerima risiko apa pun yang terjadi nanti, atau justru melarikan diri (flight).
Stres berlarut-larut juga dapat terjadi dalam diri orang yang ditinggal menikah oleh mantannya, karena adanya variasi wujud dan lama proses berduka. Psikolog dan pakar relasi dari Toronto, Nicole McCance, menyatakan di GlobalNews bahwa patah hati yang dialami seseorang bisa mempengaruhi penilaian dirinya.
Bahkan setelah memiliki pacar dan bisa melanjutkan hidup pun, mengetahui sang mantan telah melupakannya dan berbahagia dengan pasangan baru bisa menyakitkan bagi seseorang. Hal ini bisa dikarenakan sang mantan tidak memperlakukannya dengan baik pada saat mereka berpacaran, tetapi sang mantan malah menemukan kebahagiaan lebih dulu.
Menurut McCance, ada perasaan kompetitif yang akhirnya membuat seseorang tidak terima, atau berpikir dunia tidak adil bila mantan memiliki hidup lebih baik darinya setelah putus.
Perasaan apa pun yang dialami setelah mendengar kabar mantan akan menikah tidak berarti mesti dinafikan atau ditolak. Mengakui adanya perasaan ini kepada diri sendiri atau bahkan kepada pihak terkait, adalah bagian proses yang perlu ditempuh seseorang ketika ingin berkembang, agar tidak ada ganjalan di kemudian hari.
Baca juga: Memahami Untung-Rugi "Berkorban Demi Wanita"