Kini, Kain Batik pun Harus Berlabel Halal

Naviri.Org - Label “halal” selama ini kita temui pada produk-produk makanan dan minuman, dan label itu tentu ditujukan untuk konsumen muslim. Dengan adanya label halal pada makanan atau minuman, konsumen bisa yakin bahwa makanan atau minuman tersebut memang dibuat dari bahan-bahan yang halal.

Belakangan, pelabelan halal itu meluas, tidak hanya pada produk makanan dan minuman, namun juga pada produk-produk lain yang mungkin sebelumnya tidak kita bayangkan. Salah satu produk yang juga akan dilekati label halal adalah kain batik. Bahkan, para pembatik atau orang-orang yang memiliki usaha batik wajib mengantongi sertifikat halal untuk produknya, sebelum 2019.

Sebelum tahun 2019, seluruh pembatik wajib mengantongi sertifikat halal. Hal tersebut, menurut Direktur Eksekutif Indonesia Halal Watch, Ikhsan Abdullah, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal.

"Karena, dengan tidak menjual barang yang tersertifikasi halal, ada sanksi pidananya. Untuk itu, kita berikan sosialisasi kepada para pembatik," kata Ikhsan dilansir Antara, Minggu (28/1).

Ia mengungkapkan, Undang-Undang tersebut sebenarnya baru akan diberlakukan pada tahun 2019 mendatang. Untuk itu, selain sosialisasi, Ikhsan menyebut pihaknya juga akan memberi masukan agar para perajin dan pengurus koperasi bisa segera mendaftarkan karyanya untuk disertifikasi.

"Maka jauh sebelum itu, kami memberikan masukan kepada para perajin batik untuk mengurus itu semua. Karena mulai 2019, Undang-Undang sudah berlaku," ucapnya.

Ia menambahkan, dalam Undang-Undang tersebut, produk yang harus berlabel halal tidak terbatas pada makanan, minuman, obat, kosmetik, produk kimiawi, produk biologi, dan produk rekayasa genetik saja. Namun juga produk lain yang bisa digunakan, seperti kain.

"Kriteria halal itu mulai dari bahan baku, sampai jadinya. Seperti morinya, warnanya, dan prosesnya harus halal semua, terhindar dari najis," tambah Ikhsan.

Baca juga: Tips Merawat dan Menyimpan Kain Tradisional