Mengenal Haute Couture, Busana dengan Harga Super Mahal
https://www.naviri.org/2018/01/haute-couture.html
Naviri.Org - Di dunia mode, ada istilah haute couture yang merujuk pada busana-busana tertentu, yang harganya luar biasa mahal. Karenanya, busana ini identik dengan kalangan atas, dan juga diproduksi oleh rumah-rumah mode kalangan atas. Karena latar belakang itu pula, pagelaran busana paling bergengsi di Perancis adalah Paris Haute Couture Week. Dalam acara itu, busana-busana haute couture yang proses pembuatannya sangat rumit dan harganya sangat mahal dipamerkan di atas carwalk.
Meski harganya sangat mahal, orang yang awam busana mungkin tidak memahami kenapa busana itu bisa sangat mahal. Karena, berbeda dengan busana umumnya, haute couture memiliki model atau bentuk yang tidak umum. Jadi, apa sebenarnya yang disebut haute couture?
Haute couture merupakan istilah untuk busana yang dibuat secara eksklusif dan dipersonalisasi sesuai dengan bentuk dan ukuran pemakainya. Jika diterjemahkan secara harafiah, frasa Perancis itu berarti high sewing atau seni tingkat tinggi pembuatan busana. Di Indonesia, istilah ini dikenal dengan adibusana.
Frasa ini secara legal dilindungi oleh hukum dan hanya rumah-rumah mode terpilih oleh Kementerian Perindustrian Perancis yang diperbolehkan memproduksi lini bisnis ini. Untuk mendapatkan label ini, ada sejumlah aturan main, di antaranya sebuah label harus mampu menjaga ruang kerjanya dengan nuansa Paris, dan minimum 20 orang karyawan sekaligus memproduksi setidaknya 25 baju setiap musimnya.
Harganya jangan ditanya. Anda dapat membeli beberapa mobil untuk harga sebuah busana couture. Rentang harganya dapat berkisar paling tidak $10,000 (Rp134 juta) hingga $100,000 per busana, bahkan mungkin lebih. Wajar, sebab busana ini selain dibuat dengan teknik yang cukup sulit, juga menggunakan bahan-bahan terbaik yang tersedia.
Satu hal yang mutlak: haute couture merupakan sebuah karya seni yang dibuat dengan tangan. Waktu yang dibutuhkan pun cukup lama. Berdasarkan informasi yang dihimpun oleh Huffington Post, waktu pembuatannya dapat berkisar antara 100 hingga 700 jam.
Jika melihat harga yang ditawarkan, tentunya ceruk pasar yang ditargetkan tidak besar. Pembelinya pun tidak dapat sembarang memesan. Tidak sedikit pula rumah busana harus memberikan penjelasan bagi calon pembelinya, sebab setiap rumah busana memiliki peraturan dan etikanya sendiri-sendiri.
"Saya tidak ingin mengatakan [hal tersebut sebagai] 'pelatihan' bagi klien," kata Sidney Toledano, Chief Executive Christian Dior, seperti dikutip dari The Wall Street Journal. "Ini percakapan. Kami menjelaskan bagaimana hal itu penting untuk memiliki kain yang ini daripada yang lain."
Sementara itu, salah satu pembeli, Christine Chiu, misalnya, mengatakan bahwa ia membutuhkan waktu yang cukup lama hingga lima tahun untuk mengenal rumah busana haute couture, dan mengenal aturan-aturan main dari setiap rumah busana itu.
Namun, meski harganya selangit, haute couture sesungguhnya tidak dapat menjamin keuangan rumah busana pembuatnya. "Haute couture tidak mendatangkan uang bagi perusahaan, tetapi membantu menunjukkan tingkat tertinggi dari keterampilan dan kreativitas," kata Valerie Steele, Direktur Museum di Fashion Institute of Technology di New York, Amerika Serikat, seperti dikutip BBC.
Pernyataan Steele bukan omong kosong. Tutupnya rumah busana haute couture Lacroix pada tahun 2009 akibat resesi setelah 22 tahun menjadi anak kesayangan dunia couture adalah bukti nyata.
Steele mengatakan, couture juga tidak dapat menjadi sebuah produk investasi, mengingat busana ini dibuat sesuai dengan ukuran sang pemakai sehingga pasar untuk menjualnya kembali juga sangat kecil. Couture lebih merupakan pernyataan fashion dan sebuah simbol status bagi pembeli dan rumah busana yang membuatnya.
Lantas jika haute couture tidak tersentuh, apakah terdapat pilihan bagi masyarakat luas untuk menjangkau karya seni busana dengan harga yang lebih masuk akal? Tentu saja ya, sebab tidak ada yang tidak mungkin dalam dunia fashion, dan jawaban itu adalah demi-couture yang dibuat dengan bahan-bahan dan proses serupa dengan haute couture, namun tanpa pengukuran yang spesifik dan personal.
Harga demi-couture dapat terpaut jauh dengan haute couture. Neiman Marcus di AS, Colette di Paris, dan Harrods di London, misalnya, menjual demi-couture yang dibuat untuk menyesuaikan ukuran standar dengan harga "hanya" 10 persen hingga 20 persen dari harga haute couture.
Bagaimana pun, seni selalu menemukan caranya untuk terjangkau khalayak ramai, begitu pula seni busana.
Baca juga: Kehidupan, Karier, dan Kontroversi Yves Saint Laurent