Hikayat Dolores O'Riordan dan The Cranberries
https://www.naviri.org/2018/01/dolores-oriordan-dan-cranberries.html
Naviri.Org - Ada banyak grup musik yang semua anggotanya pria, termasuk vokalisnya. Sebaliknya, tidak banyak grup musik beranggota pria yang vokalisnya wanita. Di antara yang tidak banyak itu, The Cranberries adalah salah satunya. Sebagai grup musik, hanya ada satu wanita di dalamnya, yaitu Dolores O’Riordan, yang menjadi vokalis.
Kenyataannya, Dolores mampu menjadikan The Cranberries sangat terkenal. Selain memiliki suara yang ciamik, Dolores juga mampu menulis lagu yang bagus, juga dapat memainkan beberapa alat musik. Perjalanan Dolores hingga bertemu dengan grup musik The Cranberries bisa dibilang karena takdir.
Dolores lahir pada 6 Desember 1971 di Ballybricken, Limerick, Irlandia. Sebelum nama Dolores menjulang, Ballybricken dikenal orang karena dua hal: kota peternakan dan tim Ballybricken/Bohermore GAA Club, tim Gaelic Athletic Association, sebuah perhimpunan yang memainkan olahraga-olahraga tradisional Irlandia.
Dalam wawancara dengan Rolling Stone 1995 silam, Dolores meletakkan ibunya di atas langit. Sang ayah tak bisa bekerja karena cedera, dan ibunya yang membanting tulang menghidupi keluarga. Ibunya tidak membolehkan Dolores untuk mengenakan riasan wajah.
"Sekarang, ketika dikenang, hal itu berpengaruh baik untukku. Bikin aku tidak dewasa terlalu cepat," ujarnya.
Pada usia 7 tahun, keluarga Dolores sempat jadi tunawisma karena kakak perempuannya tak sengaja membakar tempat tinggal mereka. Keluarga itu tak punya rumah untuk beberapa waktu. Benar-benar masa kecil yang keras.
Sebagai anak bungsu dari tujuh bersaudara—lima lelaki dan dua perempuan—Dolores mengenang masa kecilnya sebagai, "Spartan tapi amat berbahagia." Ia dan kakak perempuannya harus berjuang untuk mendapat perhatian ayah dan ibunya yang, dalam kultur Irlandia, lebih mengutamakan anak lelaki.
"Dan aku selalu menyanyi untuk mendapatkan perhatian. Selalu."
Dari umur lima tahun, Dolores sudah pandai memukau orang dengan suaranya. "Kalau aku mulai menyanyi, orang-orang di ruangan akan berhenti bicara dan mendengarkan. Aku juga punya aksen Irish yang kuat. Orang sering bertanya kenapa aku bernyanyi dengan aksen Irish yang kuat. Saat usia lima tahun, jelas aksen Irish-ku amat kuat, jadi aku bernyanyi dengan aksen yang kuat pula," kenangnya.
Saat berusia 12 tahun, Dolores menulis lagu pertamanya, "Calling". Kisahnya tentang jatuh cinta kepada pria berusia 40 tahun. Di sekolahnya, Dolores dikenal sebagai murid yang lihai menulis lagu.
Pada 1990, band bernama buruk, The Cranberry Saw Us, kehilangan vokalis, Niall Quinn, yang mengundurkan diri. Agar tak merasa bersalah, Niall berjanji akan mencarikan vokalis pengganti. Seorang kawan Niall, Catherine Hayes, bilang adiknya punya kawan dengan suara mengagumkan. Niall kemudian mengatur agar gadis bernama Dolores itu datang ke audisi.
Yang ditunggu ternyata datang ke audisi dengan mengenakan setelan olahraga berwarna pink. Bukan impresi pertama yang mengesankan. Namun setelah Dolores menyanyikan lagu kover Sinead O'Connor, tiga personel band, Noel Hogan, Mike Hogan, dan Fergal Lawler tahu: mereka akan punya vokalis keren.
"Dolores datang dengan keyboard, rambutnya amat pendek dan tubuhnya amat kecil," kenang Noel.
Noel membekali kaset demo berisi musik instrumental pada Dolores. Seminggu kemudian, Dolores datang dengan melodi dan lirik "Linger". Para personel lainnya terkejut. Tapi, kata Noel, mereka makin bersemangat. Noel tampak menjadi partner yang bisa mengimbangi Dolores. Dalam waktu tiga minggu, sudah ada beberapa lagu yang mereka buat.
Band yang kemudian mengganti nama jadi The Cranberries ini kemudian rutin bermain di Limerick. Berbekal enam lagu, mereka membuat demo yang kemudian disebar ke label dan stasiun radio. Para remaja yang masih berusia 19 dan 16 tahun ini jelas tak menyangka bahwa akan ada banyak Label—dengan L besar—tertarik mengontrak.
Pada 1 Maret 1993, album perdana The Cranberries, Everybody Else Is Doing It, So Why Can't We? dirilis. Lagu "Dreams" dan "Linger" jadi andalan. Album ini mendapat respons bagus dari penggemar dan kritikus. Pendekatan pop Cranberries dianggap tak lazim di saat musik grunge merajai industri kala itu. Permainan gitar Noel yang mengawang, sederhana, dan tepat sasaran, dianggap sebagai ciri khas musik Cranberries. Sedangkan suara akrobatik Dolores membuat dirinya masuk sebagai calon frontwoman yang patut diperhitungkan.
Dengan lagu-lagu yang kebanyakan berlanggam pop, rasanya aman untuk memprediksi bahwa Cranberries akan bermain di ranah itu melulu. Hingga hari itu tiba. Pada 20 Maret 1993, Irish Republican Army (IRA) meletakkan bom di tempat sampah di kota Warrington, Inggris. Bom itu meledak dan membunuh Jonathan Ball (3) dan Tim Parry (12) serta melukai belasan orang.
"Aku sedang tur di Inggris saat itu, dan pasti merasa sedih. Bom-bom itu diledakkan di sembarang tempat. Korbannya bisa siapa saja," katanya pada Team Rock.
Dolores kemudian menulis "Zombie". Lagu itu pekat berkalang kemarahan dan kebingungan. Anak-anak perlahan mati, dan kekerasan hanya menghasilkan kebisuan. Siapa yang bisa disalahkan? Dolores menyebut ini adalah, "Lagu paling agresif yang pernah kami tulis." Lagu yang awalnya dibuat dalam format akustik ini kemudian digarap secara band, dan menghasilkan lagu yang menghantam.
Lagu ini terdapat di album kedua The Cranberries, No Need to Argue (1994). Pengaruh "Zombie" terasa di seluruh bagian album. Ada kekecewaan dan kekosongan. Juga kemarahan. Namun tetap ada sisi lembut seperti yang dimunculkan oleh "Ode to My Family". Album itu dianggap sebagai pencapaian terbaik band yang terbentuk pada 1989 ini, baik dari segi artistik maupun penjualan yang mencapai 17 juta kopi di seluruh dunia.
Seperti itulah Dolores menampilkan dirinya. Di "Zombie", lolongan ikonik Dolores terdengar seperti perpaduan antara kemurkaan seorang ibu yang anaknya tewas terkena bom, dan ibu yang ketakutan anaknya bisa jadi korban di suatu hari nanti.
Namun ia juga menampilkan sosok Dolores yang mencintai keluarga. Dalam "Ode to Family", terlihat jelas bagaimana ia memandang keluarga. Sebagai anak bungsu yang tumbuh di tengah keluarga besar, jelas bahwa keluarga adalah hal terpenting baginya.
Saat melahirkan anak pertamanya di usia 25, hidupnya berubah. Ia tak lagi bernyanyi dengan kemarahan yang sama. Dua tahun sebelumnya, Dolores terkena nervous breakdown. Ia paranoid. Seperti merasa semua orang mengawasinya. Ia tak mau keluar dari kamar. Kecemasan itu, katanya, berasal dari ketenaran yang datang saat usianya masih terlampau muda. Namun ada juga pengaruh budaya. Di Irlandia tempat ia bernyanyi di pub dan bar, tak ada pengunjung yang memperhatikan orang nyanyi.
"Para pengunjung akan ngobrol sendiri dan tetap mendengarkan musik. Karena musik itu tentang mendengarkan, bukan tentang penampilan."
Saat anaknya lahir, Dolores menyebut dirinya seperti terlahir kembali. Seperti ada perasaan kegembiraan yang melesak dari dadanya.
"Aku pernah berpikir tak mau menciptakan lagu lagi. Aku mau berhenti bernyanyi, bahkan di shower sekalipun," kata Dolores. "Anak lelakiku membuatku jadi lebih baik. Dia membuatku bahagia, jadi aku mulai bernyanyi lagi."
Akhir 2003, The Cranberries memutuskan vakum. Para personelnya membuat album solo. Dolores merilis album perdana Are You Listening? pada 2007, dan diikuti No Baggage di 2009. Di tahun yang sama, Dolores membentuk D.A.R.K bersama mantan pemain bass The Smiths, Andy Rourke. Mereka sempat merilis album pada 2016 silam.
The Cranberries kembali berjalan setelah hiatus, dan bikin Roses (2012), serta Something Else (2017) yang mendapat sambutan apik. Album berisi 13 lagu itu menampilkan 10 lagu lawas yang digarap ulang dengan pendekatan orkestra, dan tiga lagu baru.
Di tengah mempromosikan album baru lewat tur itu, Dolores mengisahkan tentang bipolar disorder yang diidapnya, dan baru didiagnosis pada 2015. Pada Mei 2017, tur The Cranberries di Eropa terpaksa dibatalkan karena Dolores menderita sakit punggung. Akhir 2017, ia mengatakan sudah pulih.
Pertengahan Januari 2018, seluruh personel The Cranberries sedang ada di London untuk rekaman. Dari sana, kabar buruk muncul mendadak dan sangat mengejutkan. Dolores O'Riordan meninggal di hotel Hilton on Park Lane di usia 46 tahun. Penyebab kematiannya belum ter/diungkap.
Dolores pada 15 Januari 2018. Usianya 46 tahun. Kematiannya yang tiba-tiba membuat banyak orang terhenyak. Namanya akan selalu dikenang hingga kapan pun sebagai vokalis The Cranberries. Tak hanya itu, publik mengenalnya sebagai vokalis dengan karakter yang kuat.
Presiden Irlandia, Michael D. Higgins menyebut meninggalnya Dolores sebagai kehilangan besar, dan menyatakan bahwa pengaruhnya di dunia musik begitu besar. Para penggemar The Cranberries memang berutang besar padanya.
Suara Dolores banyak membantu penggemar melewati masa sulit, mengiringi mereka yang jatuh cinta, mendampingi mereka yang belajar mengungkapkan kemarahan dengan cara masing-masing, dan mengajarkan bagaimana seharusnya seorang manusia berdamai dengan diri sendiri.
Baca juga: 20 Album Musik Indonesia Terbaik Tahun Ini