Memahami Gangguan Bipolar atau Manik Depresif
https://www.naviri.org/2018/01/bipolar-manik-depresif.html
Naviri.Org - Kalau orang menderita sakit secara fisik, orang lain bisa mudah mengenali, dan si penderita juga mudah menjelaskan apa yang dirasakannya. Ketika orang mengatakan kepalanya sakit, atau perutnya melilit, kita pun memahami apa yang ia maksud, dan bisa jadi kita bisa memberi solusi terkait masalah kesehatan yang dikeluhkannya. Apalagi jika sakit tersebut berupa luka di kulit karena tersayat sesuatu, itu juga gampang dipahami.
Yang agak menjadi masalah adalah gangguan yang dialami seseorang, namun ia kesulitan menjelaskannya, yang dikenal sebagai gangguan psikologis. Si penderita merasakan sesuatu, dan menyadari bahwa dirinya bermasalah. Namun, dia kebingungan, karena orang lain belum tentu dapat memahami masalah yang ia alami, jika ia menceritakannya. Bipolar adalah salah satu contohnya.
Bipolar disorder atau gangguan bipolar (manik depresif), seperti dicatat situs National Institutes of Health AS adalah gangguan pada otak yang menyebabkan fluktuasi yang luar biasa dalam hal mood, energi, tingkat aktivitas, dan kemampuan menjalani tugas rutin.
Seseorang yang mempunyai gangguan ini akan mengalami periode manik atau "naik", saat-saat ia begitu bergembira dan berenergi. Namun, ia seketika bisa masuk ke periode depresif atau "turun", seakan disergap halimun kesedihan dan keputusasaan.
Beberapa gejala gangguan bipolar hampir mirip dengan penyakit lain, misalnya skizofrenia atau ADHD. Dokter bisa salah mendiagnosis. Sebab, terkadang orang dengan bipolar mengalami masa depresi parah sehingga memiliki gejala psikotik seperti halusinasi atau delusi.
Selain itu, orang yang mengalami gangguan bipolar kadang mencari pertolongan dari zat adiktif untuk mengalihkan rasa cemas, misalnya alkohol dan obat-obatan. Akibatnya, lingkungan sekitar mengenali perangainya sebagai dampak dari penyalahgunaan zat, bukan gejala bipolar.
Tak cukup harus melawan perubahan suasana hati yang begitu fluktuatif, individu dengan gangguan bipolar juga harus menerima risiko mengembangkan penyakit tiroid, sakit kepala, penyakit jantung, diabetes, obesitas, dan penyakit fisik lainnya.
Melawan stigma negatif
Perubahan suasana hati dan perilaku para individu dengan gangguan bipolar ini seringkali tak dipahami masyarakat, bahkan tenaga kesehatan sekalipun. Mereka juga kerap mendapat stigma negatif, seperti dicap “gila” atau berkepribadian buruk.
Sering kali stigma buruk memang diberikan masyarakat pada individu dengan gangguan bipolar. Terutama pada tenaga kesehatan, yang perlu mendapat edukasi lebih untuk mendiagnosis dan memperlakukan pasien dengan gangguan kejiwaan. Ini penting, sebab banyak individu dengan bipolar tak terdeteksi dan ditangani dengan tepat hanya karena takut menanggung stigma negatif dari lingkungan.
Persoalan stigma negatif ini juga dapat dilihat dari survei yang dilakukan Depression and Bipolar SupportAlliance (DBSA) terhadap 1.200 responden Amerika mengenai pandangan awam terhadap individu dengan bipolar. Hasilnya menyatakan banyak orang masih perlu diberi pemahaman mengenai gangguan ini.
Satu dari empat orang menyatakan hal-hal negatif tentang individu dengan bipolar. Sebanyak 18 persen menyatakan individu dengan bipolar tidak seperti orang pada umumnya. Lalu, 19 persen mengatakan semestinya mereka tak memiliki anak.
Ada 26 persen responden yang mengaku dapat mengenali individu dengan gangguan bipolar di tempat kerjanya. Sebanyak 29 persen mengatakan individu dengan gangguan bipolar tidak menjalani kehidupan normal (berperilaku aneh) saat diobati. Lalu, ada dua pertiga responden yang meyakini bipolar sebagai perilaku atau kebiasaan buruk yang melekat pada individu.
Padahal, keluarga dan lingkungan sekitar sangat berperan untuk membuat individu dengan gangguan bipolar bisa berdamai dengan kondisinya. Jika tidak, mereka bisa merasa menghadapi masalahnya sendirian, dan tak menutup kemungkinan mencoba keluar dari kondisinya dengan cara yang keliru. Misalnya menenangkan diri dengan zat-zat adiktif.
Baca juga: Mengenal dan Memahami Seasonal Affective Disorder