Memahami Untung-Rugi “Berkorban Demi Wanita”
https://www.naviri.org/2018/01/berkorban-demi-wanita.html
Naviri.Org - Sudah biasa kalau ada pria sampai rela berkorban demi wanita yang dicintainya. Meski rumah si wanita jauh, si pria akan rela naik travel, kapal, atau pesawat, demi bisa menemuinya. Meski sedang kekurangan uang, si pria sampai bela-belain membelikan sesuatu demi menyenangkan wanita yang membuatnya jatuh cinta. Meski sedang tak ada waktu, si pria akan siap kapan saja jika si wanita mengajaknya pergi ke mana pun.
Karena kenyataan itu pula, banyak orang mengatakan, “Kalau kamu mencintai wanita, kamu harus siap berkorban untuknya.” Ada pula yang mengatakan, “Semakin sulit seorang wanita didapat, kamu akan semakin bersyukur kalau sudah mendapatkannya.”
Tapi apakah benar begitu? Apakah pengorbanan seorang pria terhadap seorang wanita adalah memang kewajiban bagi si pria, sekaligus jaminan bahwa hubungan mereka akan bahagia? Ada baiknya, kita melihat “untung-rugi” terkait hal ini. Yang dimaksud “untung-rugi” di sini bukan terkait materi, melainkan kelanjutan hubungan yang mungkin terjalin.
Karena, sebenarnya, hubungan cinta adalah hubungan yang disepakati oleh dua pihak, dari pihak pria maupun dari pihak wanita. Karenanya, tidak hanya pria yang harus maju, tapi si wanita juga harus maju, agar keduanya lebih dekat. Kalau si pria yang harus terus maju, sementara si wanita hanya diam, bisa jadi itu hubungan yang tidak seimbang. Selain itu, berikut ini yang bisa saja terjadi, jika si pria terus menerus memberikan pengorbanan untuk si wanita.
Kehilangan jati diri
Kalau kamu terlalu mencintai seseorang, kamu akan mulai berkorban dengan motif yang tidak sehat. Kamu dibutakan oleh ilusi bahwa hanya si dia yang bisa membahagiakanmu. Kamu jadi lupa untuk melakukan hal lain yang membuatmu bahagia. Kamu jadi berhenti melakukan hobimu demi kenyamanannya, berhenti nongkrong dengan teman-temanmu, berubah jadi clingy, dan si dia akan ilfeel karena menganggapmu menyeramkan, atau malah memanfaatkanmu.
Akibatnya? Kamu jadi insecure, memaksakan kehendakmu, dan egois. Ujung-ujungnya, kamu akan depresi.
Membuat dia takut
Kalau kamu keheranan dengan pernyataan di atas, artinya kamu masih percaya bahwa dengan menyerahkan diri, mengubah dirimu demi si dia, dan menghujani perhatian berlebih pada si dia, maka dia akan terpesona dan jatuh cinta kepadamu. Dia menganggap kamu mengagumkan dan tidak egois.
Padahal, kepercayaan itu lahir dari egomu sendiri yang menuntut si dia harus membalas usahamu, walaupun dia tidak tertarik. Saat dia menerimamu sekalipun, itu hanya didasari oleh belas kasihan. Di sinilah yang menjadi awal kekesalan para pria. Dia kesal mengapa pengorbanannya sia-sia, padahal sudah berjuang sepenuh hati. Parahnya, inilah yang menjadi penyebab kekerasan pria terhadap wanita karena mereka tidak terima atau ditolak.
Ingatlah ini: usaha maksimalmu akan membuahkan hasil baik, kalau si dia juga memberikan usaha yang sama kepadamu. Kalau dia tidak tertarik atau hanya memanfaatkanmu, mundurlah. Usahamu patut dihargai oleh wanita lain yang sama-sama mau melakukan usaha yang sama.
Hubungan sepihak
Baiklah, anggaplah dia menghargai usaha kamu dan bersedia menjadi pasanganmu. Tetapi hubungan kalian terasa sepihak. Seolah-olah dia tidak mencintai kamu seperti kamu mencintainya. Dia tidak sebahagia kamu dalam menjalani hubungan.
Artinya, dia bertahan karena kasihan. Dia tidak mau dianggap egois olehmu. Dia takut dicap jahat oleh orang lain karena tidak menghargai pengorbananmu dalam mendapatkan hatinya. Makanya, ketika dia menemukan seseorang yang lebih baik, dia tidak akan ragu meninggalkanmu.
Sekeras apapun usahamu dalam membahagiakannya, jika dia menjalani hubungan dengan terpaksa, dia akan meninggalkanmu cepat atau lambat.
Berubah jadi pria lossy
Setelah ditolak atau ditinggalkan, kamu pun menyalahkan semua orang, kecuali dirimu sendiri. Kamu menyalahkan Tuhan karena sudah tidak adil padamu, menangisi nasibmu, hingga bersikeras kamu adalah pria baik yang bernasib sial. Kamu membenci pasangan lain yang berbahagia di depanmu. Kamu pesimis dengan masa depanmu. Semua aura negatif yang kamu keluarkan mengubahmu menjadi pria lossy.
Kamu pasti tahu ciri-ciri pria lossy. Insecure, membiarkan diri dikendalikan oleh pikiran negatifnya sendiri dan penilaian orang lain, dan malas belajar untuk menjadi pria berkualitas.
Seorang pria berkualitas tidak akan serta-merta mengorbankan dirinya demi seorang wanita. Bagaimana jadinya kalau wanita yang kamu bela-belain ternyata tidak pernah menyukaimu? Pasti kamu yang nyesek, bukan?
Baca juga: Panduan agar Pacaran Tidak Membosankan