Kisah Mencengangkan tentang Ayah Termuda di Dunia
https://www.naviri.org/2018/01/ayah-termuda-di-dunia.html?m=0
Naviri.Org - Media-media di Inggris hanya menyebut namanya dalam satu kata, yaitu Alfie. Usianya baru 13 tahun, namun dia telah menjadi seorang ayah yang memiliki seorang anak perempuan, dari wanita bernama Chantelle yang usianya 14 tahun. Karena kenyataan itu, Alfie pun disebut-sebut sebagai ayah paling muda di dunia, atau setidaknya di Inggris. Namun, ternyata, ada kisah mencengangkan di baliknya.
Alfie tinggal di Lower Dicker, Inggris. Di tempat tinggalnya, ada seorang gadis remaja bernama Chantelle yang usianya dua tahun lebih tua darinya. Saat mereka baru kenal, Alfie baru berusia 12 tahun ketika itu, sementara Chantelle 14 tahun.
Mereka berdua tampaknya sangat cocok, selalu bermain bersama di mana saja. Kadang-kadang, Alfie menginap di rumah Chantelle, begitu juga sebaliknya.
Sementara orang tua mereka juga tidak banyak pikir. Saat itu, Alfie baru berusia 12 tahun, dan sepertinya ia tidak tertarik sama sekali dengan Chantelle. “Jadi, saya pun tidak terlalu memperhatikan apa yang mereka lakukan di dalam kamar,” kata ibu Alfie.
Apa sih yang bisa dilakukan kedua bocah ingusan itu di dalam kamar? paling-paling main game, mengerjakan pekerjaan rumah (PR sekolah) atau apalah, pungkas orang tua Alfie.
Tapi mereka tidak menyangka, Alfie dan Chantelle ternyata melakukan sesuatu yang tidak bisa mereka gambarkan di dalam kamar.
Empat bulan kemudian, ketika Alfie mau menemui Chantelle seperti biasa, tiba-tiba Chantelle berkata: “Aku hamil, dan itu adalah anakmu.”
Sontak Alfie terkejut mendengar itu, ia baru berusia 12 tahun, tidak tahu seperti apa menjadi seorang ayah, sementara Chantelle menyuruh Alfie merahasiakannya.
Mekipun tidak ada persiapan sedikit pun menjadi seorang ayah, Alfie berusaha memikul tanggung jawabnya sebagai ayah. Alfie menemani Chantelle ke dokter, menemaninya ke rumah sakit, dan ia tidak menceritakan hal itu kepada siapapun.
Satu bulan menjelang persalinan Chantelle, ibu Alfie baru tahu kabar itu. Kemudian, Chantelle melahirkan seorang anak perempuan, dan Alfie yang baru berusia 13 tahun saat itu pun menjadi ayah termuda di Inggris.
Alfie tidak tahu seperti apa menjadi seorang ayah di usia yang sangat belia, ia hanya tahu mulai menyukainya saat pertama kali melihat anaknya.
Alfie berusaha berperan sebagai seorang ayah yang baik dan bertanggung jawab, ia mengganti popok buah hatinya dan sebagainya. Sejak berpredikat sebagai ayah, Alfie bahkan tidak begitu aktif lagi main game komputer.
Singkatnya, meskipun Alfie sendiri masih anak-anak, tapi ia sangat menyukai putrinya, dan ia juga akan berusaha semaksimal mungkin merawat anaknya. Namun, setelah berita itu disiarkan, ada tujuh anak laki-laki lain mengatakan bahwa mereka juga pernah berhubungan dengan Chantelle.
Dua anak laki-laki diantaranya bersikeras mengatakan bahwa mereka adalah ayah biologis dari anak itu. Dan kebetulan, salah satu anak laki-laki itu sangat mirip dengan anak yang dilahirkan Chantelle.
Alfie pun marah setelah mendengar kabar itu: “Anak laki-laki idiot itu semuanya bohong. Selama dua tahun saya selalu bersama Chantelle, saya teman laki-laki Chantelle satu-satunya, jadi bisa saya pastikan bahwa saya adalah ayah dari anaknya Chantelle. Karena orang-orang itu menyebarkan desas-desus, lebih baik tes DNA saja.”
Ibu Alfie juga merasa perlu untuk melakukan tes DNA.
Dan hasil tes DNA menyatakan bahwa bayi itu memang bukan anak Alfie! Ayah kandungnya memang salah satu dari anak laki-laki yang pernah datang mengakui bayi itu sebagai anaknya, yakni Tyler Barker yang berusia 15 tahun.
Pada saat itu, Alfie merasa terpukul, ia bersembunyi di kamarnya sambil menangis, dan selama beberapa hari hampir tidak pernah keluar dari kamar. Sementara itu, setelah mengetahui Alfie bukan ayah biologis anaknya, keluarga Chantelle berikut anaknya sudah pindah ke daerah lain.
Sejak itu, Alfie tidak bisa lagi melihat bayi itu. “Saat itu, saya tidak bisa melakukan apa pun, juga tidak sekolah, saya merasa dunia runtuh.”
Sementara ayah biologis anak Chantelle juga terkejut bukan main sejak mengetahui hasil tes DNA ketika itu. “Ini adalah kesalahan terbesar yang pernah saya lakukan seumur hidup, dan saya benar-benar berharap tidak pernah bertemu Chantelle,” ujarnya.
Lebih lanjut ia mengatakan, “Saya hanya sekali berhubungan dengan Chantelle, saat itu usai pertandingan sepak bola, saya dalam keadaan mabuk, dan terjadi cinta semalam dengannya. Saya tidak melakukan langkah-langkah keamanan ketika itu, tapi Chantelle bilang dia akan minum pil anti hamil keesokan harinya, dan saya pikir dia akan mengatasinya dengan baik. Jadi, saya pun tidak menanyakan lagi hal itu. Sekarang, teman-teman selalu menjadikan masalah itu sebagai candaan menyindir saya, tapi itu tidak lucu sedikit pun.”
“Awalnya, saya mulai panik terhadap masalah yang membuat saya sudah menjadi ayah di usia semuda ini,” sambungnya.
Namun, kisah nyata itu belum berakhir sampai di sini, karena belakangan kembali tersiar kabar di media: “Alfie, sang ayah muda berusia 13 tahun itu sepenuhnya terjebak dalam perangkap! Ia menjadi korban aksi penipuan!”
Kabar itu berasal dari seorang teman orang tua Chantelle. Ia menceritakan bahwa semua itu sebenarnya telah direncanakan sebelumnya. Orang tua Chantelle juga tahu, jika ayah dari anak Chantelle adalah Alfie, pasti akan menjadi berita sensasional yang menggemparkan seantero Inggris, karena Alfie masih bocah ingusan, dan saat itu mereka bisa mengeruk keuntungan materi dari cerita tersebut.
Sementara, terkait Chantelle yang pernah berhubungan intim dengan beberapa laki-laki lain, mereka (orang tua Chnatelle) menyuruh putrinya merahasiakannya, karena beberapa anak laki-laki lain usianya relatif lebih besar, tidak akan menimbulkan sensasi yang menghebohkan. Dari kisah putrinya yang dijual kepada media ini, orang tua Chantelle mendapat durian runtuh (rezeki).
Anak laki-laki berusia 13 tahun itu telah merasakan sepotong perjalanan hidup yang begitu drastis dan luar biasa dalam waktu singkat. Sekarang, ia telah tumbuh dewasa, dan ingin menyampaikan kisahnya kepada anak-anak seusianya, agar tidak mengulangi kesalahannya.
Dalam sebuah wawancara saat berusia 18 tahun, Alfie mengatakan: “Usia sebelia itu telah terjadi hubungan terlarang yang tidak semestinya, dan itu benar-benar telah menghancurkan hidup saya. Masih asyik bermain game pada detik pertama, lalu pada detik berikutnya tiba-tiba sudah menjadi seorang ayah.”
Ia melanjutkan, “Ini adalah kesalahan terbesar yang pernah saya lakukan dalam hidup, bahkan sebelum mendapatkan ijazah SMP saya sudah meninggalkan sekolah, dan selama itu saya tidak punya pekerjaan. Tidak peduli dimana pun, selalu ada yang mengenal saya, meskipun akhirnya terbukti bayi itu bukan anak saya. Tapi label sebagai ayah termuda tidak bisa lagi saya singkirkan.
“Ketika memiliki anak saat itu, mungkin merasa sangat bahagia,” sambungnya. “Tapi ketika Anda berusia 18 tahun, suasana hati itu benar-benar jauh berbeda.”
Baca juga: Terpaksa Menikah demi Mendapat Jatah Makanan