Senjakala Ajang Pencarian Bakat di Televisi
https://www.naviri.org/2018/01/ajang-pencarian-bakat.html
Naviri.Org - Ajang pencarian bakat pernah menjadi primadona di mana-mana, dan menjadi tontonan yang sangat digemari di televisi. Sebuah audisi dibuka, dan ribuan orang mendaftar untuk bisa mengadu bakat dan keberuntungan. Kemudian, dari ribuan orang yang mendaftar, akan ada sekian banyak yang tersisih. Sekelompok orang yang dianggap punya bakat hebat kemudian dipertandingkan secara live, dan bisa disaksikan di televisi.
Penonton di rumah menyaksikan semua itu, saat satu per satu peserta yang sangat berbakat menunjukkan kebolehannya. Penonton juga bisa mendukung mereka—melaui SMS atau telepon—agar jagoan mereka dapat terus bertahan dan tidak tereliminasi.
Dengan konsep acara semacam itu, pihak penyelenggara acara mendapat keuntungan besar, sementara penonton di rumah mendapat kesenangan. Di luar itu, beberapa orang yang menjadi pemenang ajang tersebut dikenal sebagai selebritas baru.
Sayang, acara pencarian bakat kemudian mengalami masa surut. Pada 3 September 2017, The Guardian menurunkan laporan menarik: menurunnya jumlah penonton X-Factor Britania Raya, salah satu pencarian bakat paling populer saat ini. Pada musim ke 14 acara yang dibuat oleh Simon Cowell ini, jumlah penontonnya adalah 6 juta orang. Tampak besar, apalagi jika dibandingkan dengan acara televisi lain seperti Casualty dengan jumlah penonton 3,5 juta.
Namun ada satu fakta penting: jumlah penonton yang terus merosot. Dalam setiap pembukaan X-Factor musim baru, jumlah penonton pasti besar. Biasa berkisar di angka 6 hingga 7,5 juta penonton. Namun tahun ini, episode pembukanya hanya ditonton 4,9 juta orang saja. Terendah sejak acara ini pertama kali dibuat.
Begitu pula kisaran jumlah penonton. Angka 6 juta, menurut Cowell, menunjukkan antusiasme yang mulai pudar. Pada puncak popularitasnya, acara X-Factor Britania Raya ditonton oleh 10,8 juta penonton per musim.
Rating dan jumlah penonton yang menurun juga menjadi penyebab macetnya, atau malah berhentinya, acara serupa. American Idol berhenti di musim ke 15, 2016 silam. X-Factor Indonesia hanya tayang 2 musim, yakni 2012 dan 2015. Indonesian Idol beberapa tahun sempat macet, dan tahun ini sedang memulai audisi baru. AFI tayang hingga 2006, lalu vakum hingga kembali lagi pada 2013 dan berhenti hingga sekarang. Begitu juga dengan acara lain semisal The Voice Indonesia, Indonesia's Got Talent, Mamamia Show, hingga StarDut.
Alasan utama tentu kebosanan. Sulit untuk tak jenuh ketika melihat tayangan dengan konsep sama dalam kurun waktu bertahun-tahun. Apalagi yang sudah berjalan belasan tahun seperti American Idol atau X-Factor. Belum lagi di Indonesia, begitu banyak acara latah tanpa konsep jelas. Simon Cowell yang membidani banyak ajang pencarian bakat mengakui rasa bosan penonton dan turunnya rating serta jumlah penonton itu dengan besar hati.
"Jika kamu membuat acara yang sama setiap tahun, maka jelas akan membosankan dan bisa ditebak."
Baca juga: Asal Usul Acara "Mengerjai" Orang di Televisi