Penemuan Air Tertua di Bumi, Berusia 2 Miliar Tahun
https://www.naviri.org/2018/01/air-tertua-di-bumi.html
Naviri.Org - Salah satu hal penting yang menjadikan Bumi bisa menjadi tempat tinggal makhluk hidup, khususnya manusia, karena di Bumi ada air. Tanpa air, manusia akan kesulitan menjalani kehidupan, karena hidup manusia ditopang oleh air. Bahkan, sebagian besar bagian tubuh manusia terdiri dari air. Karena itu pula, air adalah mineral penting yang terkait dengan Bumi.
Latar belakang itu pula yang tampaknya menjadikan para ilmuwan terus mencari-cari “sejarah” air yang ada di Bumi, untuk mengetahui sejak kapan Bumi memiliki air.
Pada 2013, para peneliti dari University of Toronto menemukan air yang berusia sekitar 1,5 miliar tahun pada kedalaman 2,4 km. Air itu langsung dinobatkan sebagai air tertua yang pernah ditemukan di Bumi. Ternyata bukan.
Pada 2016, beberapa anggota asli dari tim yang sama, menggali lebih dalam di tempat yang sama, Kidd Mine, pertambangan base metal di daerah Ontario, Kanada. Pada kedalaman sekitar 3,1 km, mereka kembali menemukan air yang usianya lebih tua, diperkirakan mencapai 2 miliar tahun.
Perkiraan umur yang lebih tua ini disimpulkan dari hasil analisis beragam kandungan gas di dalamnya, seperti helium, argon, xenon, dan neon.
Proyek pencarian air purba ini dipimpin oleh Dr. Oliver Warr, yang juga berasal dari University of Toronto.
Penemuan terbaru itu telah dipresentasikan oleh Barbara Sherwood Lollar, profesor ilmu bumi University of Toronto, dalam acara American Geophysical Union Fall Meeting di San Fransisco, 13 Desember.
Lollar mengatakan bahwa temuan tersebut bukanlah air yang menggenang, terjebak di antara bebatuan, tapi benar-benar air yang mengalir. Tim peneliti menemukan bahwa volume air tua tersebut lebih banyak dari perkiraan awal.
Air tanah biasanya mengalir sangat lambat dibandingkan dengan air yang ada di permukaan, sekitar 1 meter per tahun. Tapi ketika diketuk dengan lubang bor di tambang, maka kecepatannya dapat mengalir sekitar 2 liter per menit.
Namun Lollar lebih lanjut mengatakan bahwa air tersebut bukanlah air yang tepat untuk diminum. Ia bukan air tawar biasa yang disedot dari bawah tanah ke permukaan Bumi, dan mengandung garam 10 kali lipat lebih besar dari yang ditemukan dalam air laut.
Para peneliti juga menemukan jejak bahan kimia yang ditinggalkan oleh organisme uniseluler kecil yang pernah hidup di air tersebut, melalui pemeriksaan kandungan sulfat.
"Mikroba yang menghasilkan bekas seperti ini tidak bisa melakukannya dalam semalam. Ini bukan hanya tanda mikrobiologi yang sangat modern," ujar Lollar kepada media. "Ini harus menjadi indikasi bahwa organisme telah hadir dalam cairan tersebut pada skala waktu geologi."
Dalam temuan air tertua pertama 2013 silam, para peneliti telah menemukan bukti bahwa air kuno tersebut memiliki sistem kehidupan yang mandiri. Hal itu membuktikan bahwa kehidupan dapat terjadi di bawah tanah dalam waktu miliaran tahun, meskipun tanpa bantuan dari sinar Matahari juga campur tangan oksigen.
Penemuan ini membuka kemungkinan adanya air dan kehidupan yang terkubur di bawah permukaan planet-planet lain pada sistem Tata Surya.
Baca juga: Ajaib, Batang Pohon Karet Mengeluarkan Air Bersih