Sampah Plastik, Masalah Dunia yang Terbesar
https://www.naviri.org/2017/12/sampah-plastik-dunia.html
Naviri.Org - Perang mungkin menjadi ancaman dunia yang terbesar, sebagaimana teror dan aneka macam kekerasan yang bisa terjadi di negara mana saja. Namun, ada masalah besar lain yang tampak tidak terlalu terlihat, tapi sebenarnya diam-diam menjadi ancaman yang sangat berbahaya. Yaitu sampah plastik.
Tidak sebagaimana teror dan perang yang nyata menjadi ancaman sehingga bisa diantisipasi bahkan diperangi, ancaman yang berasal dari sampah plastik tampak tidak berbahaya. Sampah-sampah itu hanya terus menumpuk, menggunung, tak terurai, dan diam-diam merusak bumi yang menjadi tempat tinggal kita. Sampah plastik adalah salah satu ancaman kelestarian lingkungan hidup.
Kenyataannya, plastik sudah menjadi bagian terpenting dalam peradaban modern. Coba saja lihat sekeliling Anda, mulai dari bungkus gorengan pinggir jalan, hingga telepon genggam, semuanya pasti mengandung unsur plastik. Setiap tahun, kota-kota di dunia dapat menghasilkan sampah plastik hingga 1,3 miliar ton. Menurut perkiraan Bank Dunia, jumlah ini akan bertambah hingga 2,2 miliar ton pada tahun 2025.
Ketergantungan manusia yang teramat sangat terhadap plastik membuat limbahnya meningkat tajam setiap waktu. Plastik telah mencemari tanah-tanah daratan, juga laut di berbagai penjuru dunia. Di Indonesia, persoalan menumpuknya limbah plastik cukup memprihatinkan. Berdasarkan data Jambeck (2015), Indonesia berada di peringkat kedua dunia penghasil sampah plastik ke laut. Total limbah plastik tahunan yang mengalir ke laut mencapai 187,2 juta ton.
Data tersebut diperoleh lewat pemodelan dengan memasukkan faktor skala pembangunan ekonomi negara, jumlah rata-rata sampah yang diproduksi, cara pengolahan sampah, serta jumlah populasi yang bermukim di radius 50 km dari garis pantai.
Di peringkat pertama, ada Cina yang membuang 262,9 juta ton limbah plastiknya ke laut. Disusul Filipina pada urutan ketiga dengan jumlah sampah mencapai 83,4 juta ton. Vietnam berada di urutan keempat mencapai 55,9 juta ton, dan Sri Lanka di urutan kelima dengan 14,6 juta ton limbah plastik ke laut per tahun.
Versi pemerintah soal jumlah limbah plastik juga mengungkapkan hal yang memprihatinkan, data dari Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup (KLHK) saja menyebutkan ada 10,95 juta lembar kantong plastik per tahun berasal hanya dari 100 toko atau anggota Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO). Jika dijejerkan, jumlah tersebut setara dengan luasan 65,7 hektar kantong plastik, atau sekitar 60 kali luas lapangan sepak bola.
Sementara itu, Dirjen Pengelolaan Sampah, Limbah, dan B3 KLHK, Tuti Hendrawati Mintarsih, menyebut total jumlah sampah Indonesia pada 2019 nanti akan mencapai 68 juta ton. Dari jumlah tersebut, sampah plastik diperkirakan akan mencapai 9,52 juta ton atau 14 persen dari total sampah yang ada.
Setiap tahun produksi plastik menghasilkan sekitar delapan persen hasil produksi minyak dunia atau sekitar 12 juta barel minyak; jumlah ini setara 14 juta pohon. Lebih dari satu juta kantong plastik digunakan setiap menitnya, dan 50 persen dari kantong plastik tersebut dipakai hanya sekali, lalu langsung dibuang. Dari angka tersebut, menurut Tuti, hanya lima persen yang benar-benar didaur ulang.
Menggunungnya sampah plastik tentu saja mengkhawatirkan. Ini karena komponen plastik sangat sulit terurai, butuh waktu hingga 50-100 tahun untuk penguraian. Sayangnya, tak semua orang paham dampak buruk sampah plastik yang mereka hasilkan, karena tak berdampak langsung pada manusia.
Baca juga: Upaya Menciptakan Plastik yang Bisa Dimakan