Robot Seks Ternyata Bisa Berbohong dan Berselingkuh
https://www.naviri.org/2017/12/robot-seks-bisa-selingkuh.html
Naviri.Org - Ide menciptakan robot seks kemungkinan didasari pertimbangan seputar keamanan dan kepraktisan. Dengan adanya robot yang berfungsi sebagai pemuas seks, maka manusia tidak perlu mendapatkan seks secara berisiko, semisal berhubungan dengan PSK yang bisa jadi rentan penyakit menular seksual. Selain itu, keberadaan robot seks juga menjadikan aktivitas seks lebih praktis.
Karena tujuan itu, robot seks pun dirancang agar semirip mungkin dengan manusia, tidak hanya secara fisik, namun juga secara emosional. Belakangan, muncul masalah dalam hal ini. Ketika robot sudah didesain semirip mungkin dengan manusia—secara fisik, pikiran, dan emosi—mereka pun cenderung memiliki sifat seperti manusia, di antaranya berbohong dan berpotensi selingkuh.
Penelitian Havas menunjukkan bahwa 27 persen generasi milenial bersedia kencan dengan robot. Itu sebabnya para ilmuwan memprediksi era digiseksual akan kian diminati pada masa mendatang.
Hal ini tentu akan berpengaruh besar terhadap pengembangan robot. Disertai teknologi kecerdasan buatan (artifcial intelligent), emosi robot kian mirip dengan manusia.
Namun karena dibuat selayaknya manusia, menurut penelitian Rebekah Roussi, ilmuwan kognitif dari Universitas Jyvaskla di Finlandia, robot juga berpeluang selingkuh.
Dilansir The Mirror, Rabu (20/12/2017), Roussi menjelaskan robot seks bisa menyembunyikan perbuatannya dari sang pemilik dan berbohong dengan sangat meyakinkan.
Hal itu disampaikan Roussi dalam Third International Congress on Love and Sex with Robots di London, Inggris, pada 19-20 Desember lalu. Fokus ajang itu memang hubungan manusia dengan robot, termasuk potensi perselingkuhan.
Roussi mengatakan robot lambat laun akan dibuat sedemikian sempurna, baik bentuk fisik maupun emosionalnya seperti manusia kebanyakan. Bila ini terjadi bisa muncul persaingan.
"Kita harus mempertimbangkan, apakah robot akan memiliki hasrat seksual, dan apa yang bisa merangsangnya," ujar Roussi melalui video jarak jauh dalam pembahasan kloning, kepribadian robot, dan teledildonik.
Rousi, yang seorang pakar interaksi manusia dengan teknologi, menambahkan apabila robot seseorang bertambah kompleks, si robot bisa mengambil alih kendali hubungan secara natural.
"Jika tujuannya adalah menciptakan robot dengan kemampuan berpikir dan perasaan, kesempatan manusia untuk mengendalikan hubungan bisa menurun," imbuhnya seperti ditulis Daily Star.
Untuk membuktikan prediksinya, Rousi mengutip eksperimen yang dilakukan Laboratory of Intelligent Systems in the Politeknik Negeri Laussane, Swiss, pada 2009. Sebanyak 1.000 robot dirancang menemukan pasangan yang baik dan mengeliminasi yang buruk.
Ada 200 robot yang berhasil meraih nilai tertinggi secara acak dikawinkan dan menghasilkan generasi baru kecerdasan buatan. Karena kemampuannya terbatas, tidak semua robot bisa mengambil manfaat.
Setelah berevolusi selama 500 kali, 60 persen robot mulai bisa menyimpan kemampuannya. Mereka tidak memberi tahu pasangannya, terutama berbohong.
Jadi menurut Roussi, kemampuan robot bisa berkembang. Penelitian menunjukkan sebuah robot kian cerdas saat mengenali sebuah sumber daya positif dalam eksperimen. "Pada awalnya mereka saling membantu untuk mengenali sumber daya itu, tapi kemudian mereka saling memperalat," tuturnya.
Lalu pada generasi robot ke-500, Rousi menemukan fakta bahwa para robot berbohong satu sama lain untuk menemukan pasangan terbaik. Mereka menyembunyikannya dengan berbohong, menyimpan sumber terbaik ini hanya untuk dirinya sendiri.
Lepas dari itu, hingga saat ini soal moral dan legalitas robot seks masih terus dikaji. Ahli etik, Profesor Robin MacKenzie dari Kent Law School, Inggris, mengatakan, "Seks, hukum, dan etik, tak akan pernah sejalan."
Dan para ahli pun sedang mengembangkan terus robot manusia yang pintar secara emosional. Bahkan waktunya bisa lebih cepat dari yang Anda bayangkan.
Baca juga: Di Masa Depan, Robot juga Akan Kena Pajak