Perjalanan Karier dan Musik Taylor Swift
https://www.naviri.org/2017/12/perjalanan-karier-dan-musik-taylor-swift.html
Naviri.Org - Taylor Swift adalah salah satu penyanyi terkenal di dunia yang lagu-lagunya sangat populer dan albumnya terjual jutaan kopi. Wanita berusia 27 tahun ini tampaknya dikaruniai begitu banyak kelebihan. Selain cantik, dia juga memiliki kemampuan menulis lagu-lagu yang memiliki daya jual tinggi, dan berkualitas. Bahkan, di luar itu, dia termasuk salah satu penyanyi yang langka, karena dapat mengubah image musiknya, dan terus mampu bersinar.
Pada 2014, misalnya, ia menegaskan perpindahan genre musiknya lewat album 1989. Secara tegas, ia melabeli album itu sebagai album Pop. Kepada Majalah Vogue, Taylor Swift menyatakan, “Karena dengan album ini aku mengubah seluruh bunyi yang pernah kubuat sampai sekarang [...] Intinya, album ini adalah tantangan terhadap diri sendiri sebagai seniman.”
Sebelumnya, Taylor Swift dikenal sebagai “cewek pirang-keriting bergitar” yang membuat genre country kembali naik daun, bukan cuma di Amerika Serikat tapi juga secara global. Lewat album pertamanya yang dijuduli nama sendiri pada 2006, Taylor Swift muda mulai mencuri perhatian kancah country. Album itu laris secara internasional, mendapat Platinum di Australia dan Kanada, Gold di Inggris, dan lima kali Platinum di Amerika Serikat.
Dua tahun kemudian, ia melebarkan pamornya lebih luas lagi lewat album Fearless. Dengan lagu andalan Love Story, album itu laris di Kanada, Jepang, Inggris, Irlandia, Singapura, Afrika Selatan, Rusia, Taiwan, Indonesia, Norwegia, Selandia Baru, Filipina, Malaysia, bahkan di Negara Arab di Teluk Persia. Nama Taylor Swift masuk ke dalam jejeran musisi termahal.
Kesuksesan itu makin terasa ketika pada 2008 ia menang kategori Artis Baru Terbaik dan penyanyi country perempuan terbaik di ajang musik tertinggi di Amerika Serikat, The Academy Awards.
Kala itu, citra country makin lekat pada Taylor Swift. Ia bahkan dijuluki sebagai Ratu Country setelah berhasil menang video musik perempuan terbaik di MTV Music Awards 2009, mengalahkan Beyonce sekaligus jadi penyanyi country pertama yang menang dalam kategori itu.
Nama besar dan julukan megah itu berhasil dipertahankan Taylor Swift sampai album selanjutnya: Speak Now dan Red. Namun, para pendengar mulai menyadari perubahan gaya musik sang Ratu Country. Sambasan gitar khas musik tradisional Amerika itu sudah mulai berkurang. Musik elektrik dan hentakan khas pop lebih kental. Rolling Stones mencatat "Back To December" (2010) dan "We Are Never Ever Getting Back Together" (2012) sebagai contoh perubahan gaya musik itu betul-betul terasa.
Kejayaan di musik country rupanya tak membuat Taylor Swift cepat puas. Kesuksesan luar biasa itu rela diakhirinya demi ambisi baru. Kini ia ingin dikenal sebagai penyanyi pop. Album 1989 jadi bukti keseriusan itu. Hasilnya? Dewi Fortuna masih bersama Taylor Swift. Ia ditahbiskan sebagai Ratu Pop baru sejak kesuksesan album 1989, yang menjadi album terbaik pada helatan Grammy 2016. Kemenangan itu juga menambatkan Taylor Swift sebagai satu-satunya perempuan dalam sejarah yang pernah dua kali memenangi kategori itu.
Keputusan Taylor Swift merombak reputasi sebenarnya bukan tak berisiko. Tak semua pekerja seni seberuntung dirinya.
Contohnya Eddie Vadder. Ia lebih dulu populer sebagai vokalis band grunge Pearl Jam. Ia kemudian ganti haluan musik di album solo keduanya. Lewat "More Than You Know" yang diiringi ukulele, Vedder berubah lebih santai dengan genre akustik. Penggemar tak senang, dan nama Vedder sebagai solois tak secerah kecemerlangannya saat bersama Pearl Jam.
Di dunia musik, perombakan citra ini sebenarnya hal biasa. Bob Dylan, dewa folk Amerika mengejutkan penggemarnya ketika mengeluarkan album Bring It All Back Home, pada Maret 1965, yang separuh isinya dialiri musik elektrik. Satu dekade sebelum tenar dengan tembang disko legendaris “Staying Alive”, Gibb bersaudara ternyata lebih sering tampil dengan lagu-lagu genre pop psikedelik.
Katy Perry yang pernah merajai puncak Billboard dengan lima lagunya dalam album yang sama (Teenage Dream), rupanya dulu penyanyi rohani. Sementara itu, biduan balada-pop era 80-an, Michael Bolton, memulai karier musiknya sebagai vokalis band Rock, Blackjack.
Tapi yang dilakukan Taylor Swift sedikit berbeda. Nama-nama di atas merombak citranya sebelum mereka sungguh-sungguh meledak sebagai musisi internasional, tentu saja kecuali Bob Dylan. Taylor Swift melakukan hal sebaliknya. Ia mirip dengan Dylan, mengganti citra di tengah kejayaan. Cuma sedikit cerita sukses yang hadir dari kasus demikian.
Misalnya David Bowie. Tak ada yang pernah segila Bowie soal gonta-ganti genre musik, dan tetap keren. Album-album awalnya bergenre hippie-folk dan psychedelia. Selanjutnya, ia muncul dengan genre glam-rock dan “plastic-soul”. Kemudian, membuat album Krautrock, dan ditutup dengan avant-jazz pada 2016, lalu pergi selamanya meninggalkan nama baik.
Nama lain, selain Taylor Swift yang berusaha coba menjejaki nasib Bowie, adalah Miley Cyrus dan Lady Gaga.
Miley Cyrus tampil dengan rambut cepak dan tampil telanjang dalam video musik "Wrecking Ball" untuk album Bangerz 2013. Citra ‘nakal’ itu dirombak habis-habisan jadi lebih country dalam lagu Malibu yang dirilisnya tahun ini. Gaga juga punya citra serupa. Tampilan eksentriknya berubah makin kalem hari ini.
Reputasi baru Taylor Swift masih belum jelas berganti bentuk macam apa. Mungkin perubahan itu baru benar-benar terlihat setelah Reputation dirilis. Tapi setidaknya dalam "Look What You Made Me Do," lagu pertama yang jadi teaser dari album itu, Taylor Swift meninggalkan sedikit petunjuk. Katanya dalam sebait lirik lagu itu:
“Maaf, Taylor Swift yang lama tak bisa menerima telepon saat ini. Kenapa? Oh, karena dia sudah mati!”
Baca juga: Orang-orang dengan Pengikut Terbanyak di Instagram