Ironi Korea Utara, di Antara Rudal dan Rakyat Kelaparan
https://www.naviri.org/2017/12/korea-utara.html?m=0
Naviri.Org - Entah apa yang ada di kepala Kim Jong-un, sang pemimpin Korea Utara (Korut). Dia bersama para pendukung di pemerintahannya terus aktif melakukan pengembangan dan uji coba rudal (peluru kendali) yang menghabiskan biaya sangat besar, namun di saat sama rakyat Korea Utara dicekam penderitaan dan kelaparan.
Sebagai bagian persenjataan, rudal tampaknya mendapat perhatian khusus dari pemerintahan Korea Utara. Namun, di saat yang sama, mereka tampak tidak peduli dengan nasib rakyat yang makin tertekan dan hidup dengan perut kelaparan, sambil menatap masa depan yang tampak makin suram.
Pada Selasa (29/8/2017), misalnya, Korea Utara kembali melakukan uji coba peluru kendali balistik. Peluru kendali itu dilepaskan dari Sunah, dekat Pyongyang, melewati wilayah Jepang, dan jatuh di Samudera Pasifik di lepas Pantai Hokkaido, Jepang.
Uji Coba yang kesekian kali ini membuat tetangga Korea Utara seperti Jepang berang. Ketegangan di wilayah Asia Timur itu kian meningkat. Pemerintah Jepang menyatakan akan mengambil langkah tegas demi keselamatan warga Jepang. Reaksi keras Jepang ini bukan tanpa sebab, untuk kali pertama uji coba peluru kendali atau rudal Korea Utara melewati wilayah Jepang.
Sepanjang 2017, Korea Utara sudah melakukan uji coba rudal balistik sebanyak 21 kali. Jumlah ini mendekati total uji coba peluru kendali sepanjang 2016 yang mencapai 24 kali. Selama Kim Jong-un memimpin, Korea Utara kerap melakukan uji coba rudal balistik. Setidaknya lebih dari 20 kali uji coba setiap tahun, jumlah itu sudah termasuk uji coba yang gagal.
Uji coba rudal balistik sudah menjadi aktivitas rutin Korea Utara sejak kepemimpinan Kim Il Sung (1984-1994). Secara keseluruhan, Kim Il Sung melakukan 15 kali uji coba. Sedangkan uji coba rudal balistik di masa kepemimpinan Kim Jong Il (1994-2011) hampir sama dengan masa Kim Il Sung, yaitu 16 kali uji coba.
Dalam pengembangan senjata rudal balistik, Korea Utara kian meningkatkan teknologi dan jangkauan sasaran. Hwosang, yang menjadi versi pertama dari rudal Korea Utara, mampu meluncur hingga radius 1.000 km. Rudal itu mampu membawa hulu ledak konvensional, kimia, hingga biologis.
Lalu Korea Utara meningkatkan kapasitas jangkauan di versi Nodong yang dapat menjangkau 1.300 km, atau mampu menjangkau seluruh Korea Selatan dan sebagian besar Jepang. Secara bertahap, rudal Korea Utara dikembangkan hingga yang terakhir disebut-sebut mampu menjangkau Amerika Serikat, yaitu versi KN-08 dengan jarak maksimum 11.500 km.
Korea Utara mengeluarkan 10 miliar dolar AS per tahun untuk anggaran pertahanan dari GDP, yang hanya sebesar 40 miliar dolar AS. Jumlah ini memang ironis, karena anggaran pertahanan mereka sudah setara dengan 25 persen GDP.
Di saat Kim Jong-un menggelontorkan miliaran dolar AS untuk program rudalnya, laporan Relief Web Maret 2017 memaparkan penderitaan 18 juta penduduk Korea Utara. Mereka hidup hanya bergantung pada bantuan makanan dari pemerintah. Hal ini menyebabkan banyak warga kekurangan gizi, dan diperparah dengan minimnya akses pada layanan kesehatan. Jutaan lainnya juga berisiko terdampak banjir dan kekeringan. Anak-anak pun ikut menjadi korban.
Kondisi seperti ini sudah berlangsung lama. Pemerintah Korea Selatan pernah menyindir Korea Utara agar dana 1,3 miliar dolar AS yang digunakan untuk program rudal 2012, sebaiknya dialokasikan untuk pemenuhan kebutuhan warga Korea Utara.
“Jumlah ini (1,3 miliar dolar AS) setara dengan 4,6 juta ton jagung,” kata pejabat Korea Selatan. “Jika ini digunakan untuk memecahkan persoalan kekurangan pangan, warga Korea Utara tak perlu khawatir soal makanan selama empat sampai lima tahun.”
Kondisi warga Korea Utara yang memprihatinkan tersebut menyebabkan negara itu menempati urutan ke-98 dari 118 negara, dengan skor 28,6 dalam Laporan Kelaparan Global 2016. Hal ini menandakan jika kebutuhan pangan menjadi isu serius yang dihadapi penduduk Korea Utara saat ini. Sayangnya, Kim Jong-un lebih memilih urusan yang lain.
Baca juga: Kisah Pelarian Korea Utara yang Ingin Membunuh Kim Jong Un