Jakarta dan Sao Paulo, Kota dengan Kemacetan Paling Gila
https://www.naviri.org/2017/12/jakarta-dan-sao-paulo.html
Naviri.Org - Warga Jakarta membutuhkan kesabaran yang lebih besar dibanding warga kota lain. Pasalnya, warga Jakarta harus menghadapi kemacaten setiap saat, setiap hari, kapan pun berkendara. Karenanya, tanpa kesabaran yang luas, warga Jakarta bisa cepat stres. Ada baiknya pula, bagi warga Jakarta, untuk menyadari bahwa mereka masih bisa dibilang “beruntung”, karena setidaknya kemacetan yang mereka alami tidak separah kemacetan yang dihadapi warga Sao Paulo.
Brazil, negara di Amerika Selatan, memiliki kota terkenal bernama Sao Paulo. Sama seperti Jakarta, Sao Paulo adalah kota terbesar di Brazil. Dan sama seperti Jakarta pula, Sao Paulo menghadapi masalah kemacetan yang luar biasa parah. Menurut petugas lalu lintas setempat, ruas kemacetan kota terbesar di Brazil tersebut mencapai 180 km.
Salah satu penyebab kemacetan di Sao Paulo adalah booming-nya industri otomotif yang kemudian menggerakkan keinginan dan kemampuan masyarakat dalam membeli kendaraan pribadi, khususnya mobil. Kemacetan tidak terelakkan karena dua hal. Pertama, infrastruktur jalan raya Sao Paulo tidak mengiringi pertumbuhan volume kendaraan. Kedua, proses penyediaan moda transportasi massa masih kalah cepat dari pertumbuhan kepemilikan mobil.
Kondisi di Sao Paulo sama dengan kondisi kemacetan yang dialami Jakarta. Statistik menunjukkan, di saat jumlah kendaraan pribadi di Jakarta bertambah 8% setiap tahun, di saat yang sama ruas jalan hanya bertambah 0.01%, dan persentase pengguna angkutan umum turun 28,4%. Artinya, proses penyediaan moda transportasi massa dan pertumbuhan infrastruktur jalan raya di Jakarta masih belum bisa membalap, atau setidaknya mengiringi, pertumbuhan volume kendaraan pribadi di Jakarta.
Sul America Traffic Radio, sebuah stasiun radio setempat, sengaja didirikan guna merespons kemacetan dengan mendedikasikan siarannya khusus pada penyampaian titik-titik kemacetan dan penyediaan jalan alternatif bagi warga Sao Paulo.
Reaksi masyarakat terhadap radio tersebut luar biasa, setiap hari rata-rata Sul America menerima 3.500 panggilan telepon dari pendengarnya, umumnya mereka menyampaikan dan menanyakan di mana jalan kota tersebut yang tidak mengalami kemacetan.
Sul America Traffic Radio merupakan radio nomor dua di Sao Paulo yang paling banyak didengarkan, khususnya di jam-jam padat lalu lintas, pagi dan sore hari. Bagi kalangan pebisnis dan eksekutif, menyewa helikopter adalah solusi menghindari kemacetan. Meskipun mereka harus merogoh kocek lebih dalam dari masyarakat kebanyakan, namun keberadaan jasa angkutan helikopter menurut mereka setimpal dengan produktivitas kegiatan bisnis mereka.
Helimart Air Taxi, perusahaan jasa angkutan helikopter Sao Paulo, kerap digunakan pebisnis untuk menjangkau pertemuan di berbagai tempat. "Jika saya menyewa helikopter selama beberapa jam, saya bisa mendarat dari satu helipad ke helipad berikutnya untuk pertemuan bisnis. Dalam satu hari, saya bisa menyelesaikan tiga hingga empat pertemuan, yang tidak mungkin saya lakukan jika saya menggunakan mobil. Bagi saya, ini (helikopter) adalah alat untuk mencari pendapatan," ungkap Sergio Alcibiades, seorang konsultan hukum setempat.
Jorge Bittar, pemilik Helimart Air Taxi, mengakui kemacetan di Sao Paulo merupakan penyebab meningkatnya profit perusahaan. Setiap tahun, keuntungan dari angkutan helikopter miliknya meningkat 10%. Perusahaannya memiliki 16 armada helikopter, satu pun tidak ada yang berdiam lama di helipad. Selalu ada pelanggan yang membutuhkan jasa angkutannya.
Bittar mengakui, dari kemacetan ia mendulang keuntungan; "semakin buruk situasi kemacetan, semakin baik bagi kita".
Respons Jakarta terhadap kemacetan juga kurang lebih sama, hampir semua radio ibukota mengalokasikan beberapa menit siarannya untuk menyampaikan situasi lalu lintas, khususnya di pagi dan sore hari. Di ranah Twitter, ada akun media yang sifatnya swadaya, lebih khusus, interaktif mengenai kemacetan seperti @lewatmana, @infoll, atau akun yang disediakan aparat kepolisian @TMCPoldaMetro.
Jika masih kurang, pengguna jalan ibukota dapat melihat tayangan langsung cctv di titik rawan macet lewat situs-situs yang tersedia.
Baik Sao Paulo ataupun Jakarta, respon yang dipilih di atas jelas tidak menyasar akar masalah penyebab kemacetan. Ibarat kota adalah pohon dan kemacetan sudah menggerogoti seluruh pohon yang hampir rapuh, solusi di atas hanya mencoba mencari ranting dan kayu yang masih bisa digunakan masyarakat untuk mendaki hingga ke pucuk. Kreatif namun belum inovatif.
Fenomena kemacetan serta solusinya di dua kota besar tersebut menunjukkan bahwa akar kemacetan adalah ketimpangan antara infrastruktur jalan, jumlah kendaraan pribadi, dan ketersediaan angkutan tranportasi massa. Jakarta perlu berbenah lebih inovatif lagi. Di Sao Paulo, meski ada media radio untuk mengabarkan situasi lalu lintas dan ada jasa angkutan helikopter, kemacetan tidak bertambah surut, malah panjang umur hingga 9 tahun.