Indonesia Memasuki Era Pasar Daring
https://www.naviri.org/2017/12/indonesia-memasuki-era-pasar-daring.html
Naviri.Org - Pasar daring (online) perlahan namun pasti terus meningkat dan membesar, hingga menjadi pesaing kuat bagi pasar konvensional. Kenyataan ini memang sulit disangkal apalagi dilawan, karena nyatanya penetrasi internet makin kuat, dan keberadaannya digunakan oleh semakin banyak kalangan.
Jika sebelumnya pengguna internet hanya kalangan remaja dan anak muda, kini para orang tua juga aktif menggunakan. Jika sebelumnya internet lebih banyak digunakan untuk pencarian informasi dan berita, kini juga untuk berbisnis. E-commerce adalah salah satunya.
Perdagangan daring, sejak era internet, adalah salah satu lahan bisnis yang gurih. Pertumbuhannya didulang berkat semakin meluas penggunaan telepon pintar dan akses internet.
Dari data Statista, pada 2016, bisnis daring menyumbang 8,6 persen terhadap penjualan ritel global. Pada 2017, pasar daring diproyeksikan meningkat menjadi 10,1 persen.
Selain metode transaksi yang mengandalkan jaringan internet itu, belanja via online pun sensitif terhadap harga. Pembeli misalnya dimanjakan lewat ongkos kirim gratis, diskon gila-gilaan, dan promosi lewat kupon.
Roy Nicholas Mandey, Ketua Asosiasi Pedagang Ritel Indonesia (Aprindo), menilai salah satu faktor tumbangnya daya beli ialah ramainya bisnis e-commerce. Meski minim penjualan makanan, kosmetik, dan pakaian, tumbuhnya bisnis daring didukung kesemrawutan tata kota dan inovasi harga.
“Elektronik malah ada diskon di online. Otomatis mendingan beli online daripada di Glodok,” ungkap Mandey.
Ia mengatakan, generasi kekinian melek internet. Mereka bisa dengan mudah menelusuri pelbagai macam komoditas dan membandingkan harga ketimbang ke pasar konvensional yang harus mempertimbangkan ongkos akses dan parkir.
Merujuk perkembangan internet di Indonesia, tahun lalu ada 132,7 juta pengguna internet atau 51,5 persen dari populasi. Berdasarkan riset terbaru Nielsen mengenai tren konsumen digital, yang dirangkum enam bulan pertama 2017, jangkauan internet telah mencapai 44 persen atau sekitar 24,4 juta orang dari 53,3 juta penduduk di 11 kota. Angka ini melejit pesat dibanding lima tahun lalu yang cuma 26 persen.
Menurut riset TEMASEK dan Google tahun lalu mengenai pasar daring di Asia Tenggara, Indonesia tergolong paling cepat pertumbuhan internetnya di dunia. Pada 2020 mendatang, diprediksi ada 215 juta pengguna internet di Indonesia. Pada 2025 mendatang, 119 juta orang Indonesia diprediksi sebagai pembeli online, dengan total nilai 81 miliar dolar AS, menurut riset tersebut.
Baca juga: Pelajaran Bisnis dari Tutupnya 7 Eleven di Indonesia