Mengapa Ada Artis yang Populer di YouTube, tapi Tidak di Twitter?
https://www.naviri.org/2017/12/artis-populer-di-youtube.html
Naviri.Org - Mengapa ada artis-artis yang sangat populer di YouTube, tapi tidak ngetop di Twitter? Atau sebaliknya, mengapa ada artis-artis yang populer di Twitter, tapi tidak ngetop di YouTube? Awkarin, misalnya, sangat populer di YouTube, video-videonya selalu ditonton banyak orang. Tapi dia tidak ngetop di Twitter. Mengapa bisa begitu?
Sebenarnya, jawaban untuk pertanyaan tersebut cukup sederhana, tergantung dari masing-masing platform itu bekerja.
Pada 6 Desember lalu, Twitter Indonesia resmi merilis apa saja yang populer di media sosial mereka dalam setahun terakhir dengan tajuk #RameDiTwitter.
Sehari setelahnya, YouTube merilis laporan serupa berjudul YouTube Rewind. Lalu pada Rabu (13/12) kemarin, Google merilis data segala yang populer di layanan mesin pencarian di Indonesia, dalam tajuk Year in Review.
“Indonesia jatuh cinta pada (dunia) web. Kami melihat banyak konten yang telah dibuat, konten (asli) Indonesia yang dibuat (pula) dalam bahasa Indonesia. Masyarakat Indonesia kini lebih tertarik menggunakan internet untuk menciptakan peluang (misalnya) untuk bisnis,” kata Tony Kausgen, Managing Director Google Indonesia.
“Orang-orang Indonesia sangat bersemangat untuk memperbesar (kekuatan) digital untuk meraih kesempatan ekonomi. Mencari tahu bagaimana menjadi YouTuber, bagaimana menjadi driver Go-Jek, bagaimana menjadi wirausahawan teknologi,” kata Kausgen.
Secara umum, perusahaan-perusahaan seperti Twitter, YouTube, maupun Google bermain di pasar serupa, pasar yang dipenuhi para netizen khususnya Indonesia. Pada 2017 diprediksi jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 104,96 juta pengguna. Jumlahnya memang belum sampai separuh populasi, tapi angka yang sangat besar.
Meski punya kesamaan pasar secara umum, hasil dari apa yang paling populer yang dikeluarkan masing-masing platform ini saling berbeda.
Twitter misalnya, tweet yang paling populer, atau biasa disebut golden tweet, diraih oleh tweet duka kepergian kiper sekaligus kapten tim Persela Lamongan, Choirul Huda, yang dikicaukan akun resmi Persela Lamongan, @PerselaFC. Selain itu, tagar yang paling populer di platform tersebut adalah #PersibDay, tagar yang memicu percakapan soal datangnya hari bertanding Persib Bandung. Faktanya, tema olahraga berjaya di Twitter tahun ini.
Berbeda dengan Twitter, di YouTube konten parodi didaulat sebagai yang paling populer. Adalah Baby Shark yang digubah menjadi versi Jawa, “Culoboyo” menjadi yang paling laku diputar netizen Indonesia.
Memahami segmen para pengguna
Untuk mendalami perbedaan ini, bisa diamati dengan membaca demografi masing-masing platform. Contoh yang paling mudah dengan membandingkan tokoh-tokoh pesohor di dunia musik Tanah Air.
Pada Twitter, Rich Chingga adalah musisi yang paling banyak dibicarakan selama tahun ini. Ia kemudian disusul berurutan oleh Melody JKT48, Agnes Mo, Shani JKT48, dan Addie MS. Selain tokoh musisi, Twitter juga merilis daftar pagelaran musik yang paling banyak dibicarakan. Berurutan, ia adalah Java Jazz Festival, We The Fest, Prambanan Jazz, Soundrenaline, dan Djakarta Warehouse Project.
Melihat hasil tersebut, genre musik Hip Hop, Pop, EDM, dan terutama Jazz mendominasi. Pendengar musik bergenre Jazz, merujuk NPR, ialah mereka yang orang-orang berpendidikan. Jazz, lebih umum didengarkan oleh orang-orang berusia mapan dan didominasi oleh kaum laki-laki.
Berdasarkan hasil riset global yang dipaparkan Nielsen di 2014, musik bergenre EDM juga musik yang dinikmati kalangan berpendidikan. Hasil survei Nielsen menyebut bahwa 24 persen penikmat lagu ini, kategori pendidikan tinggi. Penikmat musik EDM ialah kaum muda, yang didominasi usia antara 18-24 tahun. Secara pendapatan, penikmat lagu EDM diungguli oleh golongan berpenghasilan antara $25 ribu hingga $49 ribu per tahun.
Bila melihat demografi Jazz dan EDM, setidaknya dapat menggambarkan pengguna Twitter memiliki tingkat pendidikan yang baik. Salah satu indikatornya, adalah cukup meleknya pengguna Twitter atas dunia politik. Sebanyak empat dari 10 peristiwa paling populer, terkait dengan dunia politik.
Bagaimana dengan YouTube?
Pada layanan media sosial berbasis video YouTube, lagu "Asal Kau Bahagia" dari Armada didaulat menjadi yang terpopuler sebagai genre Pop. Setelah lagu Pop, musik terpopuler di YouTube berurutan kemudian diduduki oleh Dangdut. Ia adalah Sayang yang dibawakan Via Vallen, dan Jaran Goyang yang didendangkan Nella Kharisma.
Selanjutnya, lagu “setengah pop” berjudul Akad yang dibawakan Payung Teduh dan Surat Cinta Untuk Starla yang dibawakan Virgoun. Ini artinya, genre musik Pop dan Dangdut, berkuasa atas YouTube di 2017.
Andrew N. Weintraub, dalam buku berjudul “Stories: A Social and Musical History of Indonesia's Most Popular Music”, mengungkapkan bahwa dangdut, terutama di 1970-an, adalah musik rakyat. Musik yang berasosiasi dengan lapisan bawah struktur sosial masyarakat. Lapisan yang berpenghasilan menengah ke bawah. Genre dan tokoh musisi yang populer di YouTube kurang lebih mencerminkan seperti itu.
Catatan populer di Twitter dan YouTube, justru bertolak belakang dengan Google. Platform mesin pencari ini lebih muncul merangkul semua golongan. Dari 10 daftar musik terpopuler di Google, semua genre musik terwakilkan. Dari mulai musik lokal hingga musik mancanegara.
Dalam kategori “Musik” dan mengesampingkan lagu Surat Cinta Untuk Starla, Despacito merupakan lagu yang paling populer yang dicari di Google. Lagu itu disusul berurutan oleh Akad, Asal Kau Bahagia, Bukti, Shape of You, Sayang, Attention, dan Jaran Goyang.
Jika menilik lagu-lagu tersebut, Google tak memiliki tendensi demografi pengguna seperti Twitter dan YouTube. Kenyataannya, Google menampung semua genre dan semua golongan. Ini karena Google sebagai layanan dasar di jagat internet. Google gerbang menuju layanan-layanan lain seperti media sosial.