Dunia Gempar oleh Penemuan Lobster Berlogo Pepsi
https://www.naviri.org/2017/12/Lobster-Berlogo-Pepsi.html
Naviri.Org - Masalah sampah tampaknya makin mengkhawatirkan, karena keberadaan sampah tidak hanya menyesaki daratan, namun juga lautan. Entah sudah berapa banyak sampah yang masuk ke lautan, lalu mencemari perairan di dalamnya. Kenyataan itu, sebenarnya, telah disuarakan oleh banyak pihak sejak lama, namun persoalan sampah lautan belum juga mendapat perhatian serius.
Kini, persoalan sampah di lautan kembali mengemuka setelah ditemukannya seekor lobster yang tubuhnya dilekati logo Pespsi. Penemuan lobster unik itu bahkan menggemparkan dunia. Ditemukan di Kanada, lobster itu menjadi viral di media sosial. Pasalnya, pada capit lobster tersebut ditemukan sebuah tato berbentuk logo minuman ringan Pepsi.
Para konservasionis mengatakan pada Telegraph, Jumat (1/12/2017), penemuan mengejutkan ini sangat menarik perhatian banyak orang, dan menegaskan bahaya sampah di lautan.
Lobster itu ditangkap para nelayan di perairan Grand Manan, New Brunswick, Kanada, pada 21 November 2017. Logo Pepsi pada capit lobster itu pertama kali dilihat oleh nelayan bernama Karissa Lindstrand.
Lindstrand mengatakan kepada CBC (29/11) bahwa saat itu, dia sedang memasukkan lobster ke dalam peti untuk dikirimkan ke pembeli. Sekilas ia melihat logo merah dan biru yang langsung dikenali bahwa itu adalah logo dari minuman bersoda.
Dia pun dengan mudah mengidentifikasi logo berwarna biru dan merah tersebut, dikarenakan Lindstrand mengaku tiap harinya, mengkonsumsi 12 kaleng Pepsi. Selain itu, ia juga telah memancing lobster selama empat tahun.
"Saya tidak bisa mengatakan bagaimana dia bisa melakukannya," kata Lindstrand, yang memasang gambar tersebut di akun Facebook-nya. "Sepertinya lebih mirip tato atau gambar lobster dari pada sesuatu yang tumbuh pada dirinya."
Ia menyatakan belum pernah melihat hal seperti itu sebelumnya.
Seminggu setelah ditemukan, penemuan tersebut menimbulkan perdebatan di kalangan nelayan. Ada yang menyebutkan lobster tersebut tumbuh berkembang di sekitar kaleng Pepsi yang dibuang orang ke dasar laut. Yang lain mengatakan, bahwa logo Pepsi itu tidak berasal dari kaleng, namun dari kotak yang kemudian menempel begitu saja di capitnya.
Spekulasi lainnya adalah bahwa kemasan minuman tersebut telah terjebak di dalam cakarnya selama bertahun-tahun. Namun, Lindstrand sendiri menduga gambar tersebut berasal dari gambar yang dicetak karena muncul pixelated, tapi kertas pasti akan hancur di laut.
Matthew Abbott, koordinator program kelautan di Dewan Konservasi New Brunswick, mengatakan bahwa sampah sudah menyebar ke mana-mana, bahkan sudah sampai ke perairan dalam.
"Saya terkejut dengan penemuan yang unik itu, namun tidak heran bahwa hewan laut yang ditemukan pada kedalaman tertentu sangat berhubungan dengan sampah manusia," pungkasnya.
Temuan ini kembali memantik perdebatan tentang jumlah dan bahaya sampah di lautan saat ini. Diperkirakan ada sekitar 5-13 juta ton sampah plastik di lautan di seluruh dunia. Sampah-sampah itu kemudian dikonsumsi oleh burung, ikan, dan organisme lainnya di lautan.
Pada The Guardian (29/11), seorang pelaut pensiunan ternama bernama Dame Ellen MacArthur memperingatkan bahwa pada tahun 2050, lautan akan dipenuhi oleh lebih banyak plastik daripada ikan-ikan yang seharusnya tinggal di sana.
Baru-baru ini juga para ilmuwan berhasil mendokumentasikan sekitar 38 juta keping sampah plastik, yang berbobot sekitar 18 ton, di sebuah kawasan pulau karang terpencil di Pasifik Selatan bagian timur.
Dari tumpukan sampah-sampah tersebut, para ilmuwan menemukan ratusan kepiting yang menggunakan botol serta wadah plastik sebagai rumah mereka.
Tak lama kemudian, sebuah ekspedisi di kawasan Artik menemukan bahwa pantai-pantai di daerah terpencil itu penuh dengan plastik. Sampah-sampah itu diduga berasal dari Eropa dan Amerika Utara.
Bagi Lindstrand, lobster dengan logo Pepsi mengisyaratkan banyaknya sampah yang berakhir di lautan. "Saya melihat banyak sampah di sepanjang garis pantai yang terdampar di pantai atau sisi tebing."
Lindstrand tak bisa memiliki lobster itu, karena ia hanya boleh memotretnya. Ia berharap, lobster tersebut telah ada di AS untuk segera dilakukan penelitian lebih lanjut.
Baca juga: Dulu Ular Makan Katak, Sekarang Katak Makan Ular