Kisah Suram di Balik Kuburan Sepeda di China
https://www.naviri.org/2017/12/Kuburan-Sepeda.html
Naviri.Org - Di China, ada sebuah lokasi yang menjadi tempat menumpuknya ribuan sepeda, hingga sering disebut kuburan sepeda. Saat melihatnya, orang bisa jadi merasa sayang menyaksikan beribu-ribu sepeda hanya tertumpuk tanpa guna, dan hanya teronggok seperti sampah, terguyur hujan dan tersengat panas.
Bagaimana asal usul kuburan sepeda itu, dan mengapa sampai ada beribu-ribu sepeda yang bertumpuk tanpa guna?
Semua berawal dari sebuah gagasan inovasi dalam industri teknologi, yaitu Bycyle Sharing System, sebuah sistem rental sepeda bersama, kapan pun dan di mana pun Anda bisa menggunakan sepeda. Dengan biaya yang relatif murah, Anda bisa sepedaan dari titik A sampai ke titik B, dan menjadi alternatif transportasi yang murah meriah dan menyehatkan.
Wikipedia menjelaskannya sebagai berikut:
A bicycle-sharing system, public bicycle system, or bike-share scheme, is a service in which bicycles are made available for shared use to individuals on a very short term basis for a price. Bike share schemes allow people to borrow a bike from point A and return it at point B. Many bike-share systems offer subscriptions that make the first 30–45 minutes of use either free or very inexpensive, encouraging use as transportation. This allows each bike to serve several users per day. In most bike-share cities, casual riding over several hours or days is better served by bicycle rental than by bike-share. For many systems, smartphone mapping apps show nearby stations with available bikes and open docks.
Sistem rental sepeda bersama ini sebetulnya sudah lama sekali ada. Sekira tahun 1965 sistem ini mulai diperkenalkan di daerah Eropa. Hingga pertengahan tahun 2000, sistem ini makin berkembang, karena adanya ledakan teknologi informasi. Hingga sekarang, sistem ini pun sudah berbasis aplikasi mobile/handphone, dan sudah luas tersebar di berbagai negara, hampir seluruh Eropa, Amerika (Utara hingga selatan), Australia, Asia, tak terkecuali Indonesia.
Banyak startup baru yang muncul mengusung ide sistem rental bersama ini. Dan mereka dapat suntikan dana yang besar, karena bisnis ini cukup menjanjikan.
Namun tidak semua berjalan baik.
Seperti dilansir media elektronik The Guardian, sebuah startup Bycyle Sharing System ketiga terbesar di China, Bluegogo, mengumumkan perusahaan itu mengalami kebangkrutan.
Perusahaan startup yang didirikan oleh CEO muda, Li Gang, itu pernah digadang-gadang menjadi "Uber of bikes" atau bahasa Indonesianya "Ubernya sepeda", dan mendapatkan suntikan dana sebesar 600 juta yuan (90 juta USD) atau sekitar 1,2 triliun rupiah.
Uang sebanyak itu ditujukan untuk menyediakan 700.000 buah sepeda modifikasi, yang tersebar di kota-kota di China. Sistemnya, pengguna tinggal download aplikasi, deposit, lalu menggunakan sepeda rental. Setelah selesai, tinggal letakkan di mana saja.
Setiap penggunaan lebih dari 30 menit akan dikenai biaya. Bluegogo mengklaim bahwa penggunanya sekitar 20 juta orang di seantero China. Namun di media sosial di sana banyak beredar isu tentang deposit yang tak bisa di-redeem, jadi uang yang sudah disetor bakalan mengendap.
Dengan perkiraan dana besar yang mengendap itu, tidak ada kejelasan bagaimana statusnya, makin membuat posisi perusahaan bermasalah. Bahkan rumor yang beredar, Li Gang kabur keluar negeri dan lari dari masalah. Saat didatangi wartawan lokal, kantornya pun tutup gak beroperasi.
Kemungkinan hal ini disebabkan kurangnya ketelitian memprediksi besaran supply dan demand produk ini, di samping lemahnya kontrol finansial perusahaan. Bahkan masalah yang timbul dari akibat salah prediksi supply-demand ini mengakibatkan banyaknya over-used sepeda rental.
Kebiasaan penggunaan yang semaunya, sembarangan menaruh sepeda, dan populasi sepeda yang terlampau banyak pada suatu titik tertentu hingga tidak bisa lagi dirasakan kenyamanan penggunaannya.
Mungkin akan lebih baik bila pemerintah lebih tegas mengatur regulasi sistem rental sepeda bersama ini, dan memberikan support untuk bisa membangun infrastruktur yang memadai dan bike-friendly.
Baca juga: Tren Baru yang Unik, Para Wanita Menikahi Pohon