Seratus Tahun Deklarasi Balfour, Antara Perayaan dan Protes
https://www.naviri.org/2017/11/seratus-tahun-deklarasi-balfour.html
Naviri.Org - Deklarasi Balfour mencapai usia satu abad atau seratus tahun pada November 2017 kemarin. Berdasarkan sejarah, Deklarasi Balfour adalah surat yang ditulis oleh Menteri Luar Negeri Inggris, Arthur James Balfour, kepada Lord Walter Rothschild, seorang Yahudi. Belakangan, Deklarasi Balfour menjadi titik awal pembentukan negara Israel yang lalu memicu pecahnya konflik dengan Palestina.
Terkait usia seratus tahun deklarasi tersebut, Inggris merayakannya bersama Israel. BBC News melaporkan bahwa Perdana Menteri Inggris, Theresa May, merayakan seratus tahun Deklarasi Balfour bersama Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, yang diundang untuk makan malam bersama di Lanchaster House, London.
Sementara itu, di banyak tempat, peringatan satu abad Deklarasi Balfour lebih banyak disambut protes alih-alih perayaan. Dalam laporan BBC News, seniman legendaris Inggris Banksy mengorganisasi pesta jalanan di Bethlehem, Tepi Barat. Selain sebagai medium protes, acara tersebut juga digelar sebagai simbol permintaan maaf atas kekhilafan pemerintah Inggris di masa lalu, sebab telah melahirkan rezim Zionis yang bengis.
Ribuan penduduk Kota Ramallah juga berkumpul pada Kamis (2/11/2017) untuk aksi damai di jalanan, dan “bergerak menuju pusat-pusat kebudayaan Inggris”. Mahmoud Abbas mendukung acara tersebut. Sebagaimana dilaporkan Al Jazeera, ia menyatakan bahwa Deklarasi Balfour adalah awal dari 100 tahun pengusiran dan pendudukan atas bangsanya. Inggris seharusnya menebus kesalahannya, kata Abbas, bukan merayakan. Abbas mengungkapkan hal yang sama di dalam kolomnya yang dimuat Guardian pada Rabu (1/11/2017).
Sejumlah pendemo juga berkumpul di gedung konsulat Inggris di Yerussalem timur. Anak-anak sekolah menengah yang jadi peserta aksi menulis surat dan menyerahkannya ke pihak konsulat. Isinya menyatakan bagaimana perasaan mereka terkait deklarasi. Lainnya mengumpulkan tanda tangan hingga jumlahnya mencapai 100.000 dari orang-orang yang turut simpati. Pendemo meneriakkan yel-yel semisal “Keadilan, kekuatan, kebebasan: negara kita adalah Palestina!”
Di Afrika Selatan, ratusan orang berkumpul di depan gedung kedutaan besar Israel di Kota Pretoria pada 2 November kemarin. Massa aksi mengenakan kaos merah dan meneriakkan seruan penghentian praktik pembersihan etnis terhadap orang-orang Palestina. Mereka menari dan menyanyi dalam semangat anti-kolonialisme modern sembari mendapat penjagaan ketat dari aparat.
“Pergi bersama politik pemisahanmu Israel, pergi!” teriak mereka.
Sayangnya, seperti yang disebut tadi, suara-suara ini tak sejalan dengan sikap Perdana Menteri Inggris, Theresa May. Seratus tahun Deklarasi Balfour ia rayakan bersama Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, yang diundang untuk makan malam bersama di Lanchaster House, London.
Berbeda dengan tokoh Partai Buruh Jeremy Corbyn yang pro-Palestina dan menolak segala bentuk kolonialisme, May memilih untuk bersimpati pada Israel. Deklarasi Balfour ia dukung, dan ia bangga menjadi bagian dari pemerintahan negara yang dulu pernah menggagasnya.