Sejarah dan Perkembangan Twitter dari Masa ke Masa
https://www.naviri.org/2017/11/sejarah-dan-perkembangan-twitter.html
Naviri.Org - Twitter saat ini telah menjadi salah satu media sosial paling populer di internet, bersama Facebook dan Instagram. Ketiga media sosial tersebut—Twitter, Facebook, dan Instagram—memang memiliki ciri sekaligus kelebihan tersendiri, yang membedakan ketiganya.
Jika Facebook identik sebagai media sosial untuk menjalin pertemanan, dan Instagram identik dengan posting foto-foto penggunanya, Twitter adalah media sosial yang juga kerap disebut microblogging, karena memungkinkan pengguna untuk menulis kalimat dengan karakter terbatas. Keterbatasan yang disediakan Twitter pun dimanfaatkan banyak situs atau portal berita untuk menyebarkan link atau tautan artikel-artikel mereka.
Semenjak Twitter lahir 2006 silam, platform media sosial ini sudah terlanjur melekat dengan ruang menulis hanya 140 karakter. Hasil tangan dingin Jack Dorsey, Evan Williams, Noah Glass, Biz Stone dan beberapa rekan membuahkan karya sebuah media sosial yang fenomenal.
Twitter lahir dengan sebutan awal “twttr.” Nama twttr terinspirasi dari startup lain bernama Flickr, media sosial khusus foto, dan shortcode SMS di Amerika Serikat kala itu. Shortcode atau kode singkat ialah versi singkat dari nomor telepon yang digunakan untuk berkirim SMS. Nomor shortcode Twitter pertama kali adalah 10958 yang kemudian berganti menjadi 40404. Dari soal nama ini, ada kesan yang ingin disampaikan bahwa Twitter ingin menjadi layanan yang sederhana dan mudah digunakan.
Penggunaan nomor shortcode yang dipakai twttr alias Twitter jelas bukan tanpa sebab. Twitter, di awal kemunculannya, memanfaatkan SMS bagi roda kehidupan layanannya. Di titik inilah asal muasal mengapa layanan media sosial tersebut membatasi penggunanya hanya dengan 140 karakter bagi para penggunannya untuk berkicau.
Friedhelm Hillebrand, salah seorang tokoh di bidang komunikasi mobile, mencorat-coret beberapa kalimat dalam beberapa lembar kertas. Coretan yang terkesan tak bermakna itu, dihitung dengan seksama setiap karakter yang tercetak. Hillebrand takjub, kebanyakan coretannya memiliki tak lebih dari 160 karakter, sudah termasuk spasi.
“Hanya 160 karakter ini sangat sangat memadai,” ucap Hillebrand mengingat peristiwa pada 1985 itu.
Hillebrand bukan orang sembarangan di dunia teknologi. Pada 1985, ia dan timnya sedang memikirkan standar bagi jumlah karakter yang diizinkan dikirim dalam sekali waktu. Standar 160 karakter untuk sebuah SMS, merupakan hasil kerja Hillebrand dan timnya.
Batas 160 karakter tak hanya diilhami oleh Hillebrand saja. Timnya menemukan fakta bahwa kalimat yang tercantum pada kartu pos, tak lebih memiliki 150 karakter. Selain itu, hasil pengamatan dari pesan yang dikirimkan melalui sebuah mesin bernama Telex, rata-rata memiliki jumlah karakter yang mirip dengan apa yang terjadi pada kartu pos.
Namun, gagasan 160 karakter bukanlah angka final. Hillebrand dan timnya pertama mengusulkan 128 karakter sebagai standar batasan karakter sebuah SMS. Demi menambah ruang gerak sebuah pesan, diputuskan bahwa ada penambahan 32 karakter. Akhirnya, lahirlah standar batasan karakter sebuah SMS hanya 160 karakter.
Terinspirasi dari SMS yang memiliki batas penulisan karakter hanya 160, Twitter mencoba melakukan perubahan. Twitter akhirnya memutuskan memakai batas 140 karakter dengan sisa 20 karakter yang disiapkan untuk nama pengguna (username) para pengguna layanannya. Batasan nama pengguna umumnya di angka 15 karakter. Ini artinya, ada jeda kosong sejumlah 5 karakter. Pesan-pesan twttr atau Twitter, di awal kemunculannya mirip sebuah layanan SMS pada ponsel. Sehingga Twitter mendapat julukan "SMS-nya internet."
Berselang 11 tahun tampil di dunia maya dengan ciri khas 140 karakter, Twitter pada Selasa (26/9/2017) mengumumkan sedang melakukan uji coba pada pengguna tertentu dengan cuitan hingga 280 karakter, kecuali pada pengguna berbahasa Jepang, Cina, dan Korea. Penambahan ini sudah dua kali lipat dari yang berlaku selama ini.
Di laman Wikipedia berbahasa Inggris, meskipun masih dalam tahap uji coba, laman itu telah menyatakan bahwa Twitter membatasi penggunanya dengan 280 karakter. Padahal, belum jelas kapan batasan 280 karakter ini akan diterapkan secara menyeluruh pada layanan Twitter.
Penambahan karakter bukan tanpa sebab. Merujuk publikasi di blog resmi Twitter, ada perbedaan efektivitas antara bahasa Inggris dengan beberapa bahasa seperti Jepang, Cina, dan Korea. Menurut mereka, secara sederhana, bahasa Inggris dan sejenisnya lebih boros dalam mengungkapkan sesuatu melalui kata. Hal ini berbeda dibandingkan bahasa Jepang, Cina, ataupun Korea. Satu huruf bagi bahasa yang digunakan oleh tiga negara itu, mengandung makna yang lebih luas dibandingkan bahasa Inggris.
Dari riset internal yang dilakukan Twitter, hanya 0,4 persen twit yang dikirim dalam bahasa Jepang yang secara penuh menggunakan 140 karakter. Ini jauh lebih kecil dibandingkan apa yang terjadi dengan twit berbahasa Inggris. Tercatat, ada 9 persen twit berbahasa Inggris yang secara penuh menggunakan 140 karakter. Twitter mengklaim, sebagian besar twit berbahasa Jepang hanya menggunakan 15 karakter. Twit berbahasa Inggris, sebagian besar memiliki 34 karakter.
Alasan terakhir mengapa twitter akhirnya mencoba melakukan penyesuaian soal jumlah karakter, karena selama ini banyaknya rasa frustrasi yang dialami pengguna Twitter terutama mereka yang menggunakan bahasa Inggris hanya diberi ruang 140 karakter saat berkicau di dunia maya.
Gagasan penambahan karakter pada Twitter ini memang tak bisa dihindari. Bertahun-tahun, isu soal jumlah karakter yang ditambah terus dihembuskan. Richard McManus Editor teknologi di ReadWrite mengatakan dalam opininya pada 2011 lalu, bahwa penambahan karakter di Twitter diperlukan untuk “menjangkau kalangan umum.”
Upaya mengakali batasan 140 karakter juga sempat dilakukan oleh pihak Twitter. Pada 2009, perusahaan itu memperkenalkan fitur retweet alias RT. Fitur tersebut ditambah guna meninggalkan cara lama untuk aksi twit ulang. Sebelum 2009, untuk melakukan retweet pengguna harus menambahkan karakter RT di depan twit yang ingin dimuat ulang olehnya. Cara lama itu, paling tidak menambah 3 karakter pada twit, RT dan satu spasi. Ini jelas membikin risau, manakala twit yang ingin di-retweet telah maksimal menggunakan 140 karakter.
Di 2011, Twitter kembali menawarkan fitur yang membikin penggunanya bisa menghemat karakter saat berkicau. Pada tahun itu Twitter menambahkan fitur pemendek link yang dibagikan di media sosial itu. Pemendek link, bekerja memangkas berapa pun panjang link menjadi hanya 19 karakter. Ini jelas kabar baik bagi pengguna Twitter yang sering membagi tautan di layanan microblogging itu.
Selain menyasar fitur utama, pihak Twitter juga melakukan perubahan pada fitur pendukungnya. DM alias direct messages, sebuah fitur berkirim pesan privat yang tadinya juga dibatasi dengan 140 karakter, pada 2015 diubah batasan menjadi 10.000 karakter.
Perubahan terakhir adalah uji coba penggunaan 280 karakter. Penambahan ini tentu akan menjadi kekuatan baru bagi Twitter dalam upaya memanjakan para pengguna. Di sisi lain, Twitter barangkali akan semakin punya daya yang lebih besar sebagai media sosial. Twitter yang selama ini punya jumlah karakter hanya 140 karakter, tapi media sosial ini punya pengaruh yang cukup kuat dalam berbagai bidang termasuk dunia politik.