Mengungkap Rahasia Orang-orang Super Kaya di Dunia
https://www.naviri.org/2017/11/rahasia-orang-orang-super-kaya.html
Naviri.Org - Orang-orang super kaya selalu menarik perhatian. Bukan hanya membuat kita tergelitik ingin tahu bagaimana cara mereka menjadi kaya, tapi juga bagaimana cara mereka menggunakan kekayaan yang dimiliki. Di antara hal itu, kadang ada hal-hal rahasia atau tersembunyi yang mereka lakukan. Untuk hal tersebut, sejauh ini ada dua dokumen yang pernah mengungkapkan.
Dokumen yang dimaksud adalah Panama Papers dan Paradise Papers. Panama Papers adalah dokumen yang dirilis pada tahun 2016. Dokumen itu mengungkap bagaimana orang-orang super kaya di dunia menyimpan uang mereka, yang disinyalir demi menghindari pajak. Sementara dokumen kedua, Paradise Papers, bisa dibilang tak jauh beda dengan dokumen pertama. Paradise Paper bocor pada 2017.
Konsorsium Internasional Jurnalis Investigasi (ICIJ/International Consortium of Investigative Journalists) kembali merilis 13,4 juta dokumen berisi data kekayaan yang "disembunyikan" orang-orang dan perusahaan berduit di dunia.
Bocoran jutaan dokumen sebesar 1,4 terabyte itu mereka beri nama "Paradise Papers". Berdasarkan polanya, Paradise Papers sebenarnya tak berbeda jauh dengan Panama Papers, dokumen serupa yang diungkap ke publik oleh ICIJ pada April 2016.
Kedua dokumen itu mengungkap bagaimana orang-orang (pengusaha, politisi, pemimpin negara, hingga pesohor) serta perusahaan mengalihkan harta mereka dalam jumlah besar ke perusahaan-perusahaan bayangan yang berada di negara suaka pajak.
Dugaan utamanya adalah untuk menghindar dari pajak. Sementara, dugaan lainnya adalah pencucian uang.
Data-data yang diungkap dalam Panama Papers berasal dari 11,5 juta dokumen (2,6 terabyte) yang berasal dari sebuah penyedia layanan pembuatan perusahaan cangkang/bayangan (offshore company) asal Panama, Mossack Fonseca.
Sementara, dokumen Paradise Papers berasal dari perusahaan serupa bernama Appleby dalam rentang tahun 1950 hingga 2016. Dalam situsnya, Appleby mengklaim perusahaannya sebagai salah satu firma hukum yang menyediakan layanan pembuatan perusahaan cangkang terbesar di dunia.
Perusahaan yang berdiri sejak 1898 itu memiliki kantor perwakilan di Bermuda, Hong Kong, Cayman Islands, Isle of Man, dan Mauritius.
Pola penyampaian jutaan dokumen Paradise Papers juga sama dengan Panama Papers. Sang sumber, belum terungkap identitasnya, memberikan dokumen tersebut kepada harian Jerman, Sueddeutsche Zeitung (SZ), yang kemudian oleh SZ diinvestigasikan bersama ICIJ.
Hingga saat ini, belum diketahui apakah sumber Panama dan Paradise adalah orang/kelompok yang sama. Untuk diketahui, satu bulan setelah Panama Papers bocor ke publik, seorang pria tanpa nama (John Doe), muncul ke publik melalui sebuah surat yang dirilis oleh ICIJ.
Lalu, apakah dokumen yang diungkap oleh Paradise Papers sama dengan Panama Papers?
Dalam hal jumlah dan pola, keduanya berbeda. Namun, jika menyisir dari profilnya, maka kita sebenarnya akan menemukan banyak nama yang tak asing, yang sebelumnya pernah dibuka Panama Papers, Wikileaks (2010), dan offshore leaks (2013).
The Guardian merangkum 10 poin penting yang diungkap dalam Paradise Papers, di antaranya adalah jutaan Poundsterling yang berasal dari bisnis pemukiman mewah Ratu Elizabeth III dilarikan ke sebuah perusahaan yang terdaftar di Cayman Islands.
Dokumen juga mengungkap perjanjian offshore dalam jumlah fantastis antara anggota kabinet Trump, penasihat, dan pendonor Presiden Amerika Serikat, Donald J Trump, termasuk adanya sebuah pembayaran yang berasal dari perusahaan yang dimiliki menantu Presiden Rusia, Vladimir Putin, ke perusahaan kargo milik anak buah Trump, Wilbur Ross.
Sebanyak US $450 juta mengalir dari sebuah perusahaan cangkang ke rekening Lord Ascroft, pengusaha dan politisi asal London, Inggris, yang juga adalah pendonor utama Perdana Menteri Australia, Malcolm Turnbull.
Perusahaan teknologi raksasa seperti Twitter dan Facebook juga dilaporkan menerima ratusan juta dolar AS dalam bentuk pendanaan yang berasal dari salah satu perusahaan keuangan milik pemerintah Rusia.
Selain itu, dokumen juga mengungkap adanya dugaan praktik menghindari pajak oleh lebih dari 100 perusahaan multinasional seperti Apple, Nike, dan pembuat botox, Allergan.
Reaksi yang muncul atas terungkapnya dokumen ini diduga akan mirip dengan Panama Papers. Sejauh ini, negara-negara yang disebut memiliki keterlibatan sudah bereaksi.
Wayne Swan, mantan Menteri Keuangan Australia, mengatakan dalam parlemen Australia (Senin, 6/11/2017) bahwa tidak akan ada langkah lanjutan dari pemerintah Australia terhadap skema pelarian uang ke negara suaka pajak jika petinggi-petinggi pemerintahannya turut terlibat dalam skema itu.
Perlu Anda ketahui, sembilan bulan setelah Panama Papers bocor ke publik, sebanyak US $110 juta diselamatkan oleh pemerintah Kolombia, Meksiko, Slovenia, dan Uruguay.
Selain itu, sebanyak US $135 miliar ditarik dari sekitar 400 perusahaan cangkang yang terkait dengan dokumen, sebanyak 150 investigasi kepatuhan pajak dilakukan di 79 negara, dan juga 6.520 orang dan perusahaan dilaporkan sedang dalam penyelidikan.
Tak selalu ilegal
John Doe yang membongkar dokumen Panama Papers pernah mengatakan, bahwa bocoran data ini tak selalu mengartikan adanya kejahatan tingkat tinggi terkait pengalihan pajak.
Namun, satu hal yang patut digarisbawahi adalah dokumen-dokumen ini mengungkap adanya jenjang kesetaraan yang luar biasa antara orang-orang berduit dan juga pengaruh mereka dalam praktik politik sebuah negara.
Pada level kebijakan, lembaga seperti OECD telah berupaya meningkatkan transparansi melalui pertukaran informasi antarnegara. Jika upaya ini berhasil, setidaknya satu persoalan pelarian uang ke perusahaan cangkang bisa diatasi, yakni anonimitas.
Sama seperti Panama Papers, dokumen dalam Paradise Papers ini juga memberi sangkalan bahwa tidak semua praktik pengalihan dana ke perusahaan cangkang adalah ilegal.
Sebab, setiap orang berhak untuk memindahkan uang mereka ke sebuah tempat yang aturan pajaknya lebih longgar dan juga lebih stabil dan terpercaya.
Praktik ini menjadi ilegal ketika orang berduit sengaja melakukan hal ini untuk mencuci uang yang didapatkan dengan cara salah seperti korupsi, narkoba, dan terorisme. Lalu, pertanyaan penting lainnya adalah: apakah praktik ini etis untuk dilakukan?
Baca juga: Paradise Papers, Dokumen Rahasia Kekayaan Elite Dunia