Ponsel Bertenaga Nuklir, Isi Baterai 5 Tahun Sekali
https://www.naviri.org/2017/11/ponsel-bertenaga-nuklir.html
Naviri.Org - Ponsel-ponsel yang saat ini beredar menggunakan baterai yang perlu diisi ulang (di-charge) sewaktu-waktu. Energi yang saat ini dibutuhkan ponsel adalah energi listrik, yang tertampung di dalam baterai. Meski kapasitas baterai mungkin sudah cukup besar, namun nyatanya baterai ponsel harus terus diisi ulang, paling tidak dua hari sekali. Sebagian orang bahkan harus mengisi ulang baterai ponselnya sehari sekali.
Urusan ponsel dan isi ulang baterai memang agak ribet. Kalau misal di tengah jalan baterai pas habis, padahal kita butuh menggunakan ponsel, hasilnya bisa bikin pusing. Karena itu, kemudian, mungkin power bank yang menjadi solusi untuk mengatasi masalah semacam itu. Tetapi, sebenarnya, power bank pun tidak bisa menyelesaikan masalah sepenuhnya, karena power bank juga harus diisi ulang.
Pernahkah kita membayangkan, kalau energi listrik yang digunakan pada baterai ponsel kita diubah dengan energi lain, misalnya nuklir? Membayangkan ponsel bertenaga nuklir mungkin terdengar futuristik, atau malah menyeramkan. Namun, energi nuklir dipercaya jauh lebih hemat dibanding energi listrik yang saat ini digunakan ponsel. Dengan energi nuklir, baterai ponsel hanya perlu diisi ulang lima tahun sekali.
Penggunaan teknologi nuklir sebagai sumber daya energi di masa datang patut dipertimbangkan, karena dapat menghemat penggunaan daya dalam memenuhi beragam kebutuhan manusia. Salah satunya adalah ponsel pintar yang sudah menjadi kebutuhan primer namun memiliki masalah klasik yang belum terpecahkan, boros baterai, yang membuatnya hanya bertahan maksimal 24 jam.
"Dengan menggunakan teknologi nuklir, penggunaan baterai ponsel pun bisa dihemat hingga lima tahun sekali isi," kata Direktur Utama PT Industri Nuklir Indonesia (Inuki) Persero, Yudiutomo Ismarjdoko, saat berbicara pada konferensi "Strategi Sumber Daya Manusia Dalam Memenangkan MEA 2015", di Jakarta, seperti dikutip dari Antara.
Menurut Yudiutomo, selama ini masyarakat Indonesia umumnya masih saja terlalu takut jika mendengar kata-kata nuklir.
Padahal, segala kebutuhan manusia mulai dari pengadaan pasokan listrik, kebutuhan dunia kedokteran, pertanian, hingga kebutuhan komunikasi, sudah menggunakan teknologi nuklir.
"Dengan menggunakan teknologi nuklir hasil pengayaan uranium sistem rendah, baterai ponsel bisa lima tahun sekali pengisian. Bayangkan, dengan teknologi nuklir, bisa menghemat keuangan konsumen," katanya.
Ia mengakui, tenaga nuklir masih sangat ditakuti oleh masyarakat Indonesia karena berbagai kontroversi, padahal pada sistem baterai yang saat ini digunakan masyarakat sudah mengandung nuklir namun tidak dicantumkan.
"Kalau dicantumkan nuklir, hampir pasti tidak akan dibeli, makanya digunakan nama lain," ujarnya.
Saat ini, tambah Yudiutomo, teknologi nuklir yang dikembangkan Inuki beragam, terutama untuk keperluan dunia kedokteran. Salah satunya memproduksi radio isotop Molybdenum-99 Fission atau MO99, bahan kimia yang digunakan untuk mendeteksi penyakit kanker dalam tubuh manusia.
Saat ini, produksi radioisotop Inuki diekspor ke hampir sebagian besar rumah sakit besar di Asia, termasuk ke sejumlah negara Eropa. "Kita sudah mengembangkan teknologi nuklir dengan daya rendah. Sudah saatnya untuk mengembangkan nuklir untuk kebutuhan energi," katanya.
Untuk menjadi negara yang lebih maju ekonominya, pemerintah sudah harus mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) sehingga dapat memenuhi kebutuhan energi nasional.
"Tidak ada yang harus ditakutkan soal nuklir. Jika segala sesuatunya dijalankan sesuai dengan ketentuan, maka reaktor nuklir tidak akan menjadi masalah. Jadi tidak perlu ditakuti, energi minyak akan segera habis, maka butuh PLTN untuk memenuhi energi masyarakat," ujarnya.
Menurut Yudiutomo, merupakan tugas pemerintah mensosialisasikan betapa nuklir bermanfaat. Ia mencontohkan, Tiongkok dan Korea Selatan pada tahun 1958 belajar soal riset nuklir dari Indonesia, namun kedua negara tersebut saat ini jauh lebih maju karena sudah memiliki puluhan PLTN.
Untuk itu, Yudiutomo berharap agar pemerintah dan masyarakat mengubah jalan pemikiran mengenai tenaga nuklir. Jika tidak, negara hanya akan menjadi konsumen dari negara produsen nuklir.
Baca juga: Peran Aplikasi Ponsel Dalam Kehidupan Modern