Nuklir, dan Potret Kesengsaraan Rakyat Korea Utara
https://www.naviri.org/2017/11/nuklir-korut.html
Naviri.Org - Korea Utara sudah terkenal sebagai negara yang mengisolasi diri. Namun, topik mengenai negara itu mengemuka akhir-akhir ini bukan karena kecenderungannya yang menarik diri dari dunia internasional, melainkan karena program nuklir yang mereka kembangkan. Korea Utara, di bawah kepemimpinan Kim Jong Un, terus mengembangkan senjata nuklir mereka, yang belakangan makin meresahkan.
Bagaimana pun, pengembangan nuklir yang dilakukan Korea Utara akan berdampak pada keamanan dunia serta kemungkinan pecahnya perang. Situasi itu bukan ketakutan tanpa dasar. Nyatanya, akhir-akhir ini, bahkan para pengamat dan para ahli mulai mengkhawatirkan terjadinya perang, bahkan perang besar yang akan menjadi Perang Dunia III.
Latar belakang itu pula, yang kemudian menjadikan dunia internasional menjatuhkan sanksi kepada Korea Utara, atas pengembangan nuklir yang dilakukan. Sanksi yang dijatuhkan menjadikan Korea Utara makin terisolir, karena dunia internasional tidak lagi membuka diri untuk bekerja sama dengan negara tersebut. Dalam hal ini, yang paling menjadi korban adalah rakyat Korea Utara, yang bisa dibilang tidak tahu apa-apa.
Menghadapi sanksi ekonomi yang dijatuhkan pada Korea Utara, rakyat Korea Utara mengalami kekurangan pangan, hingga terpaksa menyantap daging buatan manusia untuk memenuhi kebutuhan proteinnya.
Makanan itu dinamai injogogi, yang berarti daging buatan manusia. Daging buatan itu terbuat dari ampas pembuatan minyak kacang kedelai yang kemudian ditekan dan digulung ke dalam pasta, dan dimakan dengan nasi dan saus sambal.
Di Korea Utara, selama bertahun-tahun, injogogi adalah resep untuk bertahan hidup. Namun kini semakin populer, diperdagangkan bersamaan dengan barang dan jasa lainnya di pasar kaget, yang dikenal sebagai jangmadang. Injogogi dan makanan lainnya telah membuat warga Korea Utara tetap bertahan meski bertahun-tahun terisolasi, disiksa, dan dikenai sanksi.
"Warga mengonsumsi injogogi sebagai pengganti daging untuk bertahan hidup," kata Cho Ui-sung, seorang Korea Utara yang membelot ke Selatan pada tahun 2014, seperti dikutip dari Reuters.
Dengan adanya injogogi, membuat orang akhirnya tahu seberapa buruk sanksi telah mempengaruhi negara komunis itu.
Korea Utara didirikan dengan dukungan dari Uni Soviet sebagai negara sosialis. Keruntuhan Soviet pada tahun 1991 melumpuhkan ekonomi Korea Utara dan menurunkan sistem distribusi makanan terpusat, yang berdampak pada tewasnya 3 juta orang akibat kelaparan.
Situasi Korea Utara sempat membaik setelah mendapat bantuan dari Amerika Serikat sebagai bagian dari perjanjian anti-nuklir. Kini kondisi Korea Utara semakin sulit dengan adanya sanksi tegas terbaru terkait uji coba rudal balistik dan nuklir beruntunnya dalam beberapa tahun terakhir.
Baca juga: Kabar Buruk, Perang Dunia III Pecah Tak Lama Lagi