Catatan Terkait Bencana Kebakaran di DKI Jakarta
https://www.naviri.org/2017/11/kebakaran-di-jakarta.html
Naviri.Org - Ada beragam bencana yang bisa terjadi di mana saja, meliputi banjir, gempa bumi, hingga kebakaran. Namanya bencana, tentu saja, tidak terduga dan tidak diharapkan. Namun, ketika bencana terjadi, orang-orang yang ada di wilayah bencana pun ikut terdampak.
Belum lama, misalnya, kita dihebohkan dengan peristiwa kebakaran yang terjadi di sebuah pabrik petasan. Karena terjadi di tempat yang rawan terbakar, bencana kebakaran itu pun tergolong besar, hingga menelan korban jiwa, sementara puluhan orang mengalami luka-luka. Tidak hanya orang-orang yang ada di pabrik itu saja yang menjadi korban, namun juga orang-orang yang ada di sekitar pabrik.
Yang mengkhawatirkan, kebakaran tampaknya menjadi musibah atau bencana yang kini kerap terjadi di DKI Jakarta. Sebagaimana bencana lain, peristiwa kebakaran tidak dapat diprediksi, bisa terjadi kapan dan di mana saja. Hal ini juga menjadi ancaman serius bagi Jakarta yang merupakan salah satu kota dengan penduduk terpadat di Indonesia.
Menurut data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS), frekuensi terjadinya kebakaran di Jakarta mengalami peningkatan hingga dua kali lipat selama periode 2010-2015. Meski sempat terjadi penurunan angka kejadian pada 2013, namun sejak saat itu frekuensi kebakaran mengalami tren meningkat.
BPS mencatat sebanyak 698 peristiwa kebakaran terjadi di ibu kota pada 2010. Angka tersebut berlipat dua menjadi 1.481 kejadian lima tahun berikutnya. Jika dirata-rata, maka pada tahun 2015 terjadi setidaknya empat peristiwa kebakaran setiap hari.
Khusus di wilayah Jakarta Barat, sejak 2014 hingga Juli 2017 telah terjadi 1.016 peristiwa kebakaran yang menelan korban jiwa sebanyak 26 orang. Kecamatan Cengkareng (193 kejadian) dan Tambora (122 kejadian) menjadi daerah yang paling rawan kebakaran. Dua kecamatan tersebut merupakan daerah padat penduduk yang memiliki banyak bagunan semi-permanen sehingga mudah terbakar.
Sekitar 61 persen atau 625 kejadian dari total musibah kebakaran yang terjadi di wilayah Jakarta Barat merupakan akibat korsleting listrik. Hal ini dipicu oleh kurangnya pengetahuan masyarakat tentang kebakaran dan cara pencegahannya, serta faktor kelalaian manusia yang kerap terjadi.
Pemakaian stop kontak yang bertumpuk, instalasi listrik ilegal, dan penggunaan peralatan listrik yang tidak standar merupakan beberapa pemicu musibah kebakaran yang lazim terjadi di wilayah Jakarta Barat, khususnya Kecamatan Tambora.
Namun, sejak program sosialisasi pencegahan kebakaran diadakan, frekuensi kebakaran di Kecamatan Tambora menunjukkan tren menurun, berlawanan dengan tren terjadinya kebakaran di Jakarta yang terus meningkat.
Baca juga: Fakta dan Masalah Sampah Plastik di Indonesia