Hikayat Saritem, Tempat Prostitusi Terkenal di Bandung
https://www.naviri.org/2017/10/saritem.html
Naviri.Org - Beberapa kota di Indonesia memiliki tempat prostitusi yang terkenal, bahkan legendaris, meski sebagian kini tinggal nama, karena telah ditutup atau digusur. Di Jakarta, misalnya, ada tempat prostitusi terkenal bernama Kramat Tunggak. Di Surabaya ada Dolly. Sementara di Bandung ada Saritem. Bagaimana asal usul dan sejarah Saritem di Bandung?
Saritem ada sejak zaman kolonial tahun 1838. Keberadaanya sempat menjadi pusat perhatian ketika Walikota Bandung Dada Rosada, pada tahun 2007, menutup lokaliasi tersebut. Melalui peraturan daerah, Dada Rosada menutup Saritem. Kini kabarnya, geliat pekerja malam masih berlangsung meski samar-samar.
Pada masa kolonial, keberadaan Saritem tak lebih menjadi tempat para serdadu Belanda melampiaskan hasrat badaniahnya. Kala itu, para kupu-kupu malam di Saritem dipajang berjejer dengan menggunakan kebaya di depan rumah.
Nama Saritem sendiri diambil dari gadis belia pedagang jamu asal Kota Kembang. Sosoknya selalu memikat lelaki Belanda. Saritem dipercaya sebagai sosok gadis kota kembang berkulit putih dan berwajah cantik. Karena kecantikannya, Saritem kemudian dijadikan gundik oleh lelaki Belanda. Sejak saat itu, Saritem pun naik strata. Dia dipanggil dengan sebutan “Nyi Saritem”.
Belakangan, Saritem mendapat permintaan mencarikan perempuan untuk dijadikan teman kencan para serdadu. Apalagi lokasi tempat tinggalnya berdekatan dengan markas militer serdadu Belanda. Sejak saat itulah, wanita-wanita cantik berseliweran di Saritem. Mereka datang dari daerah sekitar Bandung seperti Garut, Sumedang, Cianjur, hingga Indramayu.
Sebetulnya banyak versi mengenai sosok Saritem. Ada juga yang mengatakan Saritem berkulit hitam manis dan memiliki nama asli Sari. Sementara versi lain menyebutkan, nama lokaliasi itu diambil dari nama seorang penjaga warung remang-remang yang berada di sekitar wilayah tersebut. Kini, denyut prostitusi dekat Stasiun Bandung itu pun tinggal sejarah. Namun, namanya masih melekat dan menjadi bagian sejarah Kota Bandung.
Baca juga: Prostitusi, Seks, dan Kepribadian Pria Penggunanya