Mengenal Collagen Peptide dan Manfaatnya
https://www.naviri.org/2017/10/collagen-peptide.html
Naviri.Org - Upaya menjaga dan meningkatkan atau memperbaiki kesehatan terus dilakukan di berbagai negara. Para ahli, para dokter, dan para ilmuwan, seperti berlomba menemukan aneka cara yang ditujukan untuk memperbaiki kualitas kesehatan manusia. Cara-cara yang ditemukan itu bisa berbentuk macam-macam. Dari yang biasa saja sampai yang aneh dan baru terdengar. Terkait hal itu, salah satu yang kini sedang tren adalah collagen peptide.
Collagen peptide atau peptida kolagen merupakan turunan kolagen yang populer sejak beberapa waktu lalu. Khususnya di negeri barat, sejumlah blog dan situs kecantikan ramai membicarakan kolagen dan turunannya tersebut.
Situs kesehatan Health pernah meyoroti kepopuleran keduanya, juga mempertimbangkan berderet khasiatnya. Tak ketinggalan di Indonesia, detikFood juga pernah mengabarkan ketenaran kandungan peptida kolagen.
Mengapa peptida kolagen mengetren?
Lilian Zhao, praktisi kesehatan sekaligus pendiri furtherfood.com, menyebut puncak kepopuleran peptida kolagen tak terlepas dari tren diet paleo, di mana mengonsumsi lebih sedikit makanan olahan dan makan sesuai cara "orang purba" yang berbasis makanan alami, jadi pilihan.
Jika selama ini kolagen identik sebagai krim antipenuaan, maka peptida kolagen yang berbentuk suplemen--biasanya berupa bubuk atau kapsul--lebih digandrungi karena dinilai praktis, mudah dikonsumsi sebab bisa dilarutkan bersama kopi atau smoothie, dan, paling penting, menyehatkan.
Apa itu peptida kolagen?
Peptida kolagen merupakan olahan kolagen yang disebut juga kolagen terhidrolisis atau kolagen hidrolisat, dengan bentuk yang lebih kecil. Peptida kolagen memiliki struktur protein alami yang sama dengan kolagen, yang juga hampir sama persis dengan gelatin.
Selain dari hewan, tubuh kita pada dasarnya juga memproduksi kolagen dari asam amino, yang didapat ketika mengonsumsi makanan kaya protein. Bahkan, kolagen merupakan protein paling melimpah dalam tubuh yang membentuk 90 persen jaringan ikat, 90 persen massa tulang organik, dan 70 persen kulit.
Sayangnya, seiring berjalannya waktu--mulai usia 20an--produksi kolagen dalam tubuh akan berkurang. Pengurangan itu bisa menimbulkan erosi tubuh yang menyebabkan keriput, kulit kendor, rambut yang menipis, kekakuan sendi, dan pemulihan otot yang lebih lambat.
Oleh karena itu, penggunaan peptida kolagen jadi penting karena bisa membantu mencegah dan membalikkan efek buruk erosi tubuh tadi.
Adakah bedanya dengan kolagen atau gelatin?
Perbedaan terbesar antara peptida, kolagen dan gelatin adalah bagaimana mereka larut dalam tubuh.
Meski memiliki kandungan asam amino yang sama, tapi rantai asam amino peptida lebih pendek, dan memiliki bobot molekul lebih rendah. Hal ini memungkinkan peptida kolagen lebih mudah larut dalam air panas atau dingin, lebih gampang dicerna, serta cepat dan efektif diserap ke dalam aliran darah.
Sementara gelatin atau kolagen hanya bisa larut dalam air panas, sekaligus sedikit keras di perut jika tidak terlarut dengan baik.
Apa manfaatnya?
Sejumlah blog seperti The Balance Blonde, yang pernah merasakan efek sehat dari peptida kolagen, juga situs pemerhati kesehatan macam Primally Inspired, hingga majalah Nutritional Outlook di Amerika, sama-sama mengklaim bahwa peptida kolagen merupakan sumber protein baik yang membantu meningkatkan elastisitas kulit dan memperkuat rambut dan kuku.
Bahkan dapat membantu menurunkan berat badan, tidur lebih baik, memperbaiki persendian dan pencernaan, serta menyembuhkan usus yang bocor.
Pada 90 kalori untuk 18 gram protein, atau dua sendok bubuk peptida, itu bisa menjadi cara tercepat untuk memperbaiki protein tubuh. Meski begitu, Anda yang vegan atau vegetarian perlu waspada karena sebagian besar produk kolagen berasal dari tulang hewan atau sisik ikan.
Adakah bukti ilmiah yang mendukung manfaatnya?
Ada. Pemaparan dalam Greatist dan Nylon bisa menjadi acuan.
Satu studi menemukan bahwa hidrasi kulit dan kepadatan kolagen meningkat setelah delapan minggu suplementasi kolagen oral. Studi klinis lainnya juga menemukan suplemen kolagen sebagai alat bantu dalam mengurangi tanda penuaan pada kulit.
Ada pula studi serupa yang menemukan bahwa menambahkan peptida kolagen dalam makanan selama percobaan 8 minggu bisa meningkatkan elastisitas kulit. Pun memiliki efek menguntungkan pada selulit.
Bagi Anda yang menderita kuku rapuh dan ingin mempercantik kuku, studi di Jerman dan Brasil menemukan bahwa peserta yang mengonsumsi suplemen peptida selama 24 minggu memiliki peningkatan 12 persen dalam pertumbuhan kuku dan penurunan 42 persen pada kuku yang rusak.
Bagi penderita nyeri sendi, ada beberapa bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa peptida kolagen memiliki kemampuan untuk mengurangi rasa sakit, radang, dan mengurangi kerusakan sendi secara keseluruhan.
Misalnya, studi dari Penn State University menemukan bahwa atlet secara signifikan mengurangi nyeri sendi saat istirahat dan bergerak setelah mengonsumsi peptida kolagen.
Meski begitu, peptida kolagen bukan semacam serbuk sehat yang berfungsi segalanya. Ada kekurangan pada beberapa studi tadi, terutama jumlah responden yang kerap dianggap sedikit.
Selain itu, menyoal klaim bahwa kolagen memperbaiki usus bocor, masih sedikit studi yang bisa membuktikan. Lagipula, sains di balik fenomena usus bocor masih diperdebatkan. Ada banyak pakar gastrointestinal yang menolak keberadaan usus bocor sepenuhnya. Begitu pula efek peptida kolagen untuk membantu tidur, belum terbukti secara ilmiah.
Apakah peptida kolagen benar-benar menyehatkan?
Mungkin tidak. Terlebih jika Anda mengharapkan perubahan dalam semalam.
Namun, untuk membantu meningkatkan kesehatan, boleh jadi. Terutama bagi kulit dan sendi. Selama Anda mengonsumsi dengan bijak sekaligus konsisten dalam pemakaian, tentu manfaat baik dari suplemen peptida kolagen layak dicoba.
Baca juga: Dampak Buruk dan Bahaya Memakan Daging Anjing