Memahami Cara Kerja Teknologi di Pintu Tol Otomatis
https://www.naviri.org/2017/10/cara-kerja-teknologi-tol.html
Naviri.Org - Di beberapa negara maju, konsep pembayaran di jalan tol bisa dibilang lebih maju. Sebagai ilustrasi, di Indonesia saat ini mulai digalakkan pembayaran tol secara non-tunai, dalam arti tidak lagi membayar pada petugas penjaga tol, tapi cukup hanya menggesekkan kartu yang di dalamnya telah terdapat saldo. Cara itu tentu saja lebih modern dibanding sebelumnya yang harus membayar secara manual dan harus dilayani petugas.
Namun, di bebeberapa negara maju ada cara lain yang lebih canggih. Tidak lagi menggunakan kartu yang harus digesek pada tempat yang disediakan, namun cukup memasang suatu alat tertentu pada mobilnya. Dengan alat tersebut, pengemudi mobil tidak perlu melakukan apa pun, termasuk tidak perlu menggesek kartu. Kapan pun mobilnya masuk jalan tol, gerbang tol akan membuka otomatis. Dengan catatan mobil tersebut dilengkapi transponder yang sesuai, yang tentu saja di dalamnya terdapat “saldo” yang mencukupi.
Transponder bisa dikatakan merupakan alat utama dari sistem otomatisasi jalan tol. Keutamaan ini terjadi karena transponder merupakan perangkat yang wajib dipasang di sisi kendaraan pengguna. Secanggih apapun pintu tol otomatis dengan berbagai perangkat otomatisasi, tanpa transponder yang terpasang di kendaraan, maka otomatisasi tak bisa bekerja.
Secara umum, transponder merupakan bagian dari suatu teknologi bernama Automatic Vehicle Identification (AVI). Teknologi ini memiliki banyak teknik bagaimana transponder terhubung dengan komputer tol untuk memperoleh akses.
Pertama, teknik Inductive-Loop Systems, sebuah teknologi yang memanfaatkan frekuensi tingkat rendah yang dimanfaatkan suatu transponder untuk berinteraksi dengan sistem komputer pada pintu gerbang jalan tol. Kedua, Optical Systems, suatu teknologi yang memindai plat kendaraan atau barcode. Plat kendaraan atau barcode yang dipindai kemudian dicocokkan dengan basis data di komputer tol.
Ketiga, Active dan Passive RF System/Microwave Systems, merupakan suatu teknik yang memanfaatkan gelombang radio/microwave untuk berkomunikasi antara transponder dengan komputer. Transponder yang memanfaatkan teknologi Active dan Passive Radio Frequency System/Microwave Systems umumnya menggunakan frekuensi radio di rentang 900 hingga 928 MHz, 2.45 GHz, 5.8 GHz. IPass dan E-ZPass di Amerika Serikat menggunakan frekuensi radio di rentang pertama yang disebutkan.
Keempat, ada Surface Acoustical Wave, teknologi yang serupa dengan RF System namun menggunakan daya yang jauh lebih minim. Dalam konteks di luar teknik Optical Systems, cara kerja transponder terbilang sederhana. Ketika kendaraan memasuki gerbang tol, transponder yang terpasang di kendaraan akan menyala seketika, selepas gelombang radio yang dipancarkan di jalan tol memantik transponder.
Umumnya, transponder akan terpantik menyala dalam jarak 6-9 meter dari sumber gelombang radio yang dipancarkan di tol. Kemudian, transponder yang telah menyala itu mengirimkan informasi akun penggunanya pada komputer tol yang telah terkoneksi dengan basis data. Secara otomatis, pembayaran memasuki area jalan tol terjadi selepas basis data pengguna dicocokkan dengan basis data di komputer tol. Dengan teknik ini, pengendara tak perlu menghentikan laju dan bahkan mengurangi kecepatan.
Dapatnya transponder berkomunikasi dengan komputer tol terjadi, karena di perangkat tersebut telah tercantum data-data pengendara. Ini mirip seperti kartu ATM yang di dalamnya telah termuat data-data si pemilik rekening bank. Dalam penerapan e-Tollpass, perangkat itu dimasukkan kartu uang elektronik yang ada dalam kendaraan.
Transaksi menggunakan sistem otomatisasi seperti ini membutuhkan waktu yang sangat cepat. Pemanfaatan alat seperti eTollpass memerlukan waktu 1 detik. Ini tentu sangat jauh lebih cepat dibandingkan bertransaksi menggunakan kartu uang elektronik yang membutuhkan waktu transaksi selama 4 detik, apalagi bertransaksi secara manual yang setidaknya membutuhkan waktu 12 detik.
Tentu, penggunaan teknologi otomatis dalam memasuki jalan tol memang sangat diperlukan, terutama di Indonesia. Banyak kasus kemacetan yang terjadi di jalan tol di Indonesia disebabkan oleh tersendatnya kendaraan di gerbang tol. Dengan sistem otomatis dan tanpa menghentikan laju kendaraan, kasus-kasus kemacetan demikian akan mudah dihindarkan. Namun, secanggih apa pun teknologi tentu tergantung kesiapan sumber daya manusia di sisi pengelola tol, dan tentunya para pengguna.
Baca juga: Sejarah dan Asal Usul Pembayaran Tol Non-Tunai