Motif Pemerkosaan yang Tak Terbayangkan
https://www.naviri.org/2017/09/motif-pemerkosaan.html
Naviri.Org - Apa pun motifnya, perkosaan adalah kejahatan serius, dan pelakunya harus dihukum secara serius pula. Namun, ada hal penting yang perlu diperhatikan di sini, terkait motif seseorang melakukan kejahatan perkosaan.
Selama ini, misalnya, orang kerap mempersepsikan bahwa perkosaan terjadi karena adanya rangsangan. Misalnya wanita yang berpakaian minim atau cenderung terbuka, sehingga menimbulkan nafsu pada pihak lain (pria), dan terjadilah perkosaan spontan. Persepsi itu sangat kuat di kalangan masyarakat, sehingga peristiwa perkosaan sering dipandang dengan cara seperti itu; menganggap si wanita yang bersalah, karena berpenampilan merangsang.
Namun, sebenarnya, masalah motif hingga terjadinya suatu kejahatan perkosaan tidak semudah atau sesederhana itu. Kasus perkosaan yang menimpa Calla Halles bisa menjadi salah satu contoh, yang mengungkapkan bahwa ada yang tidak beres pada pikiran si pelaku perkosaan, terlepas apakah si wanita (korban perkosaan) memakai pakaian minim atau tidak.
Calla Halles adalah direktur A Preffered Women’s Health Center, yang pernah bekerja di klinik aborsi di Raleigh. Wanita yang tinggal di Charlotte, North Carolina, AS, ini bercerita pada Majalah Cosmopolitan, bahwa dirinya diperkosa oleh seorang teman kencan, setelah ia mengatakan bekerja di tempat aborsi.
Awal berkencan dengan pelaku, Calla Halles merasa tidak ada yang salah dengan teman kencannya. Namun, begitu tahu Hales terlibat dalam praktik aborsi, si pelaku mulai menunjukkan perilaku aneh dan kasar pada kencan berikutnya. Hales dan pelaku sempat terlibat cekcok, tetapi si pelaku tetap memintanya pulang bersama. Begitu Hales menolak dan memilih pulang sendiri dengan mobilnya, si pelaku memaksa masuk, mendorongnya ke kursi belakang, kemudian memperkosanya.
Calla Halles menuturukan, “Dia mengatakan bahwa saya sudah sepantasnya menerima perlakuan tersebut. Bagaimana mungkin kamu bisa hidup demikian [dengan profesi yang saya geluti], sepatutnya kamu menyesali pilihanmu, dan kamu imoral, kamu pembunuh, begitu ucapnya. Selain itu, dia juga bilang bahwa perbuatannya tidak lebih tercela daripada apa yang saya buat terhadap perempuan-perempuan [pasien klinik aborsi] lain. Katanya, dia akan membuat saya mengingatnya.”
Kata-kata si pelaku memang terbukti. Peristiwa traumatis Hales, meski sempat lama disembunyikannya dari orang-orang, membuatnya terus dihantui rasa sakit. Terlebih saat Hales mendapati si pelaku di antara para pengecam praktik aborsi, di depan klinik tempatnya bekerja.
Motif perkosaan yang dilakukan teman kencan Hales memang tak banyak ditemukan dari para pelaku kejahatan seksual tersebut. Namun, hal ini turut menyumbang pemahaman yang lebih luas mengenai alasan-alasan yang mendorong seseorang memperkosa. Dengan kata lain, kasus perkosaan tidak seremeh yang mungkin dibayangkan kebanyakan orang, terkait penampilan wanita semata-mata.
Baca juga: Menyingkap Rahasia Pikiran Para Pemerkosa