Setiap Tahun, Orang Jakarta Membuang Umur Seminggu di Jalan
https://www.naviri.org/2017/09/macet-di-jakarta.html
Naviri.Org - Membicarakan Jakarta tidak bisa melepaskan topik kemacetan, karena Jakarta sudah identik dengan hal itu. Di mana-mana, kemacetan terjadi di nyaris semua wilayah Jakarta, khususnya di jalan-jalan besar yang menghubungkan titik-titik penting.
Pada pagi hari, misalnya, jalan raya seperti penuh sesak, hingga kendaraan nyaris tak bisa bergerak. Anak sekolah, orang-orang yang mau berangkat kerja—dengan berbagai kendaraan umum dan pribadi—semuanya bercampur baur di jalanan, menciptakan kemacetan yang sudah menjadi pemandangan sehari-hari.
Karena kemacetan yang parah tersebut, TomTom, sebuah perusahaan di bidang Navigasi dan GPS, menobatkan Jakarta sebagai kota dengan tingkat kemacetan terparah ketiga di dunia.
Indeks lalu lintas Jakarta mencapai 59 persen, di bawah Kota Meksiko (66 persen) dan Bangkok (61 persen). Maksud 59 persen artinya waktu tempuh Anda akan bertambah 59 persen saat berkendara di Jakarta dibanding waktu normal.
Jika dirata-rata dari seluruh pergerakan kendaraan di Jakarta, setiap rute membutuhkan waktu ekstra sebanyak 48 menit per hari atau 184 jam per tahun. Angka ini sama dengan 7,6 hari per tahun. Artinya, saban tahun, penduduk Jakarta menghabiskan umur mereka sebanyak satu minggu bermacet-macetan di jalanan.
Rerata indeks lalu lintas 59 persen ini akan meningkat jadi 63 persen pada pagi hari dan 95 persen pada petang hari. Keseluruhan total jalan di Jakarta, yang hanya 42.703 kilometer, tidak sanggup menampung lalu-lalang kendaraan yang jumlahnya mencapai jutaan per hari. Polda Metro Jaya merilis, sejauh ini, ada 69 titik rawan macet di Jakarta—angka yang sangat mungkin terlalu rendah mengingat betapa lazimnya kemacetan di ibu kota Indonesia ini.
Baca juga: Di Negara Ini, Semangkuk Bakso Seharga 35 Triliun