Peran Internet Dalam Menumbangkan Kekuasaan Soeharto
https://www.naviri.org/2017/09/internet-menumbangkan-soeharto.html?m=0
Naviri.Org - Internet pertama kali diciptakan pada 1969 sebagai sebuah proyek rahasia Departemen Pertahanan Amerika Serikat. Pada waktu itu, sebagai sebuah jaringan, internet hanyalah teknologi yang menghubungkan satu komputer dengan komputer lain.
Bersama dengan internet, teknologi lain yang menjadi landasan bagi apa yang kita kenal sekarang sebagai “Internet” adalah the World Wide Web (www), yaitu medium publikasi elektronik global yang dapat diakses melalui jaringan Internet.
Teknologi terakhir itu baru ditemukan pada tahun 1990 oleh Tim Berners-Lee. The World Wide Web merupakan medium yang memungkinkan kita menikmati beragam konten di dalamnya, meliputi gambar, foto, video, surat kabar, radio, hingga televisi.
Dari tahun ke tahun, seiring perkembangannya, internet yang semula merupakan teknologi rahasia mulai bisa diakses banyak orang. Kini, internet bahkan telah menghubungkan miliaran orang di dunia, dan teknologi berbasis komputer tersebut telah menjadi kebutuhan serta gaya hidup di dunia.
Indonesia termasuk negara pengakses internet, bahkan menjadi negara pertama di Asia yang terkoneksi dengan internet. Ternyata, di Indonesia, internet juga memiliki peran besar dalam menumbangkan Soeharto yang telah berkuasa selama 32 tahun, hingga Indonesia memasuki era Reformasi.
Pada sekitar tahun 1998, sebelum dan sesudah jatuhnya rezim Orde Baru Soeharto, internet semakin populer. Internet menjadi ruang perlawanan terhadap rezim orde baru yang sangat ketat mengawasi ruang-ruang media.
Di internet, terutama di mailing list, diskusi-diskusi politik dan diseminasi informasi yang tak mungkin dilakukan di media-media arus utama berlangsung sangat intens, bahkan disebut sebagai salah faktor yang tak bisa dilepaskan perannya dalam penggulingan rezim Orde Baru.
Pada tahun 1998, di ujung pemerintahan Soeharto, internet memegang peranan penting dalam pergolakan aktivis reformasi. Pada tahun itu, internet merupakan salah satu alat perjuangan penting dalam menurunkan rezim Soeharto.
Internet menjadi ruang baru diskusi-diskusi politik yang praktis tidak bisa dilakukan pada medium offline. Diskusi-diskusi itu berlangsung dalam milis-milis. Ada banyak milis, tapi yang amat terkenal adalah “Apakabar”, yang dibuat oleh seorang mantan staf kedutaan besar Amerika di Jakarta, pada 7 Oktober 1990.
Milis menjadi ruang bebas bagi aneka pandangan yang menentang rezim Soeharto. Pesan-pesan yang berkeliaran di internet pun sangat lugas, sesuatu yang tidak mungkin dijumpai di media-media mainstream. Ajakan turun ke jalan untuk berunjuk rasa juga menyebar luas di internet.
Kekuatan internet semakin terasa ketika pada 15 Mei 1998, Menteri Penerangan mengeluarkan kebijakan “televisian pool”. Pengawasan ketat tidak hanya terjadi pada media-media cetak, tapi juga televisi.
Pemerintah menyensor siaran televisi. Kebijakan itu mengharuskan semua TV berita untuk merelai siaran resmi TVRI. “From 15 May 1998, all broadcast materials became homogenous and were legalised by the logo of TVRI.”
Satu-satunya ruang publik yang bebas dari jangkauan pemerintah adalah internet. Sepanjang masa itu, informasi terkini tentang pergerakan mahasiswa jam per jam, menit per menit, dan detik per detik, hanya bisa leluasa diperoleh di milis-milis seperti “Apakabar”, “IndoProtest”, maupun milis-milis pro-reformasi lainnya.
Internet menjadi roda pendorong bergulirnya bola salju perlawanan mahasiswa terhadap rezim soeharto.
Setelah Soeharto lengser pada 21 Mei 1998, wartawan Boston Globe, David L. Marcus, yang meliput dinamika politik di Jakarta, menulis bahwa internet memiliki peran besar dalam menumbangkan rezim Orde Baru. Tulisan itu tayang pada 23 Mei 2008.
“As rebellion broke out across Indonesia this month, protester did not have tanks or guns. But they had powerful tool that was not available during the country’s previous uprising: The Internet,” tulis Marcus.
Baca juga: Bitcoin, Mata Uang Maya yang Makin Populer