Kisah Mengharukan Wanita Terjelek di Dunia
https://www.naviri.org/2017/07/Julia-Pastrana.html
Naviri.Org - Julia Pastrana dikenal sebagai “wanita terjelek di dunia”, karena mengidap hipertrikosis dan gingival hyperplasia, penyakit yang membuat wajahnnya ditumbuhi rambut, dan membuat rahangnya besar. Bentuk wajah yang tak umum itu membuatnya sering disebut “wanita beruang” atau “wanita monyet”.
Lahir di Sinaloa, Meksiko, pada tahun 1834, Julia Pastrana menjalani kehidupan dengan getir akibat kondisi yang dialaminya. Pada pertengahan tahun 1850-an, dia bertemu seorang pria bernama Theodore Lent, seorang penyelenggara konser, yang kemudian mengorbitkan Julia Pastrana dengan cara menggelar konser di kota-kota di Amerika dan Eropa, menampilkan wanita itu bernyanyi dan menari.
Kemunculan Julia Pastrana menarik perhatian banyak orang, karena kondisi wajahnya yang aneh. Orang-orang tertarik mengunjungi konser yang digelar Theodore Lent, kebanyakan karena ingin melihat wajah aneh Julia Pastrana. Theodore Lent pun menggelar konser di berbagai tempat, di berbagai negara, hingga nama dan sosok Julia Pastrana sangat terkenal.
Sampai kemudian, Julia Pastrana menikah dengan Theodore Lent.
Pernikahan itu lalu menghasilkan seorang bayi laki-laki, yang dilahirkan pada tahun 1860. Julia Pastrana melahirkan bayi itu di Moskow, dan meninggal dunia setelah melahirkan anaknya. Sementara si bayi laki-laki ternyata juga mengidap kondisi yang sama dengan ibunya (memiliki wajah aneh yang ditumbuhi rambut). Bayi laki-laki itu meninggal beberapa hari setelah dilahirkan.
Ditinggal mati istri dan anaknya, Theodore Lent melanjutkan konser dan tur, kali ini dengan memamerkan jenazah istri dan anaknya yang telah diawetkan. Selama beberapa dekade berikutnya, dua jenazah itu terus berpindah tangan, hingga akhirnya disimpan di Universitas Oslo di Norwegia.
Mario Lopez, gubernur negara bagian Sinaloa, menyatakan, “Bayangkan hinaan dan kekejaman yang ia (Julia Pastrana) hadapi semasa hidupnya, dan bagaimana ia bertahan dengan semua itu. Ini adalah sebuah cerita yang inspiratif.”
Mario Lopez juga mengupayakan agar jenazah Julia Pastrana dikembalikan ke tanah kelahirannya. “Saat mendengar kisah tentang wanita asal Sinaloa ini, aku berkata, jangan sampai ia dibiarkan terkurung di sebuah gudang entah di mana,” ujarnya.
Akhirnya, setelah berpuluh-puluh tahun, jenazah Julia Pastrana pun dimakamkan di kota kecil Sinaloa de Leyva, Meksiko. Acara itu dipadati pengunjung yang ingin menghadiri pemakaman Julia Pastrana, yang dikubur dalam peti mati putih, dihiasi bunga mawar putih.
“Pemakamannya sangat indah,” ujar seniman Meksiko yang tinggal di New York, Laura Anderson Batbata, yang sudah hampir sepuluh tahun memimpin kampanye untuk memperjuangkan pengembalian jenazah Julia Pastrana ke Meksiko, untuk dikuburkan secara layak. “Saya merasakan emosi mendalam, yang belum pernah saya alami sebelumnya.”