Tradisi Aneh di Kamboja, Gadis-gadis Boleh “Mencoba” Semua Pria
https://www.naviri.org/2017/04/tradisi-aneh-di-kamboja.html
Naviri.Org - Bagaimana cara orang mendapatkan pasangan untuk kemudian menikah? Pertanyaan itu rupanya bisa mendatangkan jawaban beragam. Di Indonesia, misalnya, orang mendapatkan pasangan bisa karena saling kenal di kampus, di kantor, atau di tempat lain, lalu menjalin hubungan, hingga akhirnya melakukan lamaran pada pihak si perempuan. Selain cara umum di atas, bisa jadi orang mendapatkan pasangan melalui perjodohan, dan lain-lain.
Rupanya, di Kamboja ada tradisi yang unik terkait cara orang mendapatkan pasangan, khususnya bagi pihak perempuan. Tradisi unik ini dilakukan orang-orang Suku Kreung, yang ada di Kamboja. Dalam kehidupan suku tersebut, gadis-gadis mendapatkan pasangan setelah “mencoba” banyak pria terlebih dulu, sampai kemudian menemukan yang cocok, lalu mereka akan menikah.
Jadi, ketika seorang gadis Suku Kreung telah beranjak dewasa, orang tuanya akan membuatkan pondok khusus untuknya, yang tidak jauh dari rumah. Lalu si gadis akan tinggal di pondok tersebut selama beberapa waktu, untuk memulai proses pemilihan jodohnya.
Ketika mengetahui ada gadis di sana yang mulai tinggal di pondok khusus semacam itu, para pemuda Suku Kreung pun akan berdatangan satu per satu. Pemuda-pemuda itu akan menemui si gadis di pondoknya, dan mereka akan bersama hingga sehari semalam.
Karena telah menjadi tradisi, ritual semacam itu pun dianggap hal biasa di sana. Para orang tua maupun para sesepuh adat juga tidak mempersoalkan. Artinya, ketika mereka melihat ada seorang pemuda dan seorang gadis hanya berduaan di dalam pondok, mereka tidak meributkan, karena itu memang bagian adat mereka. Sementara si pemuda dan si gadis juga tidak menganggap hal itu tabu.
Di dalam pondok, para pemuda Suku Kreung akan bergantian satu per satu untuk mengenal dan dikenal si gadis. Untuk tujuan itu, tentu saja si pemuda diizinkan menginap di pondok si gadis. Selama menginap, tidak menutup kemungkinan terjadi hubungan badan, jika hal itu memang dikehendaki oleh si gadis. Namun, jika si gadis tidak bersedia melakukan hubungan badan, maka si pemuda pun akan menghormati keinginan itu, dan tidak akan berani menyentuhnya.
Hal semacam itu akan berlangsung cukup lama, sampai si gadis merasa telah menemukan calon pasangan yang tepat. Karena itu pula, ritual itu pun bisa melibatkan banyak pemuda. Lagi-lagi, setiap pemuda yang datang ke pondok si gadis bisa saja melakukan hubungan badan, selama si gadis menghendaki. Tetapi, kalau si gadis tidak menghendaki, maka mereka hanya akan bercakap-cakap.
Jika ada pemuda yang nekat memaksa si gadis untuk melakukan hubungan badan, sementara si gadis tidak menghendaki, maka si pemuda akan terancam hukuman adat yang keras dan berat. Karena itulah, para pemuda di sana akan selalu menghormati keinginan si gadis yang ditemuinya di pondok.
Setelah si gadis menemukan calon pasangan yang menurutnya cocok, maka mereka pun kemudian dinikahkan sesuai adat Kreung.
Ritual menemukan jodoh semacam itu mungkin terkesan ekstrem bagi kita, tapi para orang tua di sana menganggap ritual itu adil bagi seorang gadis dalam memilih pria yang disukai, yang akan menjadi pasangannya. Karenanya, orang tua di sana tidak pernah memaksa putrinya untuk menikah dengan seseorang, dan pernikahan hanya terjadi jika si anak perempuan benar-benar menyukai pria calon pasangannya.
Meski mungkin ritual pencarian jodoh Suku Kreung terkesan ekstrem, namun ritual itu menunjukkan bukti menakjubkan. Di sana, angka perkosaan sangat rendah, sementara perceraian tidak pernah terjadi, alias nol persen!
Nol persen perceraian, yang artinya semua pasangan tidak pernah bercerai, tentu sesuatu yang luar biasa, mengingat perceraian biasa terjadi di mana-mana. Karena manfaat itu pula, orang-orang Suku Kreung pun terus menjalankan tradisi itu, karena memberi dampak positif bagi kehidupan berumah tangga, dan memberi dampak baik bagi masyarakat.
Baca juga: Mengenal Sifon, Ritual Bercinta Setelah Sunat