Kisah Jerman Menggunakan Gas Berbahaya di Perang Dunia
https://www.naviri.org/2017/04/gas-berbahaya-dalam-perang.html
Naviri.Org - Zat kimia berbahaya, khususnya sarin, sebenarnya bukan barang baru. Setidaknya, gas mematikan ini juga terkenal sebagai senjata pembunuh yang digunakan oleh rezim Saddam Hussein kepada ribuan warga Kurdi di Kota Irak utara, dalam The Halabja Chemical Attack pada tahun 1988. Tragedi yang juga dikenal sebagai The Halabja Massacre dan Bloody Friday itu diperkirakan menewaskan 5.000 orang.
Bertahun-tahun sebelum itu terjadi, Jerman juga diketahui menggunakan zat berbahaya ketika berusaha mengalahkan lawan-lawannya dalam Perang Dunia I. Pada tanggal 22 April 1915, Jerman menembakkan lebih dari 150 ton gas klorin—gas kimia terlarang selain gas sarin—yang mematikan kepada dua divisi kolonial Prancis di daerah Ypres, Belgia. Hal itu juga yang membuat sekutu mereka dalam Perang Dunia I ketakutan.
Sir John French, Panglima British Expeditionary Force (BEF), mengutuk keras serangan Jerman di Ypres tersebut. Ia menulis, “Semua sumber daya ilmiah Jerman tampaknya telah digunakan untuk memproduksi gas yang sangat membinasakan dan beracun, yang mana setiap manusia yang terpapar gas tersebut awalnya akan merasa lumpuh dan mengalami kematian menyakitkan.”
Selain sarin dan klorin, gas kimia lain yang pernah digunakan sebagai senjata kimia adalah fosgen dan mustard. Selain Jerman, pemerintah Inggris dan Prancis juga mengembangkan serta menggunakan dua gas kimia tersebut selama Perang Dunia I. Hal itu bertujuan untuk mengejar ketertinggalan dari Jerman, yang terlebih dahulu mengembangkan senjata kimia.
Jurnal BioTeach menuliskan bahwa Jerman merupakan negara pertama yang secara serius mengembangkan senjata kimia, mulai dari gas air mata sampai dengan gas kimia berbahaya, seperti sarin dan klorin.
Baca juga: Mengenal Sarin, Zat Kimia yang Sangat Berbahaya