Kapan Usia Terbaik untuk Sunat?
https://www.naviri.org/2016/12/usia-terbaik-untuk-sunat.html
Naviri.Org - Sunat atau khitan adalah pemotongan kulit di ujung penis atau kulup, pada anak laki-laki. Hampir semua laki-laki, khususnya di Indonesia, menjalani sunat. Selain karena tuntunan agama, sunat juga memiliki alasan medis, yaitu untuk menjaga kesehatan dan kebersihan organ reproduksi.
Di Indonesia, umumnya anak-anak laki-laki menjalani sunat pada usia SD, meski ada pula yang baru sunat ketika mulai duduk di bangku SMP. Sebagian anak laki-laki memang punya keberanian tinggi, sehingga sudah berani sunat saat awal SD. Sementara sebagian yang lain merasa takut-takut, sehingga baru sunat ketika akhir usia SD.
Sebenarnya, pada usia berapakah yang tepat untuk menjalani sunat bagi anak laki-laki? Jawaban untuk pertanyaan itu bisa saja beragam, karena tergantung pula pada kondisi anak laki-laki yang akan disunat. Namun, menurut dr. Mahdian Nur Nasution, SpBS, spesialis bedah saraf dari Rumah Sunatan, usia yang tepat untuk sunat adalah di bawah 6 bulan, alias ketika masih bayi.
Dalam acara temu media bersama Rumah Sunatan di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, dr. Mahdian Nur Nasution menyatakan, “Persepsi setiap orang memang berbeda tentang waktu ideal sunat anak. Namun, saya pribadi menganggap ketika anak belum tengkurap atau di bawah enam bulan itu waktu yang pas sunat anak.”
Lebih lanjut, dr. Mahdian memaparkan sejumlah alasan kesehatan mengapa anak sebaiknya disunat di bawah usia 6 bulan, salah satunya untuk mencegah terjadinya penyakit fimosis atau penyempitan pada ujung kulit alat kelamin pria atau penis.
“Dari 10 anak laki-laki, empat di antaranya mengalami fimosis hingga berisiko infeksi,” paparnya.
Selain itu, menurutnya, pada usia 0-6 bulan bila terjadi luka tentu akan lebih cepat sembuh dibandingkan usia jelang remaja. Saat berusia di bawah 6 bulan, jumlah pertumbuhan sel mencapai dua kali lipat dibanding waktu lain, sehingga luka akibat sunat akan lebih cepat sembuh.
Hal yang tak kalah penting lain, yang juga perlu dipikirkan, adalah faktor trauma psikis. Menurut dr. Mahdian Nur Nasution, pada usia di bawah 6 bulan, anak masih belum memahami apa-apa. Berbeda halnya ketika anak mulai SD, ketika sudah bisa memahami artis sunat, dan bisa jadi akan menimbulkan ketakutan dan trauma psikis.
“Kalau usia bayi dan belum bisa tengkurap, maka semua aktivitas bisa dilakukan terlentang. Risiko cedera maupun lecet pun minim,” tutur dr. Mahdian Nur Nasution.
Ada benarnya juga kalau dipikir-pikir. Tidak sedikit anak laki-laki yang ketakutan saat akan menjalani prosesi sunat, karena membayangkan hal-hal yang mungkin mengerikan baginya. Karena ketakutan itu pula, kadang sampai ada anak laki-laki yang benar-benar tidak mau sunat sampai akhirnya dewasa.
Ketika disunat pada usia di bawah 6 bulan, anak belum tahu apa-apa. Ketika akhirnya tumbuh besar, dia sudah tidak lagi terbebani kewajiban tersebut, sehingga bisa terbebas dari ketakutan terhadap sunat.
Selain itu, menurut data medis, sunat yang dilakukan pada anak-anak lebih mudah dilakukan, karena kulit kulup masih tergolong elastis, sehingga memudahkan dokter saat melakukan tindakan.
Baca juga: Panduan Mempersiapkan Dokter Anak