The Power of Love (4)
https://www.naviri.org/2016/11/the-power-of-love-page-4.html
Naviri.Org - Artikel ini lanjutan artikel sebelumnya (The Power of Love 3). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik, sebaiknya bacalah artikel sebelumnya terlebih dulu.
Putusan pengadilan kemudian menjatuhkan vonis penjara satu tahun bagi Salwa, dengan banyak tuduhan, termasuk tuduhan mencemarkan nama baik, membawa lari anak orang, dan beberapa tuduhan yang lain. Salwa menerima vonis itu, dan ia pun melewati hari-harinya selama satu tahun di penjara.
Kali ini Salma tak bisa menemani kekasihnya lagi, karena peraturan penjara tak memperbolehkan siapa pun untuk melakukan hal semacam itu. Maka Salma yang kini tak memiliki keluarga itu pun menumpang di rumah para sahabat atau para familinya, yang masih memiliki simpati terhadapnya.
Ada waktu-waktu ketika Salma menjenguk kekasihnya di penjara, dan mereka saling melepas rindu, saling menatap di antara jeruji besi yang memisahkan mereka, dan kemudian menangis, tersenyum, tertawa, kemudian menangis lagi...
Ada waktu-waktu ketika Salma menangis sendirian di tengah malam, di dalam kamarnya sendiri, membayangkan Salwa kekasihnya yang tengah ada dalam penjara, dan Salma pun mencucurkan air mata, bukan sekadar air mata kesedihan karena nasib yang menimpa mereka, namun juga air mata syukur karena kekasihnya rela menanggung kepahitan demi cinta mereka.
Juga ada waktu-waktu ketika Salwa merenungi hari-harinya di penjara, menghabiskan banyak hari dengan memikirkan Salma, dan ia merasa bebas meski tubuhnya terpenjara. Ia tersenyum menikmati semua ini, meski ada kedukaan yang tak mampu ia sembunyikan. Tetapi ia merasa lebih memilih terpenjara namun cintanya meraih kebebasan, daripada merasakan kebebasan namun cintanya terpenjara.
Bulan demi bulan terus berjalan. Masa hukuman Salwa pun kemudian selesai, dan ia dibebaskan dari penjara. Kedua kekasih yang saling mencintai itu pun bersatu kembali.
Sekeluar dari penjara, Salwa hanya memiliki Salma. Dan kedua orang itu sudah tak mempunyai apa-apa, sudah tak memiliki siapa-siapa. Salma telah kehilangan keluarganya, Salwa pun tak dianggap lagi sebagai anak oleh keluarganya. Salma kini tinggal memiliki Salwa, dan Salwa kini tinggal memiliki Salma. Mereka tidak punya siapa-siapa, juga tidak punya apa-apa, namun mereka memiliki sesuatu yang lebih besar daripada dunia. Mereka memiliki Cinta.
Dan cinta itu sungguh indah, kan? Di tengah keterasingan, kesengsaraan, serta penderitaan, mereka merasakan kebahagiaan karena cinta kasih mereka yang sejati telah terbebas dari belenggu dan segala pengekangan. Mereka bebas, mereka memiliki jalan hidup yang luas terbentang, mereka memiliki harapan yang masih panjang, mereka memiliki impian-impian untuk masa depan...
Mereka pun kemudian menikah untuk meresmikan cinta kasih mereka.
Salma dan Salwa lalu mulai menata hidup mereka yang baru, mencari pekerjaan, mencari pertolongan dari sahabat-sahabat, mencari rumah kontrakan untuk tempat tinggal, dan mulai menjalani sekaligus membangun hidup mereka yang baru.
Kisah ini memang berakhir happy ending, karena masing-masing saling cinta, saling menjaga, saling setia. Mereka memang mengalami penderitaan, tekanan, kesusahan, perjuangan, dan segala macam pengorbanan, namun apa yang lebih indah untuk diperjuangkan di dunia ini selain cinta?
Segala macam kesengsaraan yang mereka alami dalam perjuangan untuk membebaskan cinta itu kini telah tergantikan dengan kebahagiaan abadi, saat menyatunya cinta kasih mereka. Semua yang telah mereka alami tak berarti lagi, karena mereka kini telah memiliki cinta yang lebih berarti dari apa pun.
Mereka rela kehilangan apa pun, mereka rela kehilangan siapa pun, mereka rela kehilangan segala-galanya dalam hidup, dengan hanya satu tujuan besar; agar mereka tidak kehilangan kesejatian cinta mereka...
Saat saya menuliskan kisah ini, Salma dan Salwa sudah hidup bahagia, bersama seorang buah hati mereka yang lucu, dan Salma pun kini tengah mengandung anak kedua. Kelak, anak-anak itu pun akan tersenyum, dan menangis, dan tersenyum kembali, saat mereka mendengar kisah perjuangan cinta ayah ibunya yang telah membuat mereka terlahirkan ke dunia yang indah ini.
Dan, tentu saja, anak-anak buah cinta itu pun akan meneladani kesejatian cinta dari ayah dan ibu mereka.
Baca juga: Kisah Terindah di Dunia