Sleep Apnea: Gangguan Tidur yang Berbahaya
https://www.naviri.org/2016/09/sleep-apnea-gangguan-tidur-yang.html
Naviri.Org - Secara harfiah, sleep apnea bisa diartikan sebagai henti napas saat tidur. Sleep apnea terjadi akibat penyempitan jalan napas. Hal tersebut bisa dikarenakan kegemukan dan lemak yang menumpuk pada bagian leher, juga bisa disebabkan bentuk rahang yang sempit dan bentuk leher yang pendek. Yang mengkhawatirkan, sleep apnea termasuk gangguan tidur yang berbahaya, sehingga tidak bisa sekadar dianggap sebagai gangguan tidur biasa.
Riset terbaru yang dipublikasikan di jurnal Sleep menemukan bahwa orang yang mengalami gangguan tidur atau sleep apnea memiliki risiko hingga tiga kali lipat untuk meninggal secara prematur, dan risiko itu akan meningkat jika gangguan tidur tersebut dibiarkan tanpa penanganan serius.
Sleep apnea sering terjadi pada kalangan pria dengan postur gemuk, dan berusia di atas 40 tahun. Gangguan tidur itu menyebabkan orang sering terjaga dari tidur, karena pernapasannya terhenti, dan sering pula diiringi kebiasaan mendengkur.
Dalam penelitian yang dilakukan terhadap sleep apnea, para peneliti menyimpulkan bahwa risiko mengalami kematian dini tercatat 3,2 kali lipat lebih tinggi di antara penderita sleep apnea parah. Kesimpulan itu diperoleh setelah peneliti memantau lebih dari 1.500 orang pria dan wanita berusia 30 hingga 60 tahun. Para partisipan dipantau selama 18 tahun, dan diperiksa sejak penelitian dimulai apakah mereka mengalami gejala sleep apnea.
Selama pemantauan, tercatat 80 orang meninggal dunia. Dari jumlah tersebut, sekitar 19 persen di antaranya adalah mereka yang menderita sleep apnea tingkat parah. Sedangkan persentase mereka yang meninggal tanpa mengalami sleep apnea hanya 4 persen.
Para peneliti menemukan risiko kematian secara prematur menjadi naik atau meningkat, ketika gangguan tidur atau sleep apnea semakin parah. Mereka menyatakan, hasil penemuan tersebut mengindikasikan pentingnya dilakukan perlindungan dari risiko kematian melalui pengobatan yang tepat untuk mengatasi sleep apnea, seperti penggunaan alat bantu (CPAP/continuous positive airway pressure) untuk menjaga aliran udara selama tidur tetap lancar, dan mencegah terhentinya pernapasan.
Setelah penelitian itu berakhir, para partisipan yang menderita sleep apnea pun secara teratur menggunakan CPAP. Yang perlu diperhatikan, para partisipan yang secara teratur menggunakan CPAP masih memiliki risiko kematian yang dapat meningkat hingga 3,8 kali lipat, jika membiarkan masalah sleep apnea tidak tertangani dengan baik.
Peneliti mencatat, hubungan antara sleep apnea dan kematian akibat serangan jantung begitu kuat. Sekitar 42 persen kematian pada partisipan penderita sleep apnea parah diakibatkan serangan jantung, dan risiko kematian akibat sakit jantung tercatat lima kali lebih tinggi di antara mereka yang membiarkan gangguan sleep apnea yang dideritanya, dibandingkan partisipan yang tidak mengalami sleep apnea.