Mengenal Jenis-jenis Gangguan Tidur
https://www.naviri.org/2016/09/mengenal-jenis-jenis-gangguan-tidur.html
Naviri.Org - Ada cukup banyak orang yang mengalami gangguan tidur atau sleep disorder, dan gangguan itu bisa berupa macam-macam. Setidaknya, gangguan tidur bisa dibagi dalam lima macam, yaitu early insomnia, middle insomnia, late insomnia, intermittent insomnia, dan total insomnia.
Early insomnia adalah kondisi sulit tidur. Middle insomnia dialami bila seseorang sering terbangun di sela tidur, meski bisa tidur pada waktunya. Late insomnia terjadi pada orang yang bisa tidur dengan mudah, tapi bangun lebih awal, dan susah tidur lagi setelah terbangun. Kemudian, intermittent insomnia, adalah orang yang sering terbangun atau tidurnya selalu terputus. Terakhir, total insomnia, adalah kondisi tidak bisa tidur sama sekali.
Apa pun gangguan tidur yang dialami, penderita sering mengalami penurunan produktivitas, yang disebabkan karena kualitas tidurnya yang kurang baik. Gangguan-gangguan tidur itu bisa disebabkan karena adanya penyakit fisik, atau gangguan mental seperti stres, cemas, depresi, psikosis, atau bisa pula karena obat-obatan.
Masalah sulit tidur yang muncul sekali-sekali mungkin bisa dibilang hal yang wajar, dan bisa dikatakan sering dialam banyak orang. Karena kebetulan ada suatu masalah, misalnya, orang bisa saja sulit tidur. Tapi jika keluhan sulit tidur terus berlangsung cukup lama, bahkan sampai lebih dari 4 minggu, maka kemungkinan Anda mengalami insomnia kronis. Penyebabnya karena terjadi perubahan pada struktur kimia otak dan hormon otak, serta terdapat gangguan psikiatrik.
Gangguan psikiatrik yang menjadi penyebab insomnia kronis misalnya kecemasan, depresi, dan penggunaan zat-zat tertentu. Selain itu, kondisi medis juga bisa menjadi penyebab insomnia, seperti asma, rematik dan efek samping pengobatan. Berbeda dengan insomnia kronis, ada pula insomnia jangka pendek, yang berlangsung kurang dari satu minggu. Insomnia jenis ini biasanya disebabkan stres akut, atau bisa pula karena bekerja berdasarkan shift. Meski begitu, jika tidak diobati, insomnia jangka pendek bisa memanjang hingga 1-4 minggu dan berubah menjadi insomnia kronis.
Dampak yang paling terasa dari masalah insomnia adalah menurunnya kualitas hidup. Bagaimana pun, kurang tidur atau bahkan tidak bisa tidur menjadikan penderitanya sulit beristirahat. Karena kurang atau bahkan tidak bisa beristirahat, tubuh pun perlahan-lahan melemah, dan itu akan mempengaruhi aktivitas keseharian. Stamina fisik menurun, dan produktivitas juga ikut menurun. Selain kualitas hidup, dampak insomnia juga bisa berupa gangguan jiwa.
Diperkirakan, saat ini penderita insomnia di Indonesia sekitar 10 persen dari populasi, atau sekitar 28 juta jiwa.
Ada tiga terapi yang bisa dilakukan untuk mengatasi gangguan tidur, yaitu terapi biologis, terapi psikologis, dan terapi sosial. Terapi biologis di antaranya terapi kausa (mencari penyebabnya untuk diatasi), terapi simptomatis (mencermati gejala), dan terapi kombinasi.
Yang kedua, terapi psikologis, bisa dilakukan antara lain dengan psikoterapi suportif, re-edukatif, rekonstruktif, kognitif, psikodinamik, perilaku, dan psikoterapi keluarga. Sedangkan yang terakhir, terapi sosial, dilakukan dengan menyelesaikan masalah yang diperkirakan menjadi sumber stres, misalnya perkawinan, problem dengan orang tua, hubungan interpersonal, pekerjaan, lingkungan hidup, keuangan, faktor keluarga, atau lainnya.