Kurang Tidur Menyebabkan Gula Darah Tinggi
https://www.naviri.org/2016/08/kurang-tidur-menyebabkan-gula-darah.html
Naviri.Org - Penelitian menunjukkan bahwa tidur yang berkualitas dan cukup bisa membantu menstabilkan gula darah. Karena itu pula, orang yang menderita diabetes disarankan untuk menata pola tidurnya. Dalam jurnal Diabetes Care, para peneliti dari University of Chicago mengungkapkan bahwa penderita diabetes yang memiliki pola tidur buruk memiliki kadar glukosa lebih tinggi, dan lebih sulit mengendalikan penyakitnya.
Dalam penelitian yang dilakukan, para peneliti membandingkan 40 penderita diabetes melitus dengan 531 orang sehat. Para peneliti ingin mengetahui kaitan potensial antara kualitas tidur, kadar gula darah, dan penanda lain yang menunjukkan diabetes terkontrol. Kristen Knutson, salah satu peneliti, menyatakan, “Pada orang yang menderita diabetes, kami menemukan ada kaitan antara kualitas tidur yang buruk dengan kadar gula darah yang tinggi. Kaitan itu tidak kami temukan pada orang yang tidak menderita diabetes.”
Dalam risetnya tersebut, Kristen Knutson dan tim peneliti memantau tidur para responden dengan memasang monitor aktivitas yang dipasang di tangan. “Bila tangan banyak digerakkan, berarti sedang terjaga,” ujarnya. Selain itu, para responden juga diminta melaporkan kualitas tidur mereka.
Dari riset itu, para peneliti menemukan bahwa penderita diabetes yang mengalami gangguan tidur memiliki kadar gula darah 23 persen lebih tinggi, kadar insulin 48 persen lebih tinggi, dan resistensi insulin 82 persen lebih tinggi, dibandingkan penderita diabetes yang memiliki pola tidur normal.
Dr. Joel Zonszein, direktur Clinical Diabetic Center di New York, AS, menanggapi hasil riset tersebut dengan menyatakan bahwa kaitan antara kadar glukosa dan pola tidur bagaikan teka-teki telur dan ayam. “Sulit untuk menentukan apakah kadar gula darah yang tinggi disebabkan karena kualitas tidur yang buruk, atau pasien yang memiliki kadar glukosa tinggi tidak bisa tidur dengan nyenyak, atau ada penyebab lain,” ujarnya.
Dia juga menyebutkan bahwa penderita diabetes biasanya memiliki berat badan berlebih, dan itu akan mengganggu kualitas tidur. Obesitas juga berkaitan dengan sleep apnea atau henti napas sejenak saat tidur. Yang jelas, baik Joel Zonszein maupun Kristen Knutson sependapat bahwa penderita diabetes harus lebih memperhatikan pola tidurnya.
Sementara itu di Shanghai, Cina, Dr. Zhijie Yu dari Chinese Academy of Sciences melakukan penelitian tak jauh beda, namun kali ini terhadap anak-anak. Berdasarkan penelitiannya, dia menyatakan bahwa kurang tidur akan mempengaruhi gula darah, di luar faktor lain seperti usia, gender, pola makan, aktivitas fisik, berat badan, dan penyakit yang diderita. Hasil riset itu dipublikasikan di Archieves of Pediatric and Adolescent Medicine.
Dalam risetnya, Dr. Zhijie Yu dan timnya meneliti kaitan antara durasi tidur dan kadar gula darah pada 619 anak obesitas dan 617 anak non-obesitas yang berusia 3-6 tahun dan tidak memiliki masalah gula darah.
Dari hasil wawancara dengan orangtua, diketahui perbedaan waktu tidur antara anak obesitas dan non-obesitas. Anak dengan berat badan ideal rata-rata tidur delapan jam atau lebih. Sementara itu, kadar gula darah yang tinggi (135 mg/dl) ditemukan pada anak yang kurang tidur, baik pada anak obesitas atau non-obesitas. Sebagai perbandingan, 110 mg/dl sudah dikategorikan ke dalam pra-diabetes, dan 126 mg/dl sebagai diabetes.
Dr. Zhijie Yu menyatakan, “Seperti halnya pada orang dewasa, pada anak-anak juga ditemukan manfaat tidur cukup dalam menjaga keseimbangan kadar gula darah.”