Kisah Terindah di Dunia (36)
https://www.naviri.org/2016/08/kisah-terindah-di-dunia-36.html
Naviri.Org - Maka Karima pun terus mengantarkan bekal makan siang untuknya, dan Nazar tak memiliki pilihan lain selain menikmatinya. Lagi pula, Amina memang benar, jatah makan siang dari majikannya kurang bergizi, meski Nazar memaklumi hal itu.
Dari pertemuan dan kebersamaan yang terus-menerus dengan Karima itu, Nazar merasakan bahwa ia telah jatuh cinta kepada perempuan itu. Ketika pertama kali Nazar merasakan hal itu—ketika Nazar mulai menyadari bahwa ia telah jatuh cinta kepada Karima—Nazar merasa dirinya tidak layak, tidak sopan, atau bahkan sama sekali tak beretika dan tak bermoral. Bagaimana mungkin ia akan mencintai anak dari kekasihnya...?
Tetapi, seperti yang dirasakannya sejak semula, cinta itu memang misterius—atau setidaknya seperti itulah bagi Nazar. Kadang-kadang saat Karima menemaninya makan siang di saung saat ia beristirahat dari bekerjanya, Nazar terlupa bahwa sosok perempuan di hadapannya itu bukan lagi Amina melainkan Karima.
Terkadang ia juga terlupa akan hal itu dan memanggil Karima dengan nama Amina, dan kemudian Karima akan meralatnya dengan halus, sambil tersenyum... Dan di saat-saat itu, Nazar tak bisa membedakan antara cintanya kepada Amina dan perasaan cintanya kepada Karima.
Cinta itu misterius, dan kalau kau percaya begitu, maka cinta benar-benar menjadi sesuatu yang misterius. Dan Nazar percaya hal itu.
Seiring dengan perjalanan waktu, ketika ia telah begitu meyakini bahwa ia telah jatuh cinta kepada Karima, Nazar tak tahu lagi apakah ia masih waras ataukah sudah gila. Dan ketika ia memberanikan diri menyatakan cintanya kepada Karima, Nazar pun sudah menduga kalau Karima akan menganggapnya sudah gila.
Namun ternyata Karima menerima cintanya—dan kemudian Nazar bertanya-tanya sendiri, apakah mereka berdua telah sama-sama gila...?
Dan dua orang yang saling mencintai itu pun kemudian menjalani hari-hari baru yang terasa indah—dan Nazar terus bertanya-tanya, sampai di manakah kegilaan ini akan dilaluinya...?
Namun ternyata dunia mungkin memang sudah gila—atau setidaknya begitulah yang dianggap Nazar. Menjelang satu tahun semenjak ia menyatakan cinta kepada Karima, Nazar menemui Amina untuk melamar putrinya untuk ia jadikan istrinya. Dan Amina tersenyum dengan kelembutan serta kebijaksanaan seorang ibu.
Amina berkata, “Nazar, kalau aku menginginkan seorang lelaki yang layak untuk menjadi suami Karima, tentu kaulah orangnya.”
Dan Nazar pun semakin yakin, kalau dunia memang telah menjadi gila.
***
Nazar menikah dengan Karima pada tahun 1986. Waktu itu Karima berusia 19 tahun, dan Nazar berusia 21 tahun. Sementara Amina tepat berusia 50 tahun. Amina menangis sambil tersenyum ketika menyaksikan putrinya bersanding dengan seorang lelaki yang dicintainya—seorang lelaki yang dulu pernah menjadi kekasihnya.
Tidak seperti Amina yang menunggu waktu sampai sepuluh tahun untuk memperoleh anak, pasangan Nazar dan Karima begitu cepat dikaruniai buah hati. Satu tahun setelah mereka menikah, pada tahun 1987, Karima melahirkan anak pertamanya—seorang anak perempuan—yang kemudian diberi nama Anisa.
Dan begitulah...segala perjalanan hidup itu, bagiku, telah menjadi perjalanan dari sebuah kisah paling indah di dunia.
Oh, mungkin kau bertanya-tanya, apa hubungan diriku dengan segala kisah yang telah kuceritakan itu?
Nah, sekarang aku akan mengaku, bahwa akulah anak perempuan dari pasangan Nazar dan Karima. Ya, namaku Anisa, dan sekarang aku telah berusia 22 tahun. Saat ini aku masih kuliah di fakultas sastra di sebuah perguruan tinggi di kotaku, dan tak lama lagi aku akan menyelesaikan pendidikanku.
Bersambung ke: Kisah Terindah di Dunia (37)