Kisah Terindah di Dunia (13)
https://www.naviri.org/2016/08/kisah-terindah-di-dunia-13.html
Naviri.Org - Nazar tercengang. Ia seperti tak mampu berkata apa-apa mendengar penjelasan itu. Ia memang sudah sering mendengar akan keberadaan sosok seorang ratu dari negeri tak kasat mata yang begitu terkenal di Pekalongan—yang biasa disebut sebagai Ibu Ratu Dewi Lanjar, sang Penguasa Laut Utara. Tetapi selama ini Nazar menganggap bahwa itu hanyalah bagian mitos yang dikenal di tempatnya—Nazar sama sekali tak pernah meyakini keberadaan sang ratu itu—tetapi kini ia diberitahu bahwa ia berada di tempat sang ratu yang terkenal itu.
“Kau bercanda, kan?!” sergah Nazar dengan kebingungan pada perempuan di hadapannya.
Perempuan itu menggelengkan kepalanya perlahan. Dia kemudian melangkah ke salah satu sisi dinding batu di ruangan itu, menyentuh sesuatu yang tak dilihat Nazar, dan...ajaib, salah satu bagian batu di dinding itu membuka dengan perlahan.
“Lihatlah,” katanya dengan halus kepada Nazar.
Nazar tak tahu apa yang dimaksud oleh perempuan itu, namun ia bangkit dari balai-balainya, mendekati perempuan itu di sisi dinding, lalu menatap ke luar melalui celah batu yang terbuka. Dan Nazar seperti tak dapat mempercayai penglihatannya.
Di sana—di luar sana—dalam pandangan Nazar, nampak hamparan tanah yang tak terlalu lebar dengan tanaman dan tumbuhan yang belum pernah dilihat Nazar, dan tak jauh dari hamparan tanah itu, nampak sesuatu seperti dinding kaca yang membatasi tanah-tanah itu—membatasinya dengan...air—air yang terlihat begitu bening, terkadang nampak beriak kecil dengan gelembung-gelembung yang berpendaran, dan Nazar dapat melihat ikan-ikan—besar dan kecil—berenang-renang di dalam air itu.
“Tempat kita sekarang berada ini termasuk yang paling dekat dengan kawasan laut,” ujar perempuan itu seperti memberi penjelasan.
“Aku tidak bisa percaya ini,” desis Nazar dengan mulut yang kaku.
Perempuan itu kembali menutup dinding batu itu, dan sekali lagi Nazar tak tahu bagaimana caranya melakukannya. Melihat Nazar yang nampak gelisah, tercengang sekaligus terpukul, perempuan itu lalu duduk di pinggir balai-balai di sisi Nazar, dan berkata perlahan-lahan, “Kita saat ini memang berada di negeri bawah air, dan seluruh sisi kerajaan ini dibatasi oleh air lautan. Air yang kau lihat di luar itu hanyalah sebagian kecil dari air laut yang membatasi tempat ini.”
“Jadi...jadi aku sekarang berada di dasar laut, begitu?” Nazar seperti tak bisa mempercayai pemahamannya sendiri.
Tapi perempuan itu mengangguk pasti. “Seperti yang kukatakan tadi, kita berada di kerajaan Ibu Ratu.”
“Tapi...tapi mengapa aku di sini? Maksudku, mengapa aku dibawa ke sini?!” Nazar masih merasa bingung untuk menghadapi kenyataan yang dihadapinya ini. “Kau tahu, aku dibawa oleh dua orang yang tak kukenal, dan tiba-tiba...aku telah sampai di sini. Aku...aku tak punya keinginan sampai di sini...dan kurasa...aku tak punya kepentingan apa-apa untuk datang ke sini!”
“Ya, ya, aku tahu,” ucap perempuan itu perlahan, seperti mencoba menenangkan kepanikan Nazar yang begitu nampak dari suaranya. “Kau mungkin tidak punya kepentingan dengan Ibu Ratu hingga dibawa ke sini. Tapi ayahmulah yang memiliki kepentingan itu...”
“Ayahku...?!” potong Nazar dengan terkejut. “Apa hubungannya dengan ayahku?!”
Perempuan itu hanya diam, menatap wajah Nazar dengan pandangan yang tak dapat diartikan Nazar, kemudian berkata perlahan-lahan, “Aku menemuimu sekarang, memang ditugaskan untuk memberikan penjelasan tentang hal itu kepadamu. Ibu Ratu adalah sosok yang baik—dan seperti biasa, aku ditugaskan untuk memberikan penjelasan kepada setiap orang yang baru sampai di negeri ini.”
Bersambung ke: Kisah Terindah di Dunia (14)