Kisah Terindah di Dunia (1)
https://www.naviri.org/2016/08/kisah-terindah-di-dunia-1.html
Naviri.Org - Kita hidup dengan dibesarkan oleh kisah, dan kita menjalani kehidupan di dalam kisah demi kisah. Kelak, kita pun akan mewariskan kisah-kisah itu kepada anak cucu kita...
Ya, aku percaya kalau kehidupan kita ini dibangun dari kisah demi kisah—ia tidak berjalan dengan hampa. Kalau aku membuka kembali memoriku sekian tahun yang lalu, aku pun menyadari bahwa hidupku dibesarkan dari kisah demi kisah—dan aku selalu menyukainya.
Tak ada orang yang tidak menyukai sebuah kisah, kan? Bahkan aku pun masih ingat, ketika aku dan kawan-kawan kecilku di SD dulu akan menjadi diam seketika dengan sepenuh minat saat guru kami di depan kelas berkata dengan nada misterius, “Nah, Anak-anak, sekarang Ibu akan menceritakan kepada kalian sebuah kisah yang belum pernah kalian dengar...”
Ya, ya, semua orang menyukai kisah atau sebuah kisah, bahkan meski itu kisah hidupnya sendiri yang pahit. Aku sering mendengar beberapa kawanku di kampus yang berulang-ulang kali menceritakan kisah kecelakaannya yang sangat parah ketika sepeda motornya dihantam truk, atau ketika mobilnya berciuman dengan sebuah bus saat sama-sama melaju kencang.
Buku-buku yang biasa disebut sebagai ‘buku-buku kesuksesan’ pun seringkali dibangun dan ditulis dari kisah-kisah orang yang telah ‘melakukan keajaiban’ di dalam hidup mereka. Edison. Helen Keller. Beethoven. Churchill. Emerson. Dan...banyak lagi—aku tak perlu menyebut semuanya. Biasanya orang-orang sukses juga suka sekali mengisahkan saat-saat hidupnya yang getir dan penuh kegagalan hingga kemudian ia mencapai suksesnya yang sekarang. Semuanya itu juga kisah, kan?
Aku juga sudah terbiasa mendengar sahabatku yang memotong curhatku dan mengatakan, “Oke, Nis, aku memahami perasaanmu. Nah, aku juga punya kisah yang serupa denganmu. Maukah kau mendengarnya?”
Yah, setiap orang suka mendengarkan sebuah kisah, begitu pun setiap orang menyukai untuk menceritakan sebuah kisah—khususnya kisah menyangkut hidupnya sendiri. Bagi setiap orang, kisah yang paling indah adalah kisah indah yang terjadi dalam hidupnya. Bagi setiap orang, kisah yang paling sedih adalah kisah sedih yang terjadi dalam hidupnya. Hm, bagi setiap orang, kisah cinta paling agung dan kisah patah hati paling menyakitkan adalah kisah cintanya dan kisah patah hatinya.
Itu...itu mungkin saja subjektif, tapi tentunya kita tak berhak untuk mengoreksi pemahaman semacam itu, kan? Setiap orang memiliki opini tersendiri yang pribadi sifatnya, dan menurutku, itu wajar saja. Bukankah kita seringkali menganggap milik kitalah yang terbaik?
Di dalam hidupku, aku juga memiliki kisah-kisah tertentu. Masa kecil. Remaja. Saat-saat puber. Kisah di kampus. Persahabatan. Juga...tentunya kisah cinta. Untuk hal yang terakhir itu, aku bahkan memiliki sebuah kisah—ya, sebuah kisah yang bagiku adalah kisah terindah di dunia.
Mungkin aku terkesan kekanak-kanakan, dan mungkin kau pun tersenyum saat aku menyebut ‘kisah terindah di dunia’. Ya, aku juga menyadari kalau ini mungkin terkesan subjektif, namun aku selalu suka dengan kisah yang satu ini, karena sekali lagi, bagiku, ini adalah kisah terindah di dunia...
***
Kisah ini diawali pada tahun 1954, di kotaku, Pekalongan, sepuluh tahun setelah bangsa ini memproklamirkan kemerdekaannya. Waktu itu, Pekalongan masih amat sangat terbelakang—maksudku, belum semodern sekarang, meski sekarang pun mungkin masih belum bisa dianggap modern—waktu itu di Pekalongan belum ada mall, belum ada bangunan bank, toko atau swalayan yang besar dan megah seperti sekarang.
Bersambung ke: Kisah Terindah di Dunia (2)