Begini Cara Mahasiswa Belanda Menjauhkan Corona dari Tempat Kos
https://www.naviri.org/2016/07/Makoto-Takeuchi.html
Naviri Magazine - Pandemi Covid-19 membuat Iris Raats terpaksa menjalani kehidupan sebagai mahasiswa dengan cara yang tidak biasa seperti sebagian besar mahasiswa di Belanda dan di seluruh dunia.
Sebagian besar kuliah mahasiswi jurusan hukum Leiden University dilakukan melalui daring. Kehidupan sosial di kota yang menjadi tuan rumah universitas tertua di Belanda juga sepi.
Pemerintah menutup pergerakan ekonomi dan sosial demi menahan penyebaran virus corona. Aktivitas sosial Iris lebih banyak dilakukan di dalam indekos tempat ia tinggal bersama 13 mahasiswa lainnya.
"Saya sangat senang menemukan kos di Leiden dan saya bisa merasakan pengalaman tinggal bersama mahasiswa lain dan berpesta di dapur, tapi ini bukan kehidupan mahasiswa yang sebenarnya," kata Iris.
Pemerintah Belanda khawatir kos-kosan yang dihuni mahasiswa dapat menjadi sumber wabah di negara itu. Negeri Kincir Angin dihantam gelombang kedua wabah virus corona. Sebagian besar infeksi terjadi di orang berusia 20 hingga 30 tahun.
"Sangat rumit bagi para mahasiswa apabila 14 orang tinggal di kos-kosan yang berbagi dapur, berbagi kamar mandi. Apa yang kami lihat sekarang mahasiswa saling bekerja sama untuk memastikan bagaimana tempat tinggal mereka tetap aman," kata Menteri Pendidikan Ingrid van Engelshoven.
Kos-kosan di Leiden yang menampung banyak mahasiswa cukup padat. Sepeda-sepeda mereka biasanya diparkir di halaman depan. Agar terhindar dari virus corona para penghuninya membuat peraturan sendiri.
Sebagian besar mengurung diri dari dunia luar dengan membatasi jumlah pengunjung. Mahasiswa yang batuk atau pilek harus mengisolasi diri di kamarnya walaupun banyak yang mengakui sulit mematuhi peraturan tersebut.
Saat puncak pandemi di awal tahun ini, para penghuni kos hanya boleh memiliki satu orang tamu. Peraturan tersebut mengizinkan pasangan untuk datang berkunjung.
Ketika ada kamar kosong, pertemuan antara penghuni kos dan penghuni kos baru dilakukan daring atau di halaman belakang sebab pertemuan tersebut dianggap dapat memicu penyebaran virus.
Sejauh ini cara-cara itu berhasil bagi Iris dan teman-teman kosnya. Belum ada yang dinyatakan positif Covid-19 walaupun penularan virus corona di Belanda meningkat dan pemerintah menerapkan peraturan yang keras untuk mencegah penyebaran.
Para mahasiswa saling berimpitan keluar masuk dari dapur yang kecil. Mereka duduk mengelilingi meja kecil yang dipenuhi koran, buku, cangkir, dan gelas. Iris memasak telur sementara mahasiswa hukum fiskal Gerard Velthuijs sedang membuat kopi.
Di ruang depan, ada krat-krat bir dan botol-botol kosong yang terletak begitu saja di depan tangga. Sebuah masker digantung di dinding tempat para mahasiswa mengumpulkan surat.
Sejauh ini baru sekitar 100 ribu orang yang dinyatakan terinfeksi virus corona di Belanda. Sekitar 6.300 di antaranya meninggal dunia walaupun angka sebenarnya bisa lebih tinggi karena negara itu membatasi pemeriksaan dan faktor-faktor lain seperti kasus yang terlewat.
Indekos mahasiswa bukan masalah Belanda saja. Kota-kota universitas di Inggris seperti Glasgow, Edinburgh, dan Manchester juga mengalami masalah yang sama.
Pandemi membuat para mahasiswa dan mahasiswi tertahan di dalam asrama. Penjaga keamanan melarang anak muda meninggalkan tempat tinggal mereka.
Tindakan keras itu memicu protes dari para mahasiswa dan orang tua. Mereka menilai pemerintah dan universitas harus lebih siap dengan menerapkan peraturan pembatasan sosial dan melakukan pemeriksaan Covid-19 terhadap mahasiswa secara berkala.
Mengurung mahasiswa di dalam asrama tidak menghentikan mereka bersosialisasi. Pekan lalu polisi terpaksa membubarkan sebuah pesta di Edinburgh University.
Kampus juga menjadi titik atau sumber wabah virus corona di Amerika Serikat (AS). Walaupun mahasiswa menjaga jarak di kelas dan kantin, tapi virus tetap menyebar di asrama dan pesta-pesta yang dianggap bertanggung jawab atas ribuan kasus yang terjadi di Negeri Paman Sam.