Pengakuan 2 Korban MSAT Alias Mas Bechi, Putra Pemimpin Ponpes Jombang
https://www.naviri.org/2016/06/Nanaho-page-1.html
Peringatan (trigger warning): Artikel ini mengandung konten eksplisit pemrkosaan yang dapat memicu kondisi emosi dan mental pembaca. Kami menyarankan Anda tidak meneruskan membacanya jika mengalami kecemasan dan meminta bantuan profesional.
Moch Subchi Azal Tsani (MSAT) alias Mas Bechi (42), tersangka kasus pencbulan santriwati di Pondok Pesantren Siddiqiyyah Jombang, telah menyerahkan diri dan ditahan di Rutan Medaeng. Diketahui bahwa para korban sudah mengungkap kelakuan tersangka sejak dua tahun lalu.
Pengakuan itu disampaikan oleh dua orang korban dalam wawancara CNNIndonesia TV pada Maret 2020. Setidaknya, ada dua korban yang berani mengungkap kelakuan tersangka.
Yang pertama adalah korban 1. Korban 1 mengaku bahwa pemrkosaan itu terjadi pada 2017. Dia merasa miris karena niatnya menuntut ilmu harus berujung perlakuan kekerasan seksual.
"Kejadian terus terulang. Saya merasa miris sekolah yang selama ini diidam-idamkan, niat mencari ilmu dari jauh datang. Ternyata sampai sana diperlakukan seperti itu," kata korban 1 dalam wawancara dengan CNNIndonesia TV, yang tayang pada 2 Maret 2020.
"Saya ada rasa tidak terima, ya Allah beri jalan ya Allah," ungkapnya.
Peristiwa ini terjadi pada 2017. Saat itu, tersangka mengaku memiliki ilmu metafakta yang diklaim tak bisa dijelaskan dengan nalar. Melalui dalih ilmu metafakta, tersangka memaksa korban 1 melepaskan pakaiannya, meskipun sudah ditolak berulang kali.
"Di kegiatan itu memakai ilmu metafakta, mereka mengistilahkannya. Metafakta itu katanya tidak bisa dijelaskan menggunakan akal. Jadi saya harus melepaskan pakaian," ungkapnya.
Meskipun sudah ditolak berulang kali, akhirnya tersangka bisa melepaskan pakaian korban dan melakukan aksinya. Aksi ini terjadi dua kali. Karena merasa sangat tertekan, akhirnya korban melaporkan kronologi kejadian tersebut kepada pimpinan pesantren.
Pimpinan pesantren ternyata merupakan orang kepercayaan Mas Bechi. Alih-alih mendapatkan perlindungan, kronologi yang diserahkan kepada pimpinan pesantren justru tersebar di grup aplikasi perpesanan. Korban pun mendapatkan tekanan dan ancaman atas hal ini.
Selanjutnya, ada korban 2 yang turut mengungkap ceritanya. Korban 2 awalnya mengaku menjalin hubungan asmara dengan Mas Bechi. Hubungan mereka berjalan selama hampir lima tahun. Pada 2012, saat usianya baru 15 tahun, ia mengaku dicbuli untuk pertama kalinya.
Empat tahun berselang, ketika korban hendak melepaskan diri dari Mas Bechi, ia justru mendapatkan ancaman dan dihajar oleh pelaku. Korban terus mendapat pemaksaan.
"Tadinya saya itu sudah dibuka paksa, semuanya disuruh buka. Aku bilang 'nggak mau', dia bilang 'sudah-sudah', tahu itu saya sampai nangis awalnya. Terus habis itu saya minta putus, nggak bisa sudah lama-lama, ya sudah saya mau nggak mau di situ terus akhirnya," kata korban 2.
"Dia suka bawa-bawa keluarga terus, katanya seolah-olah kayak dia itu punya ilmu. Sampai tangan dua menggenggam dan bilang, 'Jenenge wong tuamu iku tak cekel iki iso tak apa ya,' saya lupa kata-katanya, intinya itu kayak kalau dia meremas itu hancur gitu," lanjutnya.
Korban kemudian mengaku dipaksa menuruti nafsu Mas Bechi. Ia diajak tidur di sebuah hotel, kemudian di sana MSAT mengajak berhubungan badan bertiga atau 'threesome'. Korban sempat menolak. Tetapi Mas Bechi langsung mengancam korban 2.
"Dia bilang, 'Koen yo, ayo pengen tak anu maneh tak ajar maneh,' gitu. Ya sudah saya mau nggak mau ya sudah, saya gitu main bertiga. Di situ sudah mulai nangis, saya nangis," tuturnya.
Usai kejadian, korban mencoba mencari perlindungan. Korban 2 jatuh hati pada salah seorang santri di pondok pesantren itu. Dia kemudian meminta bantuan kepada santri tersebut agar membantunya lepas dari Mas Bechi.
Sialnya, upaya itu diketahui Mas Bechi. Ia mengaku dijemput paksa oleh orang suruhan Mas Bechi dan dibawa ke sebuah tempat yang disebut Puri. Di Puri, Mas Bechi menghajar korban.
"Saya diseret ke dalam, langsung saya ditendang dipukulin lagi, sampai saya itu kan di Cokro banyak jendela-jendela gitu, saya hampir mau jatuh ke bawah tapi ditahan sama dia. Saya dua kali hampir jatuh dari jendela itu. Terus habis itu saya dibuat suruh buka baju," ungkapnya.
Ia mengaku menolak saat diminta membuka baju, tetapi Mas Bechi tetap memaksa.
"Dia bawa tempat sampah sudah di tangan sudah di atas ini. Langsung dilempar itu tempat sampah," ujarnya. Bejatnya lagi, usai dihajar, korban 2 diprkosa.
Korban 2 kemudian berhasil meloloskan diri dari Puri. Dia kemudian pergi jauh dari pesantren tersebut. Korban 2 berharap Mas Bechi diadili dengan hukuman maksimal.
"Saya tidak terima dengan perbuatan asusila yang sudah diperbuat Mas Bechi kepada saya dan teman-teman saya, dan saya ingin Mas Bechi dihukum seberat-beratnya sesuai dengan hukuman negara Indonesia," ujarnya.
Bantahan Mas Bechi
Sebelumnya, Mas Bechi menilai tuduhan pencabulan tersebut tak pantas didapatkan. "Apalagi saya dituduh nggak-nggak, sampai nggak pantas itu, kemudian dari surat panggilan itu mereka sebar ke media-media. Padahal mereka nggak pernah ketemu saya kok, kok lucu," katanya.
Mas Bechi juga sempat menyinggung dirinya bukan buron polisi. Mas Bechi mengaku masih beraktivitas seperti biasa di kediamannya, dan tidak merasa takut karena tak bersalah.
Dia juga menyebut tak melakukan tindakan kriminal. Mas Bechi mengaku kaget tiba-tiba diperkarakan.
"Orangnya (saya) itu lo nggak buron, orangnya itu masih ada di rumah, di rumahnya itu ada. Ndak masuk akal. Saya ingatkan kepada kepolisian, dari pusat ke daerah, terutama khususnya itu Polres Jombang, saya tidak akan pernah mundur, tidak akan pernah mundur sejengkal pun karena saya bukan teroris. Saya bukan pengacau keamanan, saya bukan kriminal. La wong aku gak tau lapo-lapo kok diperkarano (Lah saya tidak pernah ngapa-ngapain kok diperkarakan)," kata Mas Bechi dalam video.
Mas Bechi Serahkan Diri
Setelah melalui drama yang begitu panjang, DPO pencbulan Mas Bechi menyerahkan diri.
"Sekarang masih dititipkan (di Rutan Medaeng). Rencana penyerahan setelah kami melakukan rilis pukul 10.00 WIB," kata Kabid Humas Polda Jatim Kombes Dirmanto.
Dirmanto mengatakan pihaknya juga sudah memeriksa sidik jari Mas Bechi. Pihak kepolisian sudah memastikan bahwa yang bersangkutan memang benar-benar DP yang bernama Moch Subchi Azal Tsani (MSAT).
"Kami tadi sudah melakukan serangkaian identifikasi, memastikan bahwa yang bersangkutan benar-benar namanya MSA. Kemudian kami periksaan kesehatan, setelah itu membawa yang bersangkutan ke rutan Medaeng," ujarnya.
Dirmanto mengatakan Mas Bechi tiba di Rutan Medaeng dini hari tadi sekitar pukul 01.55 WIB. Saat tiba di Medaeng, ia mengenakan beanie hat alias topi kupluk dan jaket yang cukup tebal.
Di dalam video, ia masuk ke rutan dikawal sejumlah polisi. Cara berjalannya tampak lunglai sembari membawa sebuah tas di tangannya dan sebotol air mineral.