Kisah Arswendo dan Geger Angket Tabloid Monitor (Bagian 1)
https://www.naviri.org/2016/05/Pricyla-Neva-page-3.html
Tabloid hiburan Monitor disebut media cetak terbesar di era 1987-1990. Tapi, tabloid itu akhirnya ditutup dan pemimpin redaksinya, Arswendo Atmowiloto, dibui lima tahun penjara. Akibat memuat artikel yang dituduh menistakan Nabi Muhammad.
Sekitar 32 tahun silam, tabloid hiburan Monitor dibredel. Surat Izin Usaha Perusahaan Pers-nya (SIUPP) dicabut pada 1990. Bahkan, pemimpin redaksi tabloid tersebut, Arswendo Atmowiloto, divonis hukuman lima tahun penjara. Dia dituduh melakukan penistaan agama dalam artikel berjudul “Ini Dia: 50 Tokoh Yang Dikagumi Pembaca Kita” yang terbit pada edisi Nomor 225/IV, 15 Oktober 1990.
Awalnya, format Monitor berupa majalah yang dikelola oleh Televisi Republik Indonesia (TVRI) sejak 1972. Sayangnya, oplah penjualan majalah itu melempem, hanya 10 ribu eksemplar. Akhirnya, majalah tersebut berhenti produksi pada edisi ke-24 pada tahun 1973. Setelah mati suri selama lima tahun, Monitor dihidupkan kembali dengan format tabloid oleh Yayasan Gema Tanah Air pada 1979.
Tabloid Monitor mencapai titik puncaknya dengan menjadi salah satu media cetak yang mengulas dunia film, televisi, dan hiburan secara lebih lepas dan mendalam. Arswendo, yang didapuk menjadi penanggung jawab atau pemimpin redaksi, menjadikan tabloid itu lebih menarik. Tak heran jika hingga medio 1987-1990, oplah tabloid ini mencapai 800 ribu eksemplar dengan harga eceran Rp 500.
Tahun 1989 adalah masa keemasan tabloid berukuran 28,5 x 41 centimeter dengan 16 halaman tersebut. Belanja iklan melejit hingga mencapai Rp 6,32 miliar. Kala itu, duduk sebagai Komisaris Utama di tabloid itu Menteri Penerangan Harmoko, yang memiliki 30 persen saham. Direktur Utama perusahaan itu Jakob Oetama, yang juga memiliki 40 persen saham. Sedangkan Pemimpin Umum dan wakilnya adalah M. Sani dan Suyanto.
Salah satu kiat sukses Arswendo mengelola Monitor adalah dengan menerapkan jurnalisme lher. Waktu itu, jurnalisme lher dikenal sebagai jurnalisme yang memadukan sensasi dan pornografi. Secara umum, konten Monitor berisi seputar dunia hiburan. Tabloid itu membahas program televisi, film, musik, dan gosip artis. Juga melengkapinya dengan infografis, tabel, dan berbagai data yang menarik.
Arswendo ingin menjadikan Monitor sebagai TV Guide. Hanya saja, untuk halaman sampul, Monitor biasa menampilkan foto-foto seronok. Judul-judulnya juga dibuat menggoda dan cenderung berasosiasi ke urusan seksualitas. Banyak yang memuji Monitor dan Arswendo pada waktu itu, tetapi juga banyak yang mencibir tabloid tersebut, dengan menyebut para pengelolanya berselera rendahan.
Arswendo bergeming dengan cibiran itu. Apalagi banyak orang yang menggemari produk tabloid yang dikelolanya.
Kejayaan Monitor mulai sirna sejak edisi 2 September 1990. Saat itu, Monitor mengeluarkan sebuah kuis atau angket bertajuk “Kagum 5 Juta”. Kuis itu mengajak para pembaca tabloid ikut memilih tokoh favorit yang mereka kagumi dengan cara mengirimkan kartu pos.
Hasil angket tersebut mencatat pembaca Monitor menjadikan tokoh favoritnya seperti Presiden Suharto sebanyak 5.003 kartu pos pembaca. Lalu di bawahnya Menteri Negera Riset dan Teknologi (Menristek) BJ Habibie dikagumi oleh 2.975 kartu pos pembaca. Selanjutnya, Presiden Sukarno (2.662 kartu pos), penyanyi Iwan Fals (2.431 kartu pos), dan pendakwah Zainuddin MZ (1.663 kartu pos).
Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, Jenderal Try Sutrisno, dikagumi oleh 1.447 kartu pos pembaca. Di bawahnya berturut-turut adalah Presiden Irak Sadam Hussein (847 kartu pos), Siti Hardijanti Indra Rukmana alias Mbak Tutut Suharto (800 kartu pos), Menteri Penerangan Harmoko (797 kartu pos), Arswendo Atmowiloto (663 kartu pos), dan Nabi Muhammad SAW (616 kartu pos).
Hasil kuis tersebut lalu dimuat di edisi Nomor 225/IV, 15 Oktober 1990 dengan judul “Ini Dia: 50 Tokoh Yang Dikagumi Pembaca Kita.” Di artikel tersebut, Suharto menempati peringkat pertama, disusul BJ Habibie, Sukarno, Iwan Fals, Zainuddin MZ, Try Sutrisno, Sadam Hussein, Mbak Tutut, dan Harmoko. Lalu Arswendo di urutan ke-10 dan Nabi Muhammad di urutan ke-11.
Sontak masyarakat, khususnya umat Islam di Indonesia, marah dengan artikel itu. Monitor dan Arswendo dituduh telah menghina Islam. Reaksi keras muncul dari mantan Perdana Menteri Mohammad Natsir, Amien Rais, Rhoma Irama, Zainuddin MZ, Patrialis Akbar, Din Syamsuddin, KH. Hasan Basri, Deliar Noer, hingga Nurcholis Madjid (Cak Nur).
Baca lanjutannya: Kisah Arswendo dan Geger Angket Tabloid Monitor (Bagian 2)