Kasus Brigadir J: Beda Kesaksian Warga hingga Intimidasi Wartawan

Kasus Brigadir J: Beda Kesaksian Warga hingga Intimidasi Wartawan

Insiden saling tembak dua ajudan Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan Polri Irjen Ferdy Sambo, Bharada E dan Brigadir J, menyisakan kejanggalan hingga sepekan setelah kejadian pada Jumat (8/7).

Berdasarkan temuan di sekitar tempat kejadian perkara (TKP), yaitu di Komplek Polri Duren Tiga, Jakarta Selatan, warga di sekitar rumah Sambo memberikan kesaksian yang berbeda soal peristiwa itu.

Selain itu, aparat kepolisian makin memperketat penjagaan di sekitar TKP. Puncaknya, dua jurnalis menjadi korban intimidasi oleh pria tak dikenal berbadan tegap dan berambut cepak.

Sejumlah tetangga dekat Sambo memberi kesaksian berbeda soal insiden penembakan yang menewaskan Brigadir J pada Jumat sore.

Perbedaan kesaksian itu terutama soal bunyi 12 kali tembakan dari dalam rumah Sambo saat kejadian. Menurut keterangan polisi, 12 letupan senjata itu lima di antaranya dilepaskan Bharada E, sementara tujuh tembakan dilepaskan Brigadir J.

Lima tembakan yang dilepaskan Bharada E, satu meleset empat tembus dada bagian jantung. Sedangkan tujuh timah panas oleh Brigadir J lepas sasaran.

Dua tetangga yang berjarak tak lebih dari 50 meter dari rumah Sambo, kompak mengaku tak mendengar bunyi apapun saat insiden adu tembak antara dua ajudan jenderal polisi bintang dua itu.

"Enggak ada. Enggak denger apa-apa," kata salah satu tetangga yang enggan disebutkan namanya.

"Enggak denger. Makanya aneh agak ribut kemarin," kata salah satu tetangga yang lain.

Karena itu, keduanya mengaku heran melihat keramaian di rumah Sambo tiga hari kemudian pada Senin (11/7). Mereka belakangan baru mengetahui insiden baku tembak antar sesama polisi di rumah tetangga mereka dari siaran berita.

"Iya. Tahu di berita kaget. Kok yang jauh sudah tahu gitu," kata salah satu tetangga.

Kesaksian keduanya berbeda dengan penuturan petugas keamanan atau satpam Kompleks, Marjuki. Ia mengaku seperti mendengar bunyi petasan pada Jumat sore itu.

Namun, ia tak menghiraukan dan menganggap lumrah. Sebab, hari itu bersamaan jelang malam Idul Adha versi Muhammadiyah. Meskipun, umumnya warga di Kompleks Polri Duren Tiga merayakan Idul Adha mengikuti pemerintah sehari setelahnya, Minggu (10/7).

"Wong kita anggapnya petasan. Nonton TV. Biasa sambil main TikTok," ujar Marjuki, Selasa (12/7).

Sementara itu, karena tak pernah menerima laporan geger di antara warganya, Ketua RT Komplek Duren Tiga Seno Sukarto juga baru mengetahui insiden baku tembak di rumah Sambo dari siaran berita di YouTube tiga hari usai kejadian.

Seno pun kesal sebab tak pernah diberitahu soal insiden tersebut, bahkan hingga lima hari kemudian selama proses olah TKP oleh polisi.

"Terus terang saya juga kesal. Saya ini dianggap apa sih, maaf saja saya ini jenderal loh, meskipun RT," kata Seno, Rabu (13/7).

Penjagaan Diperketat

Aparat kepolisian pun makin memperketat penjagaan di sekitar rumah dinas Sambo sekaligus TKP hingga hari keenam usai insiden penembakan.

Polisi semakin memperluas parimeter penjagaan hingga radius ratusan meter dari rumah Sambo. Pemandangan itu kontras dari dua hari sebelumnya saat rumah Sambo bahkan terlihat lengang dan tanpa penjagaan.

Polisi kini juga telah memasang garis polisi berwarna kuning di sekitar pagar rumah. Satu sisi rumah dijaga ketat aparat. Mereka melarang jurnalis mendekat dan mengambil gambar.

Persis di depan gerbang sebelum memasuki area Komplek, sejumlah aparat berseragam terlihat terus bersiaga. Mereka tampak di beberapa sudut jalan hingga depan warung yang tak jauh dari Gerbang Komplek Polri Duren Tiga.

Polisi juga melakukan sterilisasi pos satpam yang posisinya berhadap-hadapan dengan rumah Sambo. Pada Kamis (14/7), polisi melarang wartawan mendekat apalagi memasuki pos tersebut bahkan hanya untuk sekadar buang air.

Padahal sehari sebelumnya, pos tersebut biasa dipakai jurnalis untuk berteduh selama melakukan peliputan.

Dua Jurnalis Diintimidasi

Puncaknya pada Kamis (14/7) siang, dua jurnalis menjadi korban intimidasi oleh orang tak dikenal berkaus hitam, tegap, gempal, dan berambut cepak. Saat itu, kedua wartawan tengah mewawancarai seorang warga sekaligus petugas kebersihan Komplek Polri Duren Tiga.

Keduanya adalah jurnalis CNNIndonesia.com dan 20Detik. Aksi intimidasi itu bahkan terjadi di luar Komplek kediaman Sambo. Tepatnya di Komplek Pertambangan yang berjarak sekitar 100 meter dari TKP.

Tiga orang tak dikenal itu merampas ponsel, menghapus dokumen peliputan, dan memeriksa tas kedua wartawan. Mereka tak mengenalkan identitas saat melakukan aksinya.

Saat ditanya alasan menghapus hasil peliputan, mereka diam. Sampai salah satu di antara mereka meminta agar jurnalis tak terlalu jauh meliput dari titik TKP.

"Kalau masih di sana [rumah Ferdy Sambo] enggak apa-apa. Tapi kalau ke sini sudah terlalu jauh," kata dia.

Brigadir J tewas dalam insiden saling tembak dengan Bharada E di rumah dinas Irjen Ferdy Sambo di Komplek Polri, Jumat. Namun, peristiwa itu baru diungkap pada Senin.

Baik Brigadir J maupun Bharada E merupakan ajudan Ferdy. Brigadir J bertugas sebagai sopir istri Ferdy, sementara Bharada E bertugas melindungi keluarga Kadiv Propam.

Polisi mengklaim, penembakan itu berawal dari dugaan pelecehan yang dilakukan Brigadir J terhadap istri Sambo.

Polisi mengatakan Brigadir J mengeluarkan total tujuh tembakan, yang kemudian dibalas lima kali oleh Bharada E. Tidak ada peluru yang mengenai Bharada E. Sementara lima tembakan Bharada E mengenai Brigadir J hingga tewas.

Related

News 5415902227060101821

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item